Dear Parents, Ketahui 5 Risiko Tersembunyi Penggunaan Aplikasi AI pada Anak

Hernawan | Ridho Hardisk
Dear Parents, Ketahui 5 Risiko Tersembunyi Penggunaan Aplikasi AI pada Anak
ilustrasi orang tua yang sedang mengajarkan anak (freepik.com)

Teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) kini bukan hanya hadir di dunia kerja atau hiburan orang dewasa. Banyak aplikasi berbasis AI yang kini dirancang khusus untuk anak-anak—mulai dari asisten belajar, aplikasi menggambar otomatis, hingga chatbot yang bisa diajak ngobrol. Di satu sisi, ini menjadi peluang menarik untuk mengenalkan teknologi sejak dini. Tapi, di sisi lain, ada beberapa risiko tersembunyi yang perlu orang tua waspadai sebelum mengizinkan anak mengaksesnya.

Kamu mungkin berpikir, “Namanya juga aplikasi belajar, pasti aman dong?” Sayangnya, tidak semua aplikasi AI yang terlihat edukatif benar-benar cocok untuk anak. Yuk, kenali lima risiko tersembunyi yang penting untuk kamu pahami sebelum anak makin akrab dengan AI.

1. Privasi Data Anak yang Rentan Bocor

Beberapa aplikasi AI meminta data pribadi seperti nama, umur, jenis kelamin, hingga lokasi. Ada juga yang tanpa disadari merekam suara atau menyimpan kebiasaan anak dalam menggunakan aplikasi. Kalau tidak diawasi, data ini bisa disalahgunakan oleh pihak ketiga, apalagi kalau aplikasi tersebut tidak punya kebijakan privasi yang jelas.

Orang tua perlu memilih aplikasi yang memiliki pengaturan kontrol orang tua (parental control) dan kebijakan keamanan yang transparan. Pastikan kamu membaca dulu aturan privasinya dan menonaktifkan fitur yang tidak perlu.

2. Konten Tidak Sesuai Usia

Karena bersifat otomatis dan terus belajar dari internet, AI bisa menampilkan respons atau konten yang tidak sesuai untuk anak. Misalnya, chatbot AI bisa menjawab pertanyaan dengan bahasa yang terlalu kompleks, bahkan bisa menyisipkan topik yang belum pantas diketahui anak-anak.

Untuk mencegah hal ini, pilih aplikasi yang memang dikembangkan untuk anak sesuai kategori usia. Jangan tergiur fitur canggih saja—pastikan kontennya juga aman dan sesuai perkembangan psikologis anak.

3. Ketergantungan Berlebihan pada Layar

Banyak aplikasi AI yang dibuat dengan tampilan menarik dan suara yang interaktif, membuat anak-anak betah berlama-lama memainkannya. Kalau tidak dibatasi, ini bisa membuat anak jadi malas bergerak, kurang tidur, dan bahkan mudah tantrum saat waktunya berhenti bermain.

Solusinya, tetap atur batasan waktu layar setiap hari. Misalnya, maksimal 1 jam per hari untuk anak usia di bawah 6 tahun, sesuai rekomendasi dari IDAI dan WHO. Selain itu, imbangi dengan aktivitas fisik seperti menggambar manual, bermain di luar rumah, atau membaca buku bersama.

4. Minimnya Interaksi Sosial

Anak yang terlalu lama berinteraksi dengan AI bisa jadi kurang berlatih komunikasi dengan orang lain. Mereka bisa lebih nyaman berbicara dengan chatbot dibanding bermain dengan teman sebaya. Ini tentu bisa menghambat kemampuan sosialnya di masa depan.

Maka dari itu, tetap ajak anak untuk bermain bersama teman, ikut kegiatan komunitas, atau mengobrol ringan setiap hari. Orang tua tetap harus jadi “teman ngobrol” yang nyata, bukan digantikan oleh teknologi.

5. Bias dalam Algoritma AI

Meski disebut cerdas, AI tetap dibuat oleh manusia dan bisa membawa bias tertentu. Contohnya, AI yang mengenali gambar mungkin tidak cukup inklusif, atau hanya menampilkan jenis karakter tertentu yang dianggap “ideal”. Kalau dibiarkan, anak bisa menyerap nilai-nilai yang sempit dan tidak beragam.

Penting banget untuk memilih aplikasi dari pengembang yang menjunjung nilai-nilai etis dan keberagaman. Kamu juga bisa mendampingi anak dan menjelaskan bahwa apa yang mereka lihat di layar belum tentu mencerminkan kenyataan.

Agar pengalaman anak tetap seru dan bermanfaat, coba lakukan hal-hal berikut ini:

  • Pilih aplikasi dari pengembang terpercaya. Lihat ulasan dan rating dari pengguna lain.
  • Baca syarat dan kebijakan privasi. Jangan asal klik “setuju” ya!
  • Aktifkan kontrol orang tua. Banyak aplikasi yang punya fitur ini.
  • Dampingi saat anak bermain. Jangan biarkan anak terlalu sering bermain sendiri.
  • Batasi screen time. Biar tetap seimbang antara dunia digital dan dunia nyata.

Dengan bimbingan yang tepat, AI bisa menjadi alat bantu belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Tapi tetap ingat, teknologi hanya alat. Orang tua tetap punya peran utama untuk membentuk kebiasaan sehat dan kritis dalam menggunakan teknologi.

Jadi, sebelum memberi akses aplikasi AI ke anak, pastikan kamu sudah mengenali potensi risikonya. Jangan sampai terlambat menyadari!


 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak