3 Faktor Pendukung Good Parenting, Apa Saja?

Candra Kartiko | Ismi Faizah
3 Faktor Pendukung Good Parenting, Apa Saja?
ilustrasi orang tua dan anak. (pexels.com/@gustavo-fring)

Berbicara soal parenting anak, setiap orang tua pasti akan memberikan kemampuan terbaik mereka agar sang buah hati tumbuh menjadi pribadi yang baik. Pola asuh yang salah bisa mengakibatkan anak memiliki karakter buruk dikemudian hari. 

Membesarkan dan mendidik buah hati memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan kesabaran, keikhlasan, ketelatenan agar sifat-sifat positif melekat pada anak.

Maka dari itu, sebagai orang tua diharapkan untuk tidak berhenti belajar menerapkan prinsip-prinsip parenting yang dapat menumbuhkan jiwa penuh kasih sayang, kepedulian serta berbagai karakter baik lainnya pada anak. 

Kira-kira menurut kalian good parenting itu dilatarbelakangi oleh apa saja sih? Lalu mana yang lebih utama antara kondisi finansial yang bagus atau kesehatan mental para orang tua yang perlu diperhatikan terlebih dahulu? Mari kita simak. 

Baca Juga: 4 Privilege yang Dianggap Berharga Selain Fisik dan Materi, Priceless!

1. Mental Health 

Menurut penulis, faktor utama yang sangat diperlukan dalam mendidik buah hati adalah kesehatan mental pasangan suami istri. Sebab orang tua yang penuh energi positif akan memberikan suasana menyenangkan lagi menentramkan bagi sang anak.

Tentu keadaan tersebut berpengaruh baik bagi tumbuh kembang buah hati. Terlebih mental seorang ibu yang wajib diperhatikan setelah melahirkan.  

Seorang ibu harus bahagia, jauh dari perasaan depresi, kesal, marah, tertekan, terabaikan dan kesepian. Menghadapi masa persalinan yang penuh rasa sakit, tubuh berubah total, kepayahan, kelelahan, suami dan keluarga diharapkan berperan aktif menemani masa pemulihan bagi ibu baru ini. 

Jangan mudah menyalahkan, memarahi bahkan menuntut wanita yang baru saja berganti status menjadi seorang ibu untuk hal-hal yang berkaitan dengan bayinya. Selayaknya orang yang mempelajari hal baru, mereka juga butuh menyesuaikan diri saat memiliki bayi.

Dampingi serta ajari dengan penuh kelembutan, tunjukkan kasih sayang agar ibu merasa nyaman dan tidak sendirian. 

Kondisi mental setiap orang berbeda-beda. Jangan sampai seorang ibu menderita baby blues yang bisa saja berkembang menjadi postpartum depression. Ibu dengan kondisi mental kejiwaan yang sehat diharapkan dapat membentuk generasi yang berakhlak baik. 

2. Support System 

Suami adalah sandaran pertama bagi seorang istri. Partner yang diharapkan menjadi tempat bertukar pikiran, perasaan, berbagi pendapat, kegundahan dalam segala permasalahan kehidupan termasuk bekerja sama membesarkan buah cinta berdua. 

Walaupun tugas utama seorang suami adalah mencari nafkah namun jangan pernah ragu untuk membantu istri menyelesaikan pekerjaan rumah serta ikut mengasuh buah hati supaya dapat melebur rasa penat sang istri.

Tubuh yang terlalu kecapekan bisa membuat si empunya uring-uringan. Jangan sampai kelepasan melampiaskan rasa kesal pada sang anak.

Selalu komunikasikan bersama setiap perkembangan si kecil. Ciptakan keluarga harmonis demi terbentuknya sifat-sifat mulia pada anak sebab lingkungan keluarga yang penuh kedamaian, kasih sayang otomatis memberi contoh baik yang akan ditiru oleh si kecil. 

Tak hanya suami, keluarga besar juga punya andil dalam memberikan support pada seorang ibu. Hindari semua sikap yang menyudutkan misalnya ASI ibu belum juga keluar lalu ia disalahkan, si bayi nangis terus ibu tidak dapat menenangkannya juga disalahkan dan lain-lain.

Support system yang sangat mendukung akan membuat ibu merasa lega. Suasana hatinya terjaga dengan begitu ia mampu merawat si kecil penuh cinta. 

Baca Juga: 5 Skill Parenting yang Harus Diterapkan Seorang Ayah kepada Anak

3. Privilege Finansial

Uang bukan segalanya namun segalanya butuh uang. Tidak menampik apabila kondisi keuangan kita bagus maka segala urusan yang mengharuskan kita mengeluarkan lembar-lembar rupiah bisa teratasi tanpa pusing maupun stess mikirin uang lagi. 

Sebagai contoh untuk membeli biaya perlengkapan bayi, biaya persalinan, biaya pendidikan anak, biaya perawatan bayi dan lain sebagainya membutuhkan nominal yang tidak sedikit jika dana sudah disiapkan jauh-jauh hari perasaan jauh lebih tenang yang dapat berdampak pada suasana hati ibu. 

Apalagi jika seorang ibu juga dibantu oleh asisten rumah tangga jelas berbeda dengan mereka yang full mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus merawat buah hati seorang diri. Membayar ART dan Baby Sitter bukan masalah besar bukan jika keuangan stabil? 

Oleh karena itu, kita tidak dapat menilai baik buruknya parenting yang diterapkan para orang tua hanya dari satu sisi. Seorang ibu yang mengurus sendiri buah hatinya, pekerjaan rumah, ditambah lagi apabila ia juga bekerja tentu saja tingkat kelelahan, kondisi emosionalnya berbeda 180 derajat dengan para ibu yang menggunakan jasa ART.  

Baca Juga: 4 Tanda Seseorang Dewasa dalam Pola Pikir, Tidak Mudah Menghakimi!

Apabila ada ibu-ibu yang kelepasan marah kepada sang anak yang membuat berantakan isi rumah langsung dijudge menerapkan parenting yang buruk adalah hal yang keliru jika membandingkannya dengan para ibu yang segala tugasnya dibantu ART juga Baby Sitter.

Namun, membentak anak terlalu keras dapat berakibat fatal jadi sebisa mungkin terlepas seberapa kesal perasaan kita jangan sampai keluar kata-kata buruk pada si kecil. 

Nah, dari ketiga hal diatas penting bagi kita untuk mengolah emosi, pikiran, perasaan meski memiliki masalah baik itu keuangan, pekerjaan bahkan perkara dengan pasangan jangan sampai anak menjadi korban.

Menjadi orang tua memang gampang-gampang susah ya. Tak perlu risau asal kita tidak pernah berhenti belajar untuk mendidik anak kita agar berakhlak baik.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak