Belajar dari Prinsip Hidup Pedagang Roket Mainan

Siswanto | Siswanto
Belajar dari Prinsip Hidup Pedagang Roket Mainan
Pedagang mainan roket-roketan (suara.com/Fikri)

Ulet, itu satu kata yang tepat untuk menggambarkan mental Dadang. Dadang adalah seorang pedagang roket-roketan yang terbuat dari balon di Jakarta. Ia sudah dagang mainan anak sejak sekitar 15 tahun.

Saya bertemu dengan warga Kemayoran itu pada Sabtu (25/10/2014) sore. Waktu itu, ia sedang berhenti di perempatan jalan di daerah Gunung Sahari Selatan. Ia berhenti untuk memompa balon-balon yang bentuknya memanjang.

Dadang bercerita, sekarang jumlah pelanggannya menurung bila dibandingkan jaman dulu. Ia mengenang ketika datang ke pemukiman-pemukiman padat penduduk di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, begitu banyak anak yang membeli dagangannya. Tapi, setelah banyak pemukiman padat penduduk digusur Pemerintah Provinsi Jakarta, pelanggan Dadang jauh berkurang.

Kendati demikian, Dadang tetap semangat dan tidak pernah berganti-ganti profesi. Ia tetap berdagang roket-roketan. Prinsipnya, menyenangkan anak itu baik.

"Sabar itu penting. Mungkin kalau tidak sabar, dagang seperti saya ini tidak akan lama," kata dia.

Roket-roketan yang dijual ada dua macam. Harganya pun sesuai dengan ukuran tersebut. Roket pendek harganya Rp2.000, sedangkan yang berukuran panjang Rp3.000. Tapi, terkadang ia menurunkan harga kalau ada ibu rumah tangga yang bersikeras menawar.

Kalau dipikir-pikir, walaupun dia bilang pelanggannya turun, sesungguhnya pendapatan Dadang besar. Bayangkan sesepi-sepinya pembeli, hampir setiap hari Dadang bisa mengumpulkan uang minimal Rp200.000, termasuk modal. Sedangkan kalau sedang ramai, katanya, sehari bisa mendapatkan uang di atas Rp400.000 dalam sehari.

Warga Jakarta Pusat itu hanya keluar modal untuk membeli satu kantong plastik berisi 100 balon hanya Rp18.000. Kemudian harga plastik transparan untuk mengamankan balon juga tidak mahal. Kemudian uang untuk membeli makanan sederhana atau beli minum yang terkadang ia bawa sendiri dari rumah.

"Rezeki itu tinggal bagaimana mengelolanya. Orang sih tidak akan pernah cukup. Alhamdulillah, saya bisa menyekolahkan anak, dan urusan rumah tangga amanlah," kata ayah dua anak.

Dadang terlihat sangat bahagia saat saya temui. Ia melayani anak-anak yang membeli roket-roketan dengan penuh senyum.

Senyum kepada anak-anak, saya rasa adalah rahasianya tetap memiliki pelanggan di masa sulit seperti sekarang. Agaknya, itu pula rahasianya tetap bahagia setiap hari berjalan kaki puluhan kilo untuk menjajakan roket-roketan.

Dikirim oleh Fikri, Senen, Jakarta

Anda memiliki berita atau foto menarik? Silakan kirim ke email: [email protected]

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak