Bisikan Kegelapan! Mengapa Gen Z Terpikat Podcast Horor seperti Morbid?

Hernawan | Sherly Azizah
Bisikan Kegelapan! Mengapa Gen Z Terpikat Podcast Horor seperti Morbid?
Ilustrasi alat yang sering digunakan untuk podcast kesukaan gen z [pexels/George Milton]

Di tengah gemerlap layar dan hiruk-pikuk digital, Generasi Z menemukan pelarian dalam bisikan mencekam podcast horor seperti Morbid. Dari kisah pembunuhan berantai hingga urban legend yang merindingkan, podcast ini menjadi teman malam yang setia bagi jutaan pendengar muda. Bukan sekadar hiburan, cerita-cerita gelap ini ibarat cermin yang memantulkan ketakutan, rasa ingin tahu, dan bahkan kerapuhan jiwa mereka.

Mengapa Gen Z begitu terpikat pada genre yang dirancang untuk mengusik ketenangan? Apakah ini hanya soal adrenalin, atau ada refleksi emosional yang lebih dalam? Dan, bagaimana podcast horor membentuk cara mereka mengonsumsi media? Seperti lentera di lorong gelap, Morbid dan sejenisnya menerangi hasrat Gen Z akan cerita yang mendebarkan.

Daya tarik podcast horor tak lepas dari kemampuan narasi audio untuk membangkitkan respons emosional dan fisiologis yang kuat. Dalam studi berjudul More than a Feeling: Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR) is Characterized by Reliable Changes in Affect and Physiology, Poerio et al. (2018) menemukan bahwa stimulus audio tertentu dapat memicu perubahan suasana hati, detak jantung, dan bahkan sensasi fisik seperti merinding. Meskipun fokus pada ASMR, temuan ini relevan untuk podcast horor, yang menggunakan suara—dari intonasi dramatis hingga efek suara mencekam—untuk menciptakan pengalaman imersif. Gen Z, yang terbiasa dengan media interaktif, menemukan podcast horor sebagai medium yang hidup, di mana imajinasi mereka dipandu untuk melukis ketakutan dengan warna-warna pribadi.

Mengapa Gen Z begitu terpikat pada podcast seperti Morbid? Salah satu alasannya adalah kecintaan mereka pada autentisitas dan koneksi emosional, yang dihadirkan oleh pembawa acara seperti Alaina Urquhart dan Ashleigh Kelley dengan gaya santai namun mendalam. Podcast horor sering memadukan fakta kelam dengan humor gelap, menciptakan ilusi obrolan bersama teman di malam sunyi. Budaya Indonesia sendiri, yang kaya akan cerita mistis lokal, turut memperkuat daya tarik ini—seperti terlihat dari popularitas podcast seperti Lentera Malam dan Do You See What I See. Gen Z, yang hidup di era ketidakpastian global, menemukan kenyamanan aneh dalam menjelajahi kegelapan yang terkontrol, di mana ketakutan bisa dinikmati tanpa ancaman nyata.

Sebagai hiburan, podcast horor adalah roller coaster emosi yang sempurna untuk Gen Z. Cerita tentang kejahatan nyata atau misteri supernatural memacu adrenalin, menawarkan pelarian dari rutinitas yang kadang membosankan. Fleksibilitas podcast memungkinkan mereka menikmati ketegangan ini sambil multitasking—berkendara, belajar, atau sekadar rebahan. Judul episode yang provokatif, seperti “Siapa yang Barusan Lewat?” dari Lentera Malam, menggoda rasa ingin tahu mereka, menjadikan setiap episode petualangan yang tak bisa dilewatkan. Lebih dari itu, podcast horor menawarkan ruang aman untuk menghadapi ketakutan, di mana Gen Z bisa menertawakan kengerian sembari merasa hidup.

Namun, daya tarik podcast horor tak hanya soal hiburan; ada refleksi emosional yang mendalam di baliknya. Cerita-cerita kelam ini memungkinkan Gen Z menjelajahi tema eksistensial—kematian, kejahatan, atau hal tak diketahui—tanpa harus menghadapinya langsung. Seperti cermin yang retak, podcast horor memantulkan kecemasan mereka tentang dunia yang penuh ketidakpastian, dari perubahan iklim hingga tekanan sosial. Poerio et al. (2018) menunjukkan bahwa stimulus audio dapat memengaruhi emosi secara signifikan, dan dalam konteks horor, ini berarti Gen Z bisa memproses ketakutan atau trauma secara tak langsung. Podcast seperti Morbid juga sering membahas isu sensitif, seperti kesehatan mental, dengan empati, menciptakan ruang bagi pendengar untuk merasa dipahami.

Dampak podcast horor pada konsumsi media Gen Z adalah revolusi senyap. Dengan format audio yang fleksibel, podcast telah menggeser preferensi mereka dari media visual tradisional seperti televisi menuju konten yang lebih personal dan on-demand. Spotify melaporkan bahwa konsumsi podcast di Indonesia meningkat lima kali lipat sejak 2019, dengan horor sebagai genre teratas, mencerminkan budaya lokal yang akrab dengan mistis. Namun, ada risiko Gen Z terlalu larut dalam narasi kelam, yang bisa memperburuk kecemasan jika tidak dikelola. Selain itu, algoritma platform seperti Spotify sering mendorong konten serupa, berpotensi membatasi paparan mereka terhadap genre lain.

Podcast horor seperti Morbid adalah lentera yang menerangi jiwa Gen Z: pemberani, penasaran, namun rentan. Mereka mencari cerita-cerita gelap bukan hanya untuk merinding, tetapi untuk memahami diri dan dunia di sekitar mereka. Seperti api unggun di malam gelap, podcast ini mengumpulkan mereka dalam komunitas imajiner, di mana ketakutan menjadi cerita yang dibagi bersama. Jadi, lain kali kamu memutar episode Morbid, ingatlah: setiap bisikan horor adalah undangan untuk menari dengan bayang-bayang, lalu melangkah lebih berani ke dunia nyata. Ayo, Gen Z, nikmati kegelapan, tetapi jangan lupa menyalakan cahayamu sendiri!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak