Bongkar Luka Bullying: Belajar dari Drama 'The Glory' dan Realitas Saat Ini

Hayuning Ratri Hapsari | Angelia Cipta RN
Bongkar Luka Bullying: Belajar dari Drama 'The Glory' dan Realitas Saat Ini
Kolase Bullying dan Poster Drama The Glory (IMDb/Pexels Cottonbro Studio)

Bullying bukan lagi sekadar ejekan ringan atau kenakalan remaja saja, melainkan bentuk kekerasan yang menghancurkan mental seseorang jauh sebelum fisiknya terluka.

Di era digital seperti sekarang, perundungan berkembang menjadi cyberbullying yang jauh lebih mematikan dan merusak korban. Luka fisiknya mungkin hilang, tetapi luka digital bertahan selamanya.

Kekejaman bullying juga bisa terlihat dalam drama KoreaThe Glory’. Serial ini menjadi cermin yang menyakitkan karena menggambarkan dengan telanjang bagaimana kekerasan psikologis mampu menghancurkan hidup seseorang secara perlahan.

Sosok Moon Dong-eun yang diperankan oleh Song Hye Kyo sebagai korban, mengalami penyiksaan yang tidak hanya melukai tubuhnya tetapi juga merobek habis kepercayaan dirinya.

Hal yang membuat drama ini terasa begitu dekat dengan realitas adalah cara ia menyoroti sikap orang-orang di sekelilingnya yang memilih diam, pura-pura tidak tahu atau bahkan tertawa menyaksikan penderitaannya.

Fenomena ini sangat serupa dengan apa yang terjadi di dunia nyata, ketika korban bullying justru dibungkam oleh komentar, screenshot, dan like yang seolah melegitimasi kekejaman.

Bullying Terjadi Karena Diam Melihat Kekerasan dan Sistem Membiarkan

Salah satu hal paling mencolok dalam drakor 'The Glory' ini adalah bagaimana lingkungan di sekitar korban ikut menjadi bagian dari kekerasan itu sendiri. Guru yang tutup mata, teman yang memilih aman, hingga orang dewasa yang lebih peduli pada reputasi daripada keselamatan seseorang.

Hal ini merupakan gambaran akurat tentang sistem pendidikan kita yang sering kali tidak mampu melindungi generasi muda. Banyak sekolah yang bangga menyebut dirinya ramah anak, tetapi gagal menyediakan ruang aman bagi siswa yang mengalami perundungan.

Bahkan di kehidupan nyata, bullying tidak selalu datang dari pukulan, tetapi dari tatapan merendahkan, tawa yang disembunyikan, atau pesan singkat yang menyuruh korban menghilang dari sekolah.

Cyberbullying hanya memperparah keadaan karena membuat serangan itu berjalan nonstop tanpa batas waktu. Ketika satu foto, video atau meme dipublikasikan, ribuan orang bisa berubah menjadi eksekutor dalam sekejap tanpa mereka sadari.

Tidak ada darah yang menetes, tetapi luka yang ditinggalkan jauh lebih dalam. Diam dari para saksi sering kali menjadi belati yang sama tajamnya dengan tindakan pelaku.

Harapan yang Dimulai dari Empati dan Keberanian untuk Tidak Menjadi Penonton

The Glory memang menawarkan fantasi balas dendam, tetapi dunia nyata tidak seindah drama korea. Tidak semua korban memiliki kekuatan seperti Moon Dong-eun untuk bangkit melawan.

Banyak dari mereka kehilangan semangat hidup, berhenti sekolah atau bahkan merasa bahwa dunia tidak lagi membutuhkan keberadaannya.

Karena itu, pelajaran terbesar yang bisa kita ambil bukanlah balas dendam, melainkan pentingnya keberanian untuk tidak menjadi penonton pasif.

Sikap kecil seperti menghentikan penyebaran konten, melaporkan perundungan atau sekadar duduk di sebelah korban adalah tindakan nyata yang dapat menyelamatkan nyawa.

Empati harus menjadi dasar dalam membangun lingkungan yang sehat, baik di sekolah maupun di dunia digital. Kita perlu menciptakan budaya yang tidak memberikan ruang bagi kekejaman untuk tumbuh.

Setiap anak berhak mendapatkan rasa aman. Setiap remaja berhak mendapatkan ruang untuk berkembang tanpa rasa takut. Dan setiap suara kecil yang memilih keberanian bisa menjadi pembeda antara seseorang yang runtuh atau seseorang yang bertahan.

Pada akhirnya, pencegahan bullying bukan hanya tugas sekolah atau pemerintah, melainkan tanggung jawab kita semua sebagai manusia yang ingin hidup di dunia yang lebih manusiawi. Jadi, jangan pernah diam. Kita harus melawan dan menciptakan safe space sendiri yang lebih menjamin keamanan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak