Belakangan ini, media sosial kembali memanas dengan perdebatan antara bare minimum dan princess treatment. Keduanya viral, lucu untuk dijadikan konten, tetapi di balik itu, rupanya mengundang sebuah pertanyaan yang serius: “Sebenarnya, apa sih standar hubungan yang wajar di zaman sekarang?”
'Bare Minimum': Usaha Dasar yang (Anehnya) Dianggap Luar Biasa
Bare minimum sebenarnya merujuk pada hal-hal mendasar yang memang seharusnya ada di dalam sebuah hubungan. Misalnya, perhatian yang sederhana, komunikasi yang jujur, kehadiran secara emosional, dan sikap yang saling menghormati.
Masalahnya, banyak orang yang justru menganggap gestur-gestur dasar ini sebagai sesuatu yang spesial. Membalas pesan tepat waktu atau mendengarkan keluhan pasangan dianggap sebagai sebuah "usaha besar", padahal itu hanyalah fondasi dari sebuah hubungan yang sehat.
Ketika seseorang terus-menerus menerima usaha yang minimal, mereka bisa mulai menurunkan standarnya. Lama-kelamaan, mereka akan merasa harus puas hanya dengan anggapan, “Yang penting tidak disakiti.” Inilah titik di mana sebuah hubungan berjalan di atas kompromi, bukan lagi kenyamanan.
'Princess Treatment': Perhatian Tulus atau Tuntutan Tak Realistis?
Berbeda dari bare minimum, princess treatment menggambarkan perlakuan yang "ekstra". Bukan sekadar perhatian dasar, tetapi sebuah usaha lebih untuk bisa membuat pasangan merasa sangat dihargai. Ini bisa muncul sebagai gestur-gestur kecil yang thoughtful, kejutan yang manis, atau tindakan-tindakan yang menunjukkan kepedulian yang mendalam.
Di sisi terbaiknya, hal ini bisa memperkuat kedekatan. Namun, gambaran princess treatment seringkali keliru karena dianggap selalu berhubungan dengan gestur yang mewah atau hadiah yang glamor. Padahal, esensinya bukan pada biayanya, tetapi pada niatnya. Ketika konsep ini berubah menjadi sebuah daftar tuntutan material, hubungan justru bisa kehilangan ketulusannya.
Kenapa Sih Ini Jadi Rame Banget?
Konten-konten yang membandingkan kedua istilah ini sering dikemas dengan humor, seperti kuis pasangan atau skenario-skenario lucu. Tapi, viralnya tren ini menunjukkan bahwa banyak orang yang sedang mempertanyakan standar mereka sendiri di dalam sebuah hubungan.
Generasi media sosial sangat terbuka soal kebutuhan emosional. Namun, di saat yang sama, mereka hidup di lingkungan yang sangat mudah untuk membanding-bandingkan diri dengan pasangan orang lain. Akibatnya, batas antara ekspektasi yang wajar dengan tuntutan yang tidak realistis bisa menjadi sangat kabur.
Jadi, Gimana Cara Cari Titik Tengahnya?
Untuk bisa keluar dari kerancuan ini, ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai pedoman.
Ungkapkan Kebutuhan dengan Jelas: Jangan harapkan pasanganmu bisa menebak apa yang sedang kamu inginkan.
Hargai Gesturnya, Bukan Kemewahannya: Fokus pada niat di balik setiap tindakan, bukan pada harganya.
Bangun Hubungan yang Seimbang: Jangan sampai hanya satu pihak saja yang terus-menerus memberi.
Di balik istilah-istilah viral dan perdebatan ringan ini, intinya setiap orang hanya ingin merasa dicintai dengan cara yang membuat mereka merasa aman, dihargai, dan diperhatikan. Bare minimum memang penting, tetapi tidak akan pernah cukup. Sedangkan princess treatment itu menyenangkan, tetapi tidak harus menjadi sebuah "kewajiban" setiap hari.
(Flovian Aiko)