Pernah nggak, sih, kamu punya teman lawan jenis yang jadi tempat curhat paling nyaman, tapi diam-diam ada yang mulai baper? Pada awalnya, semua terasa biasa saja. Bisa saling support, sering bareng, tukar cerita sampai malam.
Tapi entah kenapa, tiba-tiba muncul pertanyaan canggung, “Sebenarnya, kita ini cuma teman atau lebih?”
Pertanyaan klasik ini rupanya berhasil menarik perhatian para ilmuwan. Sebuah penelitian oleh April L. Bleske dan David M. Buss dari University of Texas mencoba menjawab fenomena ini secara ilmiah melalui studi berjudul “Can Men and Women Be Just Friends?”.
Bukan Cuma Drama FTV: Ternyata Ada Sains di Baliknya
Dalam penelitian ini, mereka meneliti lebih dari 450 mahasiswa, meminta mereka untuk menilai manfaat dan risiko dari pertemanan dengan sesama jenis dan lawan jenis.
Rupanya, hasilnya tidak sesederhana yang dikira. Tak disangka, ternyata cara pria dan wanita memaknai pertemanan dengan lawan jenis sangatlah berbeda.
Dari Sudut Pandang Cowok: 'Teman tapi Menaruh Harapan'
Penelitian menunjukkan bahwa pria cenderung melihat adanya potensi romantis sebagai salah satu manfaat dari pertemanan dengan lawan jenis. Rupanya, pria lebih sering menaruh perasaan tertarik kepada teman perempuannya dibandingkan sebaliknya.
Bagi mereka, kedekatan yang menyenangkan ini terkadang menumbuhkan harapan kecil bahwa hubungan tersebut bisa berkembang lebih jauh, meskipun tidak selalu diungkapkan. Namun, hal ini bukan berarti semua pria tidak bisa menjaga batas.
Banyak juga yang menikmati pertemanan tulus tanpa ekspektasi apa pun. Hanya saja, studi ini menunjukkan bahwa rasa tertarik bisa muncul secara alami, terutama ketika hubungan sudah sangat dekat.
Dari Sudut Pandang Cewek: 'Teman Curhat Paling Aman'
Sementara itu, wanita cenderung lebih memandang pertemanan dengan pria sebagai sumber dukungan emosional dan rasa aman. Mereka merasa teman lelaki dapat memberikan perspektif yang berbeda, mendengarkan tanpa drama, dan sering kali menjadi tempat berbagi pandangan yang jujur tentang kehidupan atau hubungan.
Menariknya, penelitian juga menemukan bahwa wanita merasa lebih terlindungi dan percaya diri saat memiliki teman pria yang suportif. Tetapi di sisi lain, kedekatan ini terkadang menimbulkan dilema emosional, misalnya saat pasangan mereka merasa cemburu atau saat batas antara teman dan "lebih dari teman" mulai kabur.
Batas Emosional yang Sangat Tipis
Baik pria maupun wanita sepakat bahwa pertemanan lawan jenis memang memiliki banyak manfaat. Mereka bisa saling belajar, saling dukung, dan memperluas pandangan hidup. Tetapi, penelitian ini juga menunjukkan bahwa batas emosional dalam pertemanan semacam ini sering kali sangat tipis.
Perasaan nyaman yang muncul dapat berkembang menjadi ketertarikan emosional tanpa disadari. Pada titik inilah, hubungan yang awalnya ringan bisa menjadi rumit, terutama jika salah satunya mulai menaruh harapan lebih.
Jadi, bisakah pria dan wanita benar-benar hanya berteman? Jawabannya: bisa, tapi tidak sepenuhnya terhindar dari risiko.
Perbedaan cara pandang dan dorongan emosional sering kali membuat hubungan semacam ini butuh kesadaran ekstra. Selama kedua pihak mampu menjaga batas dan menghargai perasaan masing-masing, pertemanan lawan jenis bisa tetap hangat dan sehat—selama semua orang jujur, terutama pada diri sendiri.
Penulis: Flovian Aiko