Gen Z Dianggap Bermental Lemah? Ini 4 Tips yang Bisa Bantu Latih Mental

Candra Kartiko | Ridho Hardisk
Gen Z Dianggap Bermental Lemah? Ini 4 Tips yang Bisa Bantu Latih Mental
Ilustrasi mental yang lemah. (pexels.com/cottonbro studio)

Generasi Z adalah generasi yang telah tumbuh dalam era teknologi digital yang mendominasi setiap aspek kehidupan mereka. Namun, bersamaan dengan keuntungan teknologi ini, generasi ini juga menghadapi tantangan signifikan dalam hal kesehatan mental.

Kita perlu mengakui dan mengatasi masalah ini dengan serius karena kesejahteraan mental adalah bagian penting dari kehidupan setiap individu terutama bagi gen Z karena ini menjadi tantangan bagi mereka hidup di zaman sekarang.

Selain itu, penggunaan berlebihan media sosial dan perangkat elektronik bisa menjadi pemicu masalah kesehatan mental. Jumlah waktu yang dihabiskan di layar dapat memengaruhi tidur, memperburuk isolasi sosial, dan meningkatkan stres. Namun, penting untuk diingat bahwa teknologi juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesehatan mental dengan akses mudah ke sumber daya kesehatan mental dan aplikasi meditasi.

Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini, saya akan membahas mengenai cara yang bisa menjadi solusi untuk gen Z menghapus stereotip buruk mereka perihal mental. Mari simak pembahasannya.

BACA JUGA: 8 Tips dan Trik Microsoft Word yang Mempermudah Tugas, Deadliner Merapat!

Membuat program pendidikan kesehatan mental di instansi pendidikan

Ilustrasi program pendidikan kesehatan mental. (freepik.com/rawpixel.com)
Ilustrasi program pendidikan kesehatan mental. (freepik.com/rawpixel.com)

Seperti yang sudah banyak kita tahu, gen Z mendapat stereotip generasi bermental lemah oleh generasi lainnya. Program pendidikan kesehatan mental adalah salah satu opsi untuk diterapkan di instansi pendidikan. Program dilaksanakan pada tahap awal yang dimulai dari penyuluhan secara rutin di sekolah.

Program ini melibatkan penyuluhan reguler oleh profesional kesehatan mental di sekolah atau institusi pendidikan. Penyuluhan ini dapat berlangsung dalam bentuk seminar, lokakarya, atau sesi grup. Setiap bulan atau setiap dua bulan, sekolah dapat mengundang seorang psikolog atau konselor untuk memberikan penyuluhan tentang topik-topik seperti stres, kecemasan, depresi, dan teknik mengatasi.

Penyuluhan ini dapat disiarkan secara virtual untuk memungkinkan akses yang lebih mudah. Kemudian tindak lanjutnya bisa didukung dengan kelas mindfulness dan relaksasi. Kelas yang mengajarkan teknik-teknik mindfulness dan relaksasi kepada siswa untuk membantu mereka mengelola stres dan meningkatkan kesehatan mental.

Mengembangkan aplikasi konsultasi kesehatan mental

Ilustrasi aplikasi konseling kesehatan mental. (freepik.com/freepik)
Ilustrasi aplikasi konseling kesehatan mental. (freepik.com/freepik)

Aplikasi dapat memberikan akses konseling yang lebih mudah dan terjangkau bagi gen Z. Gen Z dapat mengakses layanan konseling kapan saja dan di mana saja, tanpa harus pergi ke kantor konseling. Selama fitur yang disediakan cukup tersedia, mereka bisa mempelajari kesehatan mental secara real time ketika mereka mulai merasakan adanya gangguan mental.

Terapi untuk mengendalikan emosional bisa dimasukan dalam bentuk tips ringan sehingga bisa dijadikan opsi untuk gen Z.

BACA JUGA: 5 Langkah Membangun Keterampilan Kerja Sejak Mahasiswa, Bangun Relasi!

Menginisiasi kampanye kesehatan mental melalui media sosial dan event

Ilustrasi mengampanyekan melalui media sosial. (freepik.com/freepik)
Ilustrasi mengampanyekan melalui media sosial. (freepik.com/freepik)

Kampanye dilakukan sebagai jalan yang masif untuk membangun awareness publik mengenai kesehatan mental. Mereka harus paham tekanan mental yang dihadapi gen Z itu tidak mudah untuk dihadapi. Ketika sudah mendapatkan awareness, mereka akan secara perlahan-lahan memberikan dukungan terhadap kampanye.

Media yang paling efektif untuk melancarkan kampanye adalah melalui media sosial dan event. Media sosial sudah menjadi wadah penyebar informasi yang cepat sehingga akan lebih cepat tersampaikan. Sedangkan untuk event, edukasi mengenai kesehatan mental bisa dikreasikan secara menarik dalam bentuk apa pun dan bisa berpotensi mengundang partisipasi yang besar.

Mengadakan pelatihan untuk para tenaga pendidik mengenai kesehatan mental

Ilustrasi pelatihan tenaga pendidik. (pexels.com/Kampus Production)
Ilustrasi pelatihan tenaga pendidik. (pexels.com/Kampus Production)

Jika ingin program pendidikan kesehatan mental berjalan lancar, tentunya perlu ada pengelolaan SDM dari tenaga pendidik. Mereka perlu ikut pelatihan mengenai cara yang tepat untuk memberikan treatment yang tepat untuk gen z.

Jika di lingkungan sekolah, maka semua guru harus mengikuti pelatihannya. Begitu juga di perguruan tinggi, dosen juga harus bisa mengikuti pelatihannya. Harapannya kepada gen z saat telah memasuki dunia kerja, mereka tampil dengan membawa energi baru dengan mental yang sehat.

Gen Z adalah salah satu penerus bangsa, jadi fondasinya harus dijaga sebaik mungkin agar mereka siap menghadapi tantangan dunia kerja ke depannya. Semoga bermanfaat.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak