Salah satu tantangan yang mesti dihadapi para ibu muda adalah mulut tetangga atau kerabat dekat. Sebab, kadang mulut mereka bikin geleng-geleng kepala. Entah karena maksud baik, tapi akhirnya terlalu kepo, atau memang punya maksud jahat, tetap saja mulut usil mereka begitu nyelekit.
Seperti contoh kalimat usil berikut ini yang bisa bikin hati terasa diiris-iris. Segera dicek, apakah kamu sering mengalaminya?
1. “Badan anak kamu, kok, kurus banget ya? nggak telaten kali nyuapinnya”
Body shaming nggak hanya kerap diterima oleh orang dewasa. Anak-anak kecil pun sering jadi korban. Udah gitu, orangtuanya pun kecipratan.
Hal yang sering terjadi, yakni saat tubuh anak kurus. Padahal, tiap anak punya kondisi yang berbeda-beda. Ada yang memang makannya doyan, tapi ada pula yang susahnya bukan main. Tapi, dengan entengnya, kamu dituduh kurang telaten. Belum tahu mereka, bagaimana perjuanganmu agar buah hati tercinta mau makan.
2. “Emang nggak kasihan dengan anakmu, tinggal di kontrakan yang sempit. Kenapa nggak mencari yang lebih luas”
Duh, bu ibu, semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Kalau mampu, tanah berhektar-hektar pun dibeli, sekalian buat lapangan biar anak bisa main dengan puas.
Tapi, apa daya, kemampuannya memang masih segitu. Baru bisa mengontrak rumah yang luasnya tak seberapa. Meski kecil, tapi setidaknya kamu nggak memaksakan diri di luar kemampuan. Buat apa kontrakan besar, tapi bayarnya boleh utang sana-sini. Itu, sih namanya cari penyakit sendiri!
3. “Emang suami nggak membahagiakan kamu, ya? Dari dulu itu badan nggak berubah-ubah, masih kurus aja”
Sabar, ya, mulut orang memang nggak bisa kamu kendalikan. Padahal dia sudah tahu kalau badanmu dari dulu memang mungil. Lalu, kenapa jadi dituduh macam-macam, dibilang suami nggak membahagiakan. Itu, sih mulutnya aja yang usil!
4. “Sarjana, kok nggak bekerja? Malah sibuk di rumah aja? Emang nggak kasihan sama suami harus banting tulang sendiri?”
Kalimat ini sering banget didengar di kehidupan sehari-hari. Ada banyak paradigma keliru, bahwa titel sarjana berarti mengharuskan bekerja di kantor. Tujuan kuliah, menurut sebagian besar masyarakat, untuk mendapat pekerjaan.
Padahal, saat ini zaman sudah maju. Mencari penghasilan nggak mesti harus ke kantor. Banyak, kok, kesempatan mendapatkan uang lewat online dan dikerjakan di rumah saja. Selain itu, setiap rumah tangga pasti punya keputusan yang berbeda-beda. Kalau kamu dan pasangan memang sudah sepakat untuk membagi peran, yakni suami bagian mencari nafkah, dan istri bagian mengasuh dan mendidik anak, maka kenapa orang lain yang repot jadinya? Padahal, kalian santai-santai saja.
Nah, dari keempat kalimat usil di atas, ada yang pernah kamu alami? Sabar aja, ya. Baiknya yang waras ngalah!