Belajar Adult Relationship dari Maudy Ayunda soal Memilih Pasangan Hidup

Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Belajar Adult Relationship dari Maudy Ayunda soal Memilih Pasangan Hidup
Potret Maudy Ayunda dan Jesse Choi (Instagram/maudyayunda)

Ada masa dalam hidup ketika kita bingung, siapa sebenarnya yang tepat untuk dijadikan pasangan? Apakah kita memilih sendiri, mengikuti kata orang, atau bahkan menerima perjodohan begitu saja?

Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul ketika mulai menyadari bahwa pasangan bukan hanya teman berbagi hari, tetapi seseorang yang akan ikut membentuk masa depan kita.

Melalui video di kanal YouTube Maudy Ayunda pada Senin (8/12/2025), Maudy menjelaskan tentang hubungan di usia dewasa. Ia mengungkapkan bahwa memilih pasangan adalah keputusan besar.

Keputusan yang diam-diam menentukan langkah, mimpi, sampai arah hidup kita nanti. Bukan hal yang mudah, tetapi penting untuk dipikirkan dengan hati-hati.

Saat Memilih Pasangan Menjadi Keputusan Hidup

Maudy mengajak kita berhenti sejenak dan benar-benar memikirkan siapa sosok yang akan menemani perjalanan panjang kita nanti.

Karena pada akhirnya, pasangan adalah orang yang akan menjadi partner utama dalam meraih impian dan menjalani setiap fase hidup.

Memasuki usia kepala tiga, Maudy kembali mengenang keputusannya menikah di usia 27 tahun. Ia mengakui bahwa memilih pasangan hidup adalah salah satu keputusan penting yang bisa mengubah arah hidup seseorang.

Selama tiga tahun terakhir, ia bahkan sering membayangkan bagaimana jadinya jika ia memilih orang yang salah, karena begitu banyak bagian dalam hidup yang akan saling terhubung dengan pasangan.

Ketika Mimpi dan Masa Depan Harus Berjalan Sejalan

Maudy menyebutkan hal-hal penting yang sering dilupakan saat seseorang jatuh cinta. Misalnya, apakah pasangan ingin menunda punya anak, apakah ia ingin fokus dulu pada karier, atau bagaimana pandangannya tentang keuangan?

Semua hal ini, menurutnya, akan berdampak besar pada kehidupan rumah tangga. Perbedaan nilai dan visi itu wajar, tapi jika terlalu banyak, karena hal tersebut bisa memunculkan konflik dan negosiasi yang tak berujung.

“Kita tidak mau menghabiskan hidup kita untuk bernegosiasi,” kata Maudy.

Ia tidak bermaksud berlebihan, hanya menyampaikan apa yang ia dengar dan lihat dari banyak cerita orang di sekelilingnya.

Karena itu, ia menjelaskan bahwa memilih pasangan tidak boleh hanya berdasarkan penilaian orang lain. Intuisi tetap perlu didengar.

Kita sendiri yang paling tahu hidup seperti apa yang kita inginkan, sehingga kita pun bisa mengenali siapa sosok yang mampu berjalan bersama menuju arah itu.

Maudy menyebut pasangan hidup sebagai co-founder, seseorang yang membangun hidup bersama. Setelah tiga tahun menjalani pernikahan, ia merasa bersyukur karena pilihannya ternyata tepat.

Memilih pasangan hidup adalah keputusan besar yang harus benar-benar dipikirkan dengan matang, bukan ditentukan oleh tekanan sosial ataupun sekadar kata orang.

Pada akhirnya, hubungan yang sehat adalah hubungan yang membuat kita merasa pulang dan tetap ingin melangkah ke depan bersama.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak