Pelecehan seksual masih menjadi salah satu kejahatan yang paling banyak terjadi saat ini. Pelecehan seksual ini dapat terjadi kepada siapapun tanpa terbatas gender dan usia. Bahkan anak-anak sekalipun banyak yang menjadi sasaran dalam tindak kejahatan ini.
Eksploitasi seksual pada anak menjadi salah satu bentuk pelecehan seksual di mana para pelaku pelanggaran biasanya menggunakan kekuatan mereka, baik secara fisik, finansial atau emosional, atas seorang anak atau remaja, atau dengan menggunakan identitas palsu, untuk melakukan tindakan melecehkan anak secara seksual maupun emosional.
Belakangan ini, tindak kejahatan pelecehan seksual pada akan kian menjadi-jadi. Salah satu motif pelaku yang patut untuk diwaspadai adalah child grooming. Dalam hal ini, child grooming merupakan salah satu motif yang digunakan pelaku untuk mendapatkan korbannya dan sering menjadikan anak-anak sebagai target sasaran.
Apa itu child grooming?
Dikutip dari NSPCC, grooming terjadi ketika seseorang membangun hubungan, kepercayaan, dan hubungan emosional dengan seorang anak atau remaja sehingga mereka dapat memanipulasi, mengeksploitasi, dan menyalahgunakannya. Anak-anak dan remaja ini yang telah diincar sebelumnya untuk dapat dilecehkan secara seksual, dieksploitasi, atau bahkan diperdagangkan.
Siapa pun bisa menjadi korban, tidak peduli usia, jenis kelamin, atau ras mereka. Lebih sederhananya lagi, tindakan ini adalah modus yang dilakukan pelaku untuk membujuk anak agar mau melakukan apa yang pelaku inginkan.
Pelaku tindak kejahatan grooming
Tidak selalu orang asing, pelaku grooming ini bisa jadi siapa saja, bahkan orang-orang terdekat sekalipun, seperti teman, kerabat, keluarga, atau orang tua sekalipun tidak menutup kemungkinan.
Anak-anak atau remaja yang telah diincar ini biasanya diiming-imingi dengan memberikan apa yang mereka suka. Baik itu ponsel baru hingga uang. Korban yang telah merasa nyaman inilah yang kemudian menjadi sangat rentan akan tindakan ini.
Anak-anak sangat rentan akan kejahatan ini
Anak-anak yang cenderung gampang dimanipulasi dan masih berpikir pendek ini menyadari bahwa mereka berada dalam hubungan yang aman dan normal, sehingga mereka tidak tahu hal tersebut akan terjadi atau mungkin merasa tidak punya pilihan selain dilecehkan.
Tidak hanya secara kontak fisik
Grooming ini tidak hanya dilakukan secara langsung. Biasanya pelaku juga memanfaatkan teknologi informasi seperti media sosial. Anak-anak yang masih sangat mudah dimanipulasi ini cenderung akan mengagungkan apa yang menurut mereka cocok. Dari situlah para pelaku mencoba masuk dan mengelabuhi anak-anak tersebut. Oleh karena itu, penting bagi orang tua atau pengasuh untuk selalu mengawasi sang anak dalam beraktivitas secara online.
Cara identifikasi tanda-tanda grooming
Mengidentifikasi tindakan grooming memang tidak bisa dilakukan dengan mudah, karena notabenenya kejahatan ini dilakukan oleh orang-orang yang telah dianggap dekat dan akrab. Namun, bukan berarti hal itu mustahil untuk dilakukan.
Sebagai orang yang lebih tua kita, harus cermat memperhatikan setiap gerak-gerik orang-orang yang dekat dengan anak-anak di sekitar kita. Ingatkan anak untuk tidak menerima pemberian dari sembarang orang apalagi jika orang tersebut adalah asing. Ajarkan juga kepada anak untuk selalu melaporkan apa yang telah mereka dapatkan dari orang lain.
Batasi dan cek secara berkala penggunaan gadget pada anak. Ingatkan mereka untuk selalu menolak jika ada seseorang yang mengajak ke hal-hal yang tidak baik. Tidak perlu ragu untuk mengajarkan sex education pada anak. Lakukan secara bertahap sesuai dengan umurnya, karena hal ini penting untuk melindungi anak dari kejahatan-kejahatan seksual yang mengintai di luar sana.