5 Prinsip Gaya Hidup Zero Waste, Mulai Terapkan dari Sekarang!

Hernawan | Nenden Rikma Dewi S
5 Prinsip Gaya Hidup Zero Waste, Mulai Terapkan dari Sekarang!
Ilustrasi membuat kompos dari sisa-sisa makanan dan sampah memasak (Unsplash/Lenka Dzurendova)

Tahukah kamu bahwa jumlah sampah di seluruh dunia sudah mencapai lebih dari 2 juta ton setiap tahunnya? Angka ini disebut Arthur Zuckerman di tahun 2020 sebagai salah satu data statistik yang diperolehnya dan dipublikasi di situs comparecamp. Dia menyebut jika permasalahan sampah tidak segera ditangani, sampah di dunia akan mengalami peningkatan hingga 70 persen di tahun 2050.

Mengerikan bukan? Sekarang sudah saatnya kita mengatasi permasalahan sampah ini mulai dari diri sendiri. Lalu bagaimana caranya? Aliansi Zero Waste Internasional atau Zero Waste International Alliance (ZWAI) menawarkan hirarki zero waste yang paling komprehensif yaitu Zero Waste Hierarchy 7.0 dan dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

1. Rethink/Redesign

Sering kali kalap ketika ada promo dan diskon membuat kita akhirnya membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan. Apalagi barang yang kita beli dikemas dan dikirim dengan banyak bungkusan plastik. Dengan melakukan Rethink, kita bersikap lebih penuh pertimbangan dan bertanggung jawab terhadap barang yang akan dibeli. Misalnya, ketika akan membeli satu set produk skincare atau bodycare. Padahal, kita hanya membutuhkan salah satu produk dalam bundle itu. Atau, pada saat membeli diskonan pakaian bermerek padahal kita masih memiliki yang belum sempat dipakai.

Redesign seringkali ditujukan pada pelaku usaha yang mana mereka didorong untuk melakukan inovasi tidak hanya dari sisi pengemasan, melainkan juga proses pra dan produksinya. Tujuannya sih untuk tidak hanya membuat produk yang dapat didaur ulang, tetapi produsen ikut bertanggung jawab atas pengelolaan sampah kemasannya. Misalnya, sedotan plastik dapat diganti dengan sedotan dari bahan yang dapat dimakan atau dapat didaur ulang. Pengelolaan limbah popok sekali pakai untuk dimanfaatkan menjadi biogas, media tanam dan pupuk juga benang adalah contoh lainnya. 

2. Reduce

Mengurangi sampah dan konsumsi berlebih adalah langkah berikutnya yang perlu kita lakukan. Dengan konsep reduce ini, sebenarnya kita diajak untuk bertanggung jawab dan mampu membuat prioritas sebelum membeli atau mengonsumsi suatu produk. Di Indonesia sendiri, berdasarkan penelitian antara pemerintah dengan Foreign Commonwealth Office dari Inggris, sampah makanan sudah mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahun, setara dengan Rp213 triliun hingga Rp551 triliun per tahun.

Langkah nyata yang kita bisa lakukan adalah berbelanja sambil membawa wadah sendiri untuk mengurangi kemasan sekali pakai, mengurangi produk yang mengandung kimia berbahaya dalam proses pembuatannya, dan tidak menyisakan makanan dengan cara mengambil porsi sedikit serta menambahnya kalau masih lapar. Selain itu, kita bisa juga memilih untuk mengurangi berbelanja produk secara online dan murah supaya bisa mengurangi jejak karbon di bumi kita.

3. Reuse/Regrow

Sering melihat orang tua kita memperbaiki barang-barang lama dengan alasan masih bisa dipakai? Ternyata tindakan mereka itu benar lho, sebab menggunakan kembali barang atau material suatu produk adalah langkah berikutnya dalam hirarki zero waste. Istilah lain dari reuse yang sering digunakan adalah upcycle yang artinya memperbarui atau meningkatkan kualitas suatu produk yang sudah tidak layak, menjadi produk baru. Sementara regrow adalah bercocok tanam dari sisa sayuran ketika memasak.

Reuse ataupun upcycle juga regrow tidak hanya mengurangi sampah dan biaya konsumsi, bisa juga menghasilkan uang bergantung pada kreatifitas yang kita miliki dalam mengkreasikan limbahnya. Menggunakan pakaian yang sudah tidak layak pakai menjadi kain lap atau pel, botol bekas madu dan kecap menjadi vas bunga atau kemasan refill pouch untuk pot tanaman bisa juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah contoh yang bisa kita lakukan di rumah. 

4. Refuse/Regift

Pernahkan kita berbelanja lalu ditawari item gratis seperti sendok, sedotan atau bungkus plastik? Sebaiknya kita menolak saja tawaran itu karena penggunaannya yang instan berkontribusi pada bertambahnya volume sampah. Selain 3 item tadi, ada banyak hadiah dan produk gratis yang seringkali menumpuk di rumah karena kita tidak membutuhkannya. Kita juga bisa menghadiahkan kembali kado yang tidak kita perlukan kepada orang lain yang mungkin membutuhkannya.

Sudah banyak pihak perbankan dan perusahaan yang mengeluarkan kebijakan paperless dan tidak menawarkan produk gratis, meski tetap tersedia jika kita meminta lho. Selain menguntungkan kita sebagai konsumen, tindakan seperti ini juga mengurangi biaya operasional dan jejak karbon dari penyediaan item gratisan bagi pihak penyedia layanannya itu lho. 

5. Recycle/Rot

Daur ulang dan pengomposan belakangan ramai dibicarakan di kalangan masyarakat. Selain untuk mengatasi limbah domestik, dapat juga memiliki nilai ekonomis. Meski begitu, tidak semua produk memiliki kualitas daur ulang yang baik atau dapat didaur ulang, sehingga tetap berakhir di TPA. Karenanya, kita harus pintar memilih produk dan bertanggung jawab dalam penggunaan setiap produk.

Pengomposan mudah dilakukan di tingkat rumah tangga karena limbah sisa makanan dan memasak dapat diolah menjadi kompos dan media bercocok tanam regrow. Teknik pengomposan pun beragam dan cukup mudah untuk dilakukan, sehingga sampah organik kita tidak menggunung di TPA.

Jadi, kira-kira prinsip zero waste mana yang bisa kita lakukan lebih dulu tidaklah masalah, selama kita dapat melakukannya secara konsisten. Yuk, mulai berdaya demi kelestarian bumi dan kelangsungan hayati. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak