Pengembangan Bakat Lukis pada Anak Berkebutuhan Khusus

Fabiola Febrinastri | Fabiola Febrinastri
Pengembangan Bakat Lukis pada Anak Berkebutuhan Khusus
Ilustrasi anak percaya diri [shutterstock]

Memahami Anak
Mengembangkan bakat adalah kegiatan yang sering dipertanyakan oleh para orang tua yang ingin anaknya berkembang. Mereka memperhatikan minat dan bakat anaknya.

Biasanya bakat anak dapat diketahui lebih dulu oleh orang tua, kemudian oleh guru. Kadang-kadang mereka tidak membedakan apa itu minat dan apa itu bakat, sehingga banyak yang menelusuri minat anaknya secara dangkal dan menganggap bahwa bakat adalah minat.

Seharusnya orang tua sudah memahami anaknya terlebih dahulu, karena mereka hidup bersamanya sejak anak lahir. Yang juga perlu mengenal dan memahami anak terlebih dahulu setelah orang tua adalah gurunya. Sebelum atau sedang mengajar, guru perlu mendapat informasi mengenai siswanya.

Terlebih lagi pada ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Yang pertama perlu diperhatikan adalah memahami anak (bagi orang tua) atau siswa (bagi guru). Harus disadari bahwa setiap anak memiliki kepribadian sendiri yang istimewa dan unik, yang tidak dapat dibanding-bandingkan dengan anak lain.

Yang boleh dibandingkan hanyalah masalah tumbuh-kembang yang musti sesuai dengan usianya, agar orang tua dapat memberikan kompensasi pada kekurangan atau pengembangan pada kelebihan yang disebabkan oleh “kekhususan” anaknya. Perlu diketahui, bagaimana anak berinteraksi sosial, berkomunikasi dan apakah pola berpikirnya kaku atau lentur.

Bagaimana cara anak belajar atau memahami sesuatu apakah lebih visual, audial, verbal atau praktik? Bagaimana daya konsentrasinya, berperan aktif?

Selain itu, perlu juga diketahui apa saja yang sangat mengganggu belajar ataupun mengganggu konsentrasi anak. Jika orang tua sudah memahami anaknya, maka observasi pada minat dan bakatnya dapat dimulai.

Menggali Potensi
Melihat minat anak tidaklah terlalu sulit, karena tampak dari kesukaan mereka terhadap sesuatu atau terhadap kegiatan tertentu. Tetapi minat bukanlah bakat, melainkan dua hal yang berbeda.

Misalkan saja ada anak yang berminat terhadap musik namun dia kesulitan dalam mempelajarinya, atau ada anak yang berbakat musik namun tidak berminat pada musik. Untuk dapat melihat kesesuaian antara minat dan bakat, orang tua harus menggali potensi-potensi anak.

Menggali potensi tidak dapat hanya dilakukan di rumah saja, karena memerlukan penjelajahan minat dari berbagai sisi pengalaman dalam kehidupan anak. Penggalian potensi biasanya lebih banyak dilakukan di sekolah oleh guru dari pada di rumah oleh orang tua.

Hal itu karena orang tua yang memiliki banyak kesibukan, sehingga penggalian potensi anak dilakukan kurang mendalam. Namun sistem pendidikan sekolah yang umum dan seragam juga tidak dapat mendukung penggalian potensi siswa secara mendalam.

Biasanya, sistem pendidikan di sekolah khususlah yang memiliki program khusus dengan misi menggali potensi siswa melalui berbagai cara, misalnya dengan bermain, belajar dan kegiatan-kegiatan yang akan memunculkan potensi-potensi siswa-siswinya.

Di sekolah khusus, guru dapat mengobservasi potensi siswanya dari berbagai segi. Misalnya sosialisasi, kerja sama dengan sesama siswa, kerja sama dengan orang yang lebih dewasa atau dengan guru, kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar dan lain-lainnya sampai hal yang khusus seperti keterampilan bekerja produktif dan menghasilkan sesuatu.

Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah kerja sama orang tua dan guru. Agar tercapai tujuan yang diharapkan, orang tua perlu menginformasikan hasil observasinya di rumah kepada guru di sekolah, demikian pula guru menginformasikan hasil observasinya kepada orang tua.

Dari situ, guru dan orang tua kemudian melihat potensi-potensi yang ada pada anak/siswanya. Dilihat sifatnya, kekuatan dan kelemahannya, lalu ditentukan prioritas pengembangan potensinya.

Dalam hal ini, prioritas utamanya adalah yang berkenaan dengan pembekalan anak/siswa dengan suatu kepandaian atau ketrampilan agar anak/siswa nantinya akan dapat mandiri dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

Potensi yang tergali dan dikembangkan, biasanya sejalan dengan keterbiasaan dalam perilaku dan kegiatan anak atau juga dengan bakat yang ada pada anak/siswa. Jika itu sudah diketahui, maka yang dilakukan kemudian adalah menyesuaikan bakat dengan minat, yaitu menumbuhkan minat anak/siswa kepada sesuatu hal yang sesuai dengan bakatnya atau melatih dan mendidik anak mengenai hal yang sesuai dengan minatnya.

Menemukan Bakat yang sesuai dengan Minat
Kadang-kadang terlihat anak memiliki minat terhadap beberapa kegiatan keterampilan yang saling berbeda dan orang tua juga ingin, agar anaknya memiliki banyak kepandaian atau keterampilan, sehingga kemudian memasukkan anaknya dalam berbagai kursus, sanggar atau pelatihan. Tujuan seharusnya dari memasukkan anak ke lembaga kursus ini adalah untuk mengenalkan anak kepada kegiatan kepandaian atau keterampilan agar muncul pemahaman dan minatnya.

Hal ini sangat masuk akal karena semua kegiatan pelatihan yang dijalani oleh anak, akan dapat memperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari kemampuan atau bakat anak terhadap hasil pelatihannya, sehingga orang tua dapat membandingkan dan memprioritaskan pengembangan bakat yang sesuai dengan minat anaknya.

Menentukan bakat apa yang dimiliki anak atau dalam hal apa anak itu paling berbakat, memerlukan observasi terhadap kegemaran yang paling banyak anak lakukan sesuai sifatnya, secara mandiri dan dengan bergairah. Pengamatan ini memerlukan waktu yang lama atau tidaknya tergantung dari kekuatan bakat anak itu sendiri.

Bakat yang berpotensi kekuatanlah yang harus dipilih untuk dikembangkan. Biasanya orang dikatakan memiliki potensi atau kekuatan dalam bakatnya jika kegiatannya dilakukan dengan senang, dengan gampang, produktif dan hasilnya sangat baik.

Pengembangan Bakat
Bakat saja tidak akan dapat menghantarkan anak kepada keberhasilan, karena bakat itu harus dipupuk dan dibina agar dapat berkembang. Pemupukan dilakukan dengan dukungan orang tua, lingkungan keluarga, guru, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial.

Dukungan Orang Tua
Orang tua mendukung dengan perhatian, memberitahukan kepada anak mengenai kelebihannya dan hal-hal positif yang ada pada bakatnya. Kemudian membantu anak dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dihadapinya juga dengan menyediakan sarana yang dibutuhkan.

Lingkungan Keluarga
Lingkungan yang pertama dan penting bagi anak adalah keluarga. Setiap anggota keluarga yang saling menghormati/menghargai dan budaya keluarga yang membentuk sikap dan kebiasaan anak terhadap pentingnya belajar/berlatih akan mendukung anak dalam mengembangkan bakat dan rasa percaya diri.

Dukungan Guru
Guru adalah orang tua siswa di sekolah. Tentu saja harus mendukung pengembangan bakat siswanya dengan memberikan pengetahuan, pengajaran atau pelatihan dan motivasi agar siswa tetap semangat dan rajin belajar. Jika karena keterbatasan dan kurangnya waktu sehingga guru tidak sanggup memberikan pelatihan mengenai keterampilan yang dibutuhkan siswa dalam pengembangan bakatnya, maka guru dapat menyarankan agar siswa belajar dan berlatih kepada orang yang lebih kompeten dalam hal yang sesuai bakat siswa.

Lingkungan Sekolah
Sekolah yang baik tentu memiliki fasilitas yang disediakan untuk kepentingan siswanya dalam belajar. Juga fasilitas khusus yang sesuai dengan masing-masing bakat para siswanya. Jika tidak ada fasilitas khusus tersebut, maka guru dan orang tua bekerja sama untuk dapat memfasilitasi siswa/anaknya dalam pengembangan bakat di sekolah.

Lingkungan Sosial
Untuk Anak Berkebutuhan Khusus, perlu diciptakan lingkungan sosial yang inklusif yang dapat menerima ABK sebagaimana adanya. Lingkungan yang mendukung akan memberikan rasa percaya diri kepada anak sehingga anak berani bersosialisasi dan berkomunikasi dengan mempertunjukkan bakatnya kepada masyarakat.

Pemupukan dan pembinaan dengan dukungan seperti yang tersebut di atas, akan dapat mengembangkan bakat anak. Anak menjadi dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat melalui bakatnya, sehingga bakatnya mendapat apresiasi dari masyarakat.

Kemudian anak akan dapat mengevaluasi sendiri bakatnya. Dari apresiasi dan evaluasi itu, anak akan dapat merasakan bahwa bakat dan kemampuannya bernilai sehingga menumbuhkan motivasi untuk meningkatkan nilainya dengan lebih berlatih, lebih belajar dan lebih bereksplorasi.

Atau singkatnya kita sebut dengan kerja keras. Motivasi untuk bekerja keras inilah yang akan menghantarkan anak kepada kesuksesan. Mengingat kata-kata motivasi dari ilmuwan berkebutuhan khusus yang sangat terkenal, Thomas Alva Edison, “Jenius adalah hasil dari 1 persen Bakat + 99 persen Kerja Keras”.

Penguatan Bakat Lukis pada ABK
Seorang ABK yang gemar menggambar akan dikatakan ‘memiliki bakat lukis’ atau ‘berbakat lukis’. Dia benar-benar berbakat jika kegemarannya itu membuatnya senang, dilakukannya dengan mudah, penuh semangat dan hasilnya bagus.

Jika bakat lukis itu tidak dikembangkan, maka dari hari ke hari gambar bagusnya itu akan tetap bagus tapi tidak berkembang. Sesuatu yang tidak berkembang tentu akan membuat bosan.

Seorang ABK yang berbakat sangat memerlukan perhatian dan dukungan dari orang tuanya karena orang tua sangat berperan dalam pengembangan bakatnya. Peran utama dari orang tua adalah interaksinya dengan anak.

Orang tua bekerja sama dan tumbuh bersama, lalu menggali potensi ABKnya. Apalagi bakat lukisnya sudah tampak, maka potensi-potensi dari bakat lukisnya dapat digali secara mendalam.

Potensi adalah daya, kekuatan, kesanggupan atau kemampuan yang mungkin untuk dikembangkan. Khusus dalam bakat lukis ini, tentu saja ada potensi kekuatan dan kelemahannya yang dapat digali.

Misalkan dari segi objek gambar: Apakah objek gambarnya bervariasi atau hanya satu macam saja. Dari segi ekspresi: Apakah ekspresinya sangat kuat dan jelas atau perlu pemikiran dulu untuk dapat menangkap ekspresi yang tertuang pada gambarnya.

Dari segi keterampilan menggambar: Apakah harus menjiplak agar hasil gambarnya bagus atau cukup hanya mencontoh saja. Atau tidak perlu mencontoh karena sudah dapat menggambar dari imajinasinya sendiri.

Atau perlu menghafal bentuk gambar dulu supaya dapat menggambar tanpa contoh.

Menentukan kuat dan lemahnya kemampuan dalam bakat khusus ini, memerlukan waktu yang tidak sebentar karena memerlukan proses yang harus dilalui. Proses inilah yang akan memperlihatkan perkembangan bakatnya.

Oleh karena itu, orang tua atau guru yang pada tahap ini berperan sebagai pengamat atau observer, harus pula memahami proses belajar atau proses kreasi. Proses belajar itu sama dengan proses kreasi karena belajar itu bukan sekedar menghafal atau diberi tahu oleh guru seperti transfer berkas dari flashdisk ke komputer.

Proses belajar merupakan integrasi dari kemampuan fisik, kreatif dan rasio. Sering kita dengar pernyataan bahwa bagi anak, bermain itu adalah belajar. Itu memang benar. Bermain bagi anak adalah sekaligus belajar dan berkarya.

Dalam proses belajar atau bermain, anak mencoba, boleh salah, tidak harus benar, tidak perlu siap dengan hafalan dan rumus-rumus. Coba saja, mulai saja, tidak perlu takut jelek. Jika hasilnya belum menyenangkan, coba lagi sampai menyenangkan.

Setelah perhatian dicurahkan pada proses menggambar, perlu pula diperhatikan masalah alat dan bahan atau media yang digunakan untuk melukis. Banyak sekali media yang dapat ABK gunakan untuk melukis.

Misalnya pensil warna, crayon, tinta, cat air, cat akrilik, cat minyak dan lain-lain. Bidang gambarnya bisa di kertas, kain, kanvas, kayu, dinding dan lain-lain. Tiap media mempunyai cara atau tekniknya masing-masing yang perlu dipelajari dengan cara yang menyenangkan oleh ABK.

Dari setiap segi yang diperhatikan, dicari kekuatannya dan dikembangkan. Apabila didapatkan kekuatannya yang paling utama adalah pada melukiskan imajinasi sendiri dengan menggunakan media kuas dan cat akrilik di kanvas, maka itulah yang utama dikembangkan.

Dalam usaha pengembangan bakat, pusat perhatian adalah pada kekuatannya bukan pada kelemahannya. Jika kelemahannya mengganggu atau menghambat anak dalam menghasilkan karya lukisnya, maka harus diberikan jalan keluar untuk mengatasi kelemahannya.

Sebagai contoh: Si ABK sangat berbakat mengungkapkan gagasan untuk karya lukisnya. Ia sudah dapat membuat gambaran kasar dari karyanya namun kelemahannya adalah pada menggambar bentuk.

Ia ingin gambarnya tampak realistik sesuai dengan imajinasinya. Orang tua atau gurunya dapat membantu mengatasi masalahnya dengan mengajarkan cara menjiplak gambar. ABK menyiapkan gambar dari foto yang sesuai dengan konsep untuk lukisannya.

Apabila foto yang sesuai gagasannya tidak ditemukan, ABK dapat membuat foto sendiri dengan kamera foto. Kemudian menjiplak foto itu di kanvasnya. Setelah itu ABK dapat melanjutkan karya lukisnya yang sesuai dengan konsep dan gagasannya.

Dari pengalaman tersebut, ABK mendapat pelajaran mengenai proses kreasi mulai dari menuangkan gagasan ke dalam konsep lukisan, mengatasi masalah dengan kreatif dan penyelesaian karya lukisnya.

Pengembangan Bakat Lukis ABK
Setelah memperhatikan potensi kekuatan dan kelemahan, lalu membantu memperkuat pada potensi kekuatan bakatnya, tahap selanjutnya dalam usaha mengembangkan bakat lukis ABK adalah menumbuhkan kreativitas atau sifat kreatif dalam diri ABK.

Untuk itu, ABK perlu diberi kegiatan-kegiatan yang merangsang imajinasi dan meningkatkan kecerdasan visual. Kegiatan tersebut lebih banyak ke daya khayal di alam ambang sadar dan bahkan alam tak sadar yang menggunakan otak kanan dari pada otak kiri yang bekerja rasional di alam sadar.

Lebih banyak menggunakan bahasa rupa atau visual dari pada bahasa kata.
Ajak anak untuk mengeksplorasi apa saja yang menjadi minatnya selain seni lukis. Kemudian sarankan kepada anak untuk mencari pengetahuan mengenai minat-minatnya. Bisa dilakukan dengan mencari bahan bacaan di perpustakaan, gambar-gambar atau foto, video atau film, berkunjung ke museum, berkunjung ke pameran seni, mengunjungi studio seniman lukis, berkenalan dan berteman dengan pelukis, memperhatikan pelukis bekerja dan lain-lain yang sifatnya mirip dengan pengumpulan data dan ‘gaul’ kata anak sekarang.

Sambil memperbaiki/mengkompensasi kelemahan dalam bakatnya, anak/siswa diajak membuat karya seni dengan tema-tema yang sesuai minat-minatnya tadi dengan bahan dan data yang sudah didapatnya.

Jika sudah menghasilkan satu karya, lanjutkan dengan karya kedua lalu karya berikutnya. Lanjutkan terus proses kreatif itu sampai dirasa karya-karya yang lahir cukup jumlah dan kualitasnya untuk dipamerkan.

Kini saatnya berinteraksi dan menjalin relasi dengan masyarakat umum melalui karya seni lukis. Ajak anak menyelenggarakan pameran karya-karyanya. Bisa pameran tunggal atau pameran bersama.

Dari pameran ini akan mendatangkan apresiasi dari masyarakat umum yang datang melihat atau menonton. Kemudian anak akan dapat mengevaluasi sendiri karya-karyanya dan mulai merasakan bahwa karya-karyanya bernilai dan bermakna.

Jika sudah demikian, ingatkan anak agar terus selalu produktif dan kreatif dalam mengembangkan bakatnya.

Pengirim: Eko Wibowo, Koordinator Program Workshop Sekolah Khusus Spectrum

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak