Gak Pacaran Tapi Lebih dari Temenan: Selamat Datang di Era Situationship ala Gen Z

M. Reza Sulaiman
Gak Pacaran Tapi Lebih dari Temenan: Selamat Datang di Era Situationship ala Gen Z
Ilustrasi situationship alias hubungan tanpa status. (pexels/radu florin)

"Kita ini sebenarnya apa?" Pertanyaan klasik yang kini makin sering terdengar. Gen Z, yang lahir di era yang menuntut fleksibilitas, kini banyak yang memilih untuk menjalani relasi tanpa label yang dikenal dengan istilah situationship.

Hubungan ini berada di ruang abu-abu: lebih dari sekadar sahabat, tapi kurang dari pasangan resmi. Ada koneksi, keintiman emosional, kadang kedekatan fisik, tapi tanpa ekspektasi komitmen formal atau status publik.

Kenapa Sih Banyak Gen Z yang Terjebak (atau Sengaja Memilih) 'Situationship'?

Menurut artikel dari The Bridge Chronicle, ada beberapa alasan mengapa generasi muda cenderung menghindari label tradisional dalam hubungan:

Takut Komitmen, tapi Tetap Butuh Koneksi

Meskipun mereka sangat menghargai kedekatan emosional, banyak Gen Z yang enggan untuk “terikat” karena takut kehilangan ruang diri atau merasa hubungan akan menjadi beban baru di tengah hidup yang sudah rumit.

Label Dianggap 'Kuno' dan Membatasi

Alih-alih menyebut “pacar”, ada yang lebih memilih istilah seperti “my person”. Ini adalah bentuk suara dari Generasi Z yang melihat cinta sebagai sesuatu yang lebih cair dan tidak harus selalu diikat oleh definisi kaku.

'Self-Protection' dari Patah Hati

Tidak jarang, generasi muda tumbuh dengan menyaksikan konflik antara orang tua, menjadi korban ghosting, atau mengalami patah hati yang mendalam. Rupanya, hubungan tanpa label menjadi semacam cara untuk "menjaga diri" agar tidak mudah terluka lagi.

Terlalu Sibuk buat Pacaran Serius

Dengan tekanan akademik, karier awal, ambisi pribadi, dan isu kesehatan mental, membangun relasi yang penuh tanggung jawab seringkali dianggap terlalu berat. Situationship menjadi jalan tengah antara kebutuhan akan kedekatan dan kebutuhan akan ruang.

Fenomena ini bahkan dirasakan oleh para mahasiswa. The McGill Daily mengutip salah satu dari mereka, "Kita sering bertukar pesan setiap hari, terkadang bertemu dengan teman masing-masing, tapi saya tidak akan bilang kita pacaran.” Hubungannya terasa nyata, tapi ketika ditanya, “Apa statusnya?”, jawabannya tetap samar.

Sisi Gelap dari Ketidakjelasan: 'Pajak' Emosional yang Harus Dibayar

Meskipun terasa santai dan bebas, hubungan tanpa label ini memiliki sisi gelap psikologis. Ketidakjelasan rupanya bisa memicu:

Kecemasan dan Kebingungan: Salah satu pihak bisa saja berharap lebih, sementara pihak lain menganggapnya biasa saja.

Sinyal Campur Aduk: Tanpa adanya perjanjian yang jelas, tidak ada batasan emosional yang pasti.

Sakit Hati Saat Harapan Tak Seimbang: Bila satu pihak ingin naik ke level yang lebih serius tapi yang lain tidak, potensi sakit hati menjadi sangat besar.

Jadi, Sebenarnya 'Situationship' Itu Sehat Gak, Sih?

Situationship memang punya manfaatnya sendiri. Bisa menjadi fase penjelajahan diri, relasi transisi, atau “ruang aman” ketika seseorang belum siap pada komitmen penuh. Tapi, jika salah satu pihak sudah mulai menginginkan lebih, maka penting untuk berani berbicara jujur.

Ramahlah pada hatimu sendiri untuk memilih, apakah hubungan tersebut harus berkembang, berubah bentuk, atau diakhiri untuk menjaga dirimu sendiri.

Penulis: Flovian Aiko

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak