Curhat Zaman Now: Gen Z Pilih Repost TikTok Buat Ungkap Rasa!

Hikmawan Firdaus | Rahmah Nabilah Susilo
Curhat Zaman Now: Gen Z Pilih Repost TikTok Buat Ungkap Rasa!
Ilustrasi Aplikasi TikTok.[Unsplash/Collabstr]

Baca 10 detik
  • Repost jadi “kode” digital untuk menyampaikan perasaan tanpa harus bicara langsung.
  • Fenomena ini mencerminkan cara baru Gen Z berkomunikasi: aman, efisien, dan personal.
  • Gen Z gunakan fitur repost TikTok sebagai cara curhat dan ekspresi emosi.

TikTok mungkin lebih dikenal sebagai platform hiburan dan tren viral, tapi belakangan ini ada fenomena menarik yang mulai muncul: Gen Z menggunakan fitur "Repost" bukan cuma buat berbagi konten lucu atau relatable, tapi juga sebagai cara untuk curhat dan mengekspresikan perasaan.

Di era serba digital ini, media sosial bukan hanya lagi menjadi tempat untuk berbagi momen-momen indah. Bagi Gen Z, platform seperti TikTok telah berevolusi menjadi ruang pribadi yang unik, di mana ekspresi diri dan curahan hati bisa dilakukan dengan cara yang tidak terduga. Salah satu fenomena yang sedang tren adalah penggunaan fitur repost atau postingan ulang sebagai wadah untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran.

Pada dasarnya, tombol repost di TikTok diciptakan dengan fungsi yang sederhana: memungkinkan pengguna membagikan ulang video yang mereka sukai ke halaman profil mereka. Namun, di tangan Gen Z, fitur ini telah bertransformasi menjadi alat komunikasi yang sangat efektif dan bernilai personal. 

Mereka tidak hanya sekadar membagikan konten yang menarik, melainkan menggunakan setiap video yang mereka repost sebagai cerminan dari kondisi batin mereka saat itu. Fenomena ini merupakan bentuk komunikasi tidak langsung yang sangat cerdas. Gen Z memanfaatkan lirik lagu yang sendu, narasi yang penuh keresahan, atau visual yang estetik yang menyentuh hati sebagai bahasa baru untuk mengungkapkan apa yang sulit diucapkan.

Misalnya, seseorang yang sedang patah hati bisa me-repost video dengan narasi tentang perpisahan. Tanpa perlu menulis status panjang lebar atau membuat video sendiri, video yang di-repost itu sudah cukup menjadi "kode" atau sinyal tentang apa yang sedang ia rasakan

Ada beberapa alasan mengapa Gen Z memilih metode ini. Cara ini adalah pilihan yang lebih aman untuk menunjukkan sisi rentan mereka di tengah ruang publik yang sering menghakimi. Di samping itu, mereka merasa bahwa konten yang sudah ada justru terasa lebih jujur dalam menggambarkan emosi yang kompleks daripada jika mereka harus mengungkapkannya sendiri.

Fitur sederhana seperti repost bisa punya makna besar di tangan Gen Z. Fitur sederhana ini telah berevolusi menjadi sebuah bahasa isyarat digital yang punya makna mendalam. Di balik setiap video yang mereka bagikan ulang, sering kali tersimpan perasaan dan pikiran yang belum bisa atau belum berani mereka ucapkan dengan kata-kata. Ini adalah cara efektif untuk menyalurkan emosi, entah itu kebahagiaan, kekecewaan, atau kegalauan, tanpa harus merangkai kalimat panjang atau memulai percakapan yang sulit.

Mungkin ini bukan curhat dalam bentuk tradisional, seperti bertemu langsung atau menelepon teman. Ini adalah bentuk ekspresi yang lebih modern, cepat, dan minim tekanan. Sering kali, mereka merasa video yang sudah ada bisa mewakili perasaan mereka dengan jauh lebih akurat daripada jika mereka harus mencoba menjelaskannya sendiri. Itulah mengapa fitur ini menjadi sarana yang paling mereka pahami dan rasa paling aman untuk membuka diri.

Maka, jika suatu saat kamu melihat temanmu me-repost video yang bernuansa sedih atau galau, jangan langsung menganggapnya sebagai tindakan mencari perhatian. Sebaliknya, lihatlah itu sebagai sinyal atau kode yang diberikan kepada orang-orang terdekatnya. 

Bagi banyak Gen Z, itu adalah cara paling nyaman bagi mereka untuk mengatakan, tanpa harus bersuara, "Aku lagi nggak baik-baik saja." Pada akhirnya, penggunaan fitur repost di TikTok sebagai tempat curhat bukan sekadar tren. 

Ini adalah cerminan dari cara baru Gen Z dalam berkomunikasi di era digital, di mana keamanan, efisiensi, dan keintiman menjadi prioritas. Ini adalah cara mereka berteriak tanpa suara, dan curhat tanpa harus repot menceritakan semuanya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak