Di Jepang, terutama di Tokyo, barang yang hilang atau ketinggalan akan kembali lagi padamu. Di kota metropolitan ini ada sejumlah pusat penampungan barang hilang yang tertinggal. Dilansir dari Japantimes, terdapat lebih dari 600 ribu barang hilang tersimpan di penampungan ini. Barang yang paling cepat dijemput pemiliknya adalah ponsel, dan 90% dari ponsel yang hilang bisa didapatkan kembali oleh pemiliknya.
Selain ponsel, dompet menjadi barang terbanyak kedua yang sering hilang. Persentase kembalinya pun terbilang tinggi, yakni 70%. Benda-benda lainnya ada surat-surat dan dokumen seperti kartu SIM, kartu asuransi kesehatan, kartu diskon, dan kartu kredit. Sebagian besar barang-barang yang hilang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya di hari itu juga. Sementara payung menjadi barang yang paling jarang dicari pemiliknya. Hal ini disinyalir sebab payung adalah benda murah yang bisa dibeli lagi di tempat lainnya. Jadi, orang jarang mencari payung yang hilang. Meskipun pemilik cenderung mencari barang miliknya yang hilang, tidak sedikit barang yang diabaikan oleh pemiliknya.
Rahasia Kesuksesan Sistem Pengembalian Barang Hilang di Jepang
Budaya mengembalikan barang yang ketinggalan atau hilang di Jepang tidak terbentuk begitu saja. Di Jepang terdapat kantor polisi atau Koban yang menjadi tempat penampungan barang hilang dan tertinggal. Di sana terdapat petugas polisi yang bertugas untuk menerima barang hilang dan dan mencatat laporannya.
Koban menampilkan ciri yang berbeda dengan petugas polisi kebanyakan. Nah, petugas berseragam ini juga mengurusi orang-orang tersasar lho. Mereka akan mendengarkan berbagai persoalan warga yang tengah kesulitan. Pendekatan yang dilakukan oleh petugas polisi ini mempermudah warga untuk menjangkau mereka di saat dibutuhkan. Dengan begitu warga bisa dengan mudah melaporkan semua barang temuannya sampai dijemput pemiliknya.
Selama lebih dari 1.000 tahun, Jepang punya hukum yang mengurus barang hilang. laman situs Livejapan menyebutkan bahwa sistem pendidikan moral pun turut membentuk perilaku warganya untuk tidak mengambil barang yang bukan miliknya. Satu lagi, konsep Hitono-me mencegah orang Jepang untuk melakukan perbuatan yang tidak baik sekalipun tidak ada pengawas atau polisi. Orang Jepang sangat mempedulikan pandangan orang lain, sehingga mereka tidak akan mau dicap sebagai kriminal sebab melakukan hal-hal yang tidak terpuji.
Cara Melaporkan Barang Hilang dan Sistem Klaim Barang Hilang
Hal pertama yang bisa kamu lakukan ketika kamu menyadari telah kehilangan barang atau menjatuhkan barang adalah menghubungi pihak yang mengurus tempat tersebut. Jika di mall, kamu bisa pergi ke pusat informasi untuk melaporkan hal tersebut atau bertanya apakah ada seseorang yang melaporkan barang hilang. Setelah itu, kamu harus mengisi laporan kehilangan barang. Pastikan kamu ingat tempat terakhir kamu menyadari barang tersebut. Selanjutnya, kamu bisa pergi ke Koban.
Sementara itu, ada aturan untuk mengklaim barang yang hilang. Apabila barang tersebut tidak dijemput pemiliknya di Koban, maka barang akan diserahkan ke penampungan pusat di Tokyo, yaitu Yukiko Igarashi. Selanjutnya, jika pemiliknya masih belum menjemputnya, orang yang menyerahkannya bisa mengklaim barang tersebut setelah tiga bulan dari tanggal penyerahan. Sementara itu, apabila ia tidak berniat untuk memilikinya, pemerintah bisa melelang barang tersebut.
So, itu dia alasan di balik budaya mengembalikan barang yang dianut oleh masyarakat Jepang. Kira-kira bisa ditiru nggak, ya?