4 Beban yang Dirasakan oleh Seorang Pemarah, Bisakah Kita Memahaminya?

Ayu Nabila | Mutami Matul Istiqomah
4 Beban yang Dirasakan oleh Seorang Pemarah, Bisakah Kita Memahaminya?
Ilustrasi seorang pemarah (Pexels/ SHVETS production)

Banyak orang membenci orang pemarah, sampai mereka melupakan apa yang sebenarnya orang pemarah rasakan. Meskipun ada sebagian orang yang menyalurkan kemarahannya menjadi sikap yang negatif dan menjadikan kemarahan sebagai kekuatan, namun di sisi yang lain banyak pula orang pemarah yang berusaha setengah mati untuk bisa mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. 

Sayangnya, mengubah sikap pemarah memang tidak semudah itu. Butuh proses yang panjang, dukungan dari lingkungan, bahkan bantuan dari psikolog jika memang diperlukan. Di bawah ini merupakan empat beban yang kerap dialami oleh seorang pemarah yang ingin berubah menjadi pribadi lebih baik.

1. Malu 

Seorang pemarah, akan mudah sekali untuk meluapkan emosinya. Tentu saja, hal itu dilakukan secara spontan tanpa mengenal waktu dan tempat. 

Apakah setelah seorang pemarah memarahi orang lain di depan umum akan merasa puas? Sebagian mungkin iya, namun sebagian yang lain justru merasa malu dengan hal yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Kalau bisa, mungkin mereka ingin mengulang waktu untuk memperbaiki perkataan dan perbuatannya. 

2. Dihantui perasaan bersalah 

Marah sebenarnya adalah hal yang wajar. Namun mereka yang sulit mengendalikan amarahnya, biasanya akan berlebihan ketika marah kepada seseorang. Tidak sekadar berkata dengan nada tinggi, namun juga ada yang sampai berkata kasar, memaki, bahkan melukai orang lain.

Meskipun hal itu telah terjadi dan emosinya kian membaik, namun seorang pemarah menyisakan perasaan yang dirasakan oleh dirinya sendiri. Yaitu perasaan bersalah yang akan terkenang sepanjang hidupnya. 

3. Membenci dirinya sendiri 

Karena seorang pemarah yang sedang berusaha mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik tidak lekas mendapatkan sikap yang diinginkan, biasanya mereka akan mulai membenci dirinya sendiri. 

Apalagi, semakin banyak orang yang menjauh, menganggapnya orang yang keras dan berbahaya, memberikan penghakiman sendiri kepada seorang pemarah, akan membuat mereka menganggap diri sendiri adalah musuh. 

4. Enggan berinteraksi 

Pada akhirnya, seorang pemarah akan berusaha mengendalikan dirinya dengan menghindari pemicu kemarahannya. Karena dia ingin menjadi orang yang lebih baik, karena dia ingin menjaga perasaan sesamanya, karena dia tidak ingin menambah orang lain yang disebut sebagai korban atas luapan emosinya. 

Orang pemarah akan mulai mengurung diri dan merasa dikucilkan. Hal ini merupakan hal yang dipilih sendiri, namun terasa begitu menyakitkan. 

Itu dia 4 beban yang dirasakan oleh orang pemarah yang ingin berubah. Bisakah kita tidak terus menerus memberi penghakiman kepada mereka? Bisakah kita tetap bisa menerima mereka dan membantu mereka lebih merasa bahagia dengan hidupnya?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak