Oversharing: Arti, Tanda Khas yang Sering Muncul, dan Cara Mengatasinya

Hikmawan Firdaus | šŸ€e. kusuma. nšŸ€
Oversharing: Arti, Tanda Khas yang Sering Muncul, dan Cara Mengatasinya
ilustrasi berbagi cerita (Pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Banyak orang sering mengacaukan sisi autentik dalam diri dengan berbagi berlebihan. Padahal bersikap autentik bukan berarti memberitahukan tentang masalah terdalam pada semua orang. Hal ini bisa menjadi tanda yang jelas bahwa seseorang sudah terlalu banyak berbagi hal-hal yang seharusnya disimpan untuk diri sendiri dan orang-orang terdekat. 

Lalu, apa itu oversharing?

Menukil Urbandictionary.com, oversharing diartikan sebagai perilaku memberikan informasi pribadi lebih dari yang diperlukan. Biasanya hal ini dilakukan ketika dua orang atau lebih sedang berbincang dan rincian kehidupan seseorang masuk ke dalam diskusi hingga obrolan bisa menjadi cukup aneh serta menjemukan.

Bagaimana cara mengetahui seseorang sudah terlalu banyak berbagi?

Ada beberapa tanda khas dari perilaku oversharing yang bisa diketahui, berikut di antaranya.

  • Ingin cepat terhubung dengan orang lain. Baik itu hubungan romantis atau persahabatan, pada dasarnya semua koneksi membutuhkan waktu untuk berkembang. Namun, jika seseorang ingin bergerak cepat, akan ada potensi perilaku berbagi hal-hal yang sangat pribadi sejak awal sebagai cara untuk terhubung dengan cepat. Sayangnya, orang lain mungkin tidak merasakan kebutuhan yang sama hingga memilih untuk menjauh.
  • Haus akan simpati. Cukup banyak orang yang ‘hobi’ membicarakan masalahnya. Bukan karena mau membongkar aib, tapi ingin membuat orang di sekitarnya merasa kasihan. Simpati dan empati dari orang lain dianggap sebagai bentuk perhatian terbaik yang ingin didapatkan.
  • Media sosial selalu menjadi tempat perlindungan. Tidak ada salahnya berbagi hal-hal dalam hidup pada orang lain, termasuk di media sosial. Namun, saat mulai bercerita terlalu banyak detail hingga media sosial jadi pelarian, hal ini bisa berbahaya. Pasalnya, media sosial terlalu rawan dijadikan tempat perlindungan bagi hal-hal yang sifatnya privasi.
  • Ada penyesalan yang muncul pasca oversharing. Ada kemungkinan perilaku overshare akan disesali setelah paham jika informasi yang dibagikan pada orang lain dirasa sudah terlalu berlebihan. Kondisi ini biasanya akan memicu rasa gugup atau cemas. Jika sudah begini, boleh jadi perilaku terlalu banyak berbagi memang benar-benar terjadi.

Bagaimana cara berhenti melakukannya

Dalam menghentikan kebiasaan overshare, perlu ada langkah khusus agar tidak semakin kebablasan. Pertama, kenali akar masalahnya lebih dulu. Entah itu perhatian, rasa kesepian, atau kebiasaan bermedia sosial yang salah, pemahaman ini bisa menjadi identifikasi awal menemukan akar masalah sebelum mengambil tindakan antisipasi selanjutnya. 

Jika memang perilaku berbagi secara berlebihan untuk menarik perhatian, gali lebih rinci untuk mengetahui apakan ada kepemilikan harga diri yang rendah atau tidak. Bisa jadi hal inilah yang turut andil menjadi akar masalah dan alasan kebutuhan atas simpati orang lain.

Andai tidak memungkinkan mengatasinya sendiri, mendatangi seorang terapis mungkin merupakan pilihan terbaik. Bisa jadi masalah yang dialami jauh lebih dalam dan serius hingga butuh berkonsultasi dengan terapis untuk mengatasinya. 

Dengan melihat tanda khas dan cara mengatasi oversharing di atas, kita akan semakin mengenali perilaku diri andai sudah terlalu banyak berbagi informasi tentang kehidupan pribadi. Ingat, berbagi cerita dan perasaan boleh saja asal tidak berlebihan atau melewati batasan privasi.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak