Mendengar rengekan anak memang merupakan seuatu hal yang menjengkelkan. Apalagi akalu anak sudah di luar kontrol kita dan menangis semakin menjadi-jadi tidak bisa dikendalikan. Kira-kira apa yang dilakukan parents menghadapi hal ini? Menanggapi tangisannya atau ustru mengabaikannya?
Ternyata mengabaikan tidak hanya dengan cara mendiamkannya. Parents harus tahu bahwa mengabaikan emosi anak bisa dengan kata-kata yang sepertinya terdengar peduli, tapi sebenarnya menolak emosi anak. Nah, emosi anak yang sering diabaikan berisiko alami childhood emotional neglect (CEN). Menurut, Damar Wijayanti, Montessori. Dipl. Edu seorang praktisi positive discipline parents, Senin (15/5/2023) bahwa childhood emotional neglect adalah sebuah keadaan ketika orang tua mengabaikan kebutuhan emosional anak.
Mengenal Childhood Emotional Neglect
CEN merupakan salah satu bentuk 'penganiayaan' (abuse) yang paling umum dilakukan kepada anak. CEN dapat menimbulkan dampak buruk psikologis dan menurunkan kemampuan akademis. Hal ini bisa terjadi karena otak emosi (Amygdala) yang berfungsi merespon secara emosional stimulus dari lingkungan sekitarnya. Ketika anak alami CEN, otak emosi jadi semakin besar dan reaktif, akibatnya anak cenderung merasakan emosi takut dan cemas berlebihan. Nah perasaan emosi takut dan cemas berlebihan inilah yang kemudian dapat menghambat proses belajar anak sehingga menimbulkan menurunnya kemampuan akademis anak.
Mengapa Orang Tua Tanpa Sadar Mengabaikan Emosi Anak?
CEN juga sering kali ditemukakn dan diturunkan dalam perilaku parenting. Mengapa bisa seperti Itu? Orang tua yang dulunya mengalami CEN karena emosinya diabaikan meningkatkan kecenderungan melakukan pola parenting yang serupa, tanpa sadar! Tentu saja ini akan menjadi pola yang terus berulang dan diturunkan jika parents tidak segera menyadari dan mengubah kebiasaan.
Contoh Kalimat Childhood Emotional Neglect
Contoh kalimat pertama, "Loh kok nangis? Nih Pak Satpam ada anak nangis ini!" Pada contoh kalimat pertama orang tua bertujuan ingin segera membuat anaknya yang menangis untuk diam, tapi orang tua cenderung mengabaikan perasaan anak yang sedih tanpa menanyakan sebabnya menangis dan seberapa sedih dia. Anak yang ketakutan bisa saja langsung diam tapi ia berakhir diam dengan emosinya yang terabaikan.
Contoh kalimat kedua, "Masa gitu aja nangis, lebay kamu." Pada contoh kedua ini, perasaan anak sangat jelas telah diabaikan. Orang tua menjadi meremehkan perasaannya dan merasa yang di rasakan anak tidak penting. Kemudian orang tua melabeli anak dengan kata lebay. Tentu saja anak mugkin akan diam tapi di sisi yang sama ia mungkin merasa sakit hati.
Contoh kalimat ketiga, "Harusnya kamu bersyukur sudah dibelikan sepeda, nggak perlu nangis karena nggak ada keranjangnya!" Pada kalimat ketiga juga mencerminkan ketidakpedulian orang tua terhadap yang dirasakan anak. Kemudian menekankan bahwa ia seharusnya justru harus bersyukur bukannya malah menangis. Emosi anak di tolak oleh orang tua.
Bagaimana parents, sudah memahami childhood emotional neglect? Saatnya belajar yuk agar tidak menimbulkan luka masa kecil pada anak.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.