Singkawang, The New City of Kalimantan

Tri Apriyani | Ekhi Sakti Wijaya
Singkawang, The New City of Kalimantan
Singkawang

Tahukah anda bahwa Singkawang adalah kota kedua yang terbesar di Provinsi Kaliamantan Barat, Indonesia. Kota yang berjarak kurang lebih 145 km dari ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Kota Singkawang terkenal dengan nilai toleransinya yang tinggi bahkan pernah dinobatkan sebagai kota tertoleransi se-Indonesia menurut SETARA Institute.

Tidak hanya itu, Kota Singkawang juga terkenal dengan berbagai corak dan kultur budayanya. Seperti tempat wisata, kuliner, seni & budaya, perpaduan suku, bahasa, dan etnis seperti Tionghoa, Dayak, dan Melayu.

Awalnya, kota ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sambas. Setelah Undang Undang No. 12/2001 diterbitkan pada Oktober 2011, kota ini baru resmi menjadi daerah otonom.

Beberapa puluh tahun yang lalu, Singkawang menjadi kota persinggahan para penambang emas para suku tionghoa sebelum mereka melanjutkan perjalanannya ke Desa Monterado, Kabupaten Bengkayang. Singkawang menjadi kota persinggahan para penambang emas para suku tionghoa sebelum mereka melanjutkan perjalanannya ke Desa Monterado, Kabupaten Bengkayang.

Meskipun tidak seterkenal dengan Ibu Kota Kalimantan Barat yaitu Pontianak, tetapi untuk saat ini kota Singkawang sudah mulai berkembang menjadi kota yang dituju oleh wisatawan dari luar pulau Kalimantan maupun mancanegara, khusunya ketika perayaan hari Imlek.

Mengapa dekat-dekat perayaan hari Imlek di Kota Singkawang sangat ditunggu oleh wisatawan dari luar pulau Kalimantan maupun manca negara?

Banyaknya penduduk Singakwang yang keturunan Tionghoa yang memeluk agama Khonghucu dan Buddha menyebabkan banyaknya bangunan wihara dan kelenteng yang dibangun di Kota Singkawang.

Seperti yang kita ketahui banyak kota di Indonesia yang memiliki nama panggilan (julukan) buat kota tertentu seperti kota Bandung yang mendapat julukan paris van java dan kota kembang atau ibu kota negara kita sendiri yaitu DKI JAKARTA yang mendapat julukan sebagai kota metropolitan.

Kota Singkawang juga memiliki nama julukan seperti yang kita ketahui banyak orang luar pulau Kalimantan yang memberikan nama julukan buat kota Singkawang seperti kota Amoi, Kota Seribu Kelenteng, dan Hong kong-nya Indonesia.

Berbagai tradisi tahunan dari keturunan Tionghoa yang sering digelar di kota Singkawang sehingga membuat banyak wisatawan mendatangi kota Singkawang ialah seperti yang kita ketahui yaitu perayaan tahun baru Imlek, Cap Goh Meh dan lain-lain.

Bahkan salah satu perayaan pawai yang sering ditunggu oleh masyarakat sekitar maupun wisatawan dari luar pulau maupun manca negara, yaitu pawai Cap Goh Meh yang mengarak tatung-tatung mengelilingi jalanan di kota Singkawang bahkan pada tahun 2018 kota Singkawang pernah menggelar pawai tatung terbesar di Indonesia dengan melibatkan seribu tatung menggelilingi kota Singkawang.

Selain dari perayaan Cap Go Meh di Singkawang juga ada perayaan yang di rayakan setiap tahun nya, yaitu Festival Lampion. Tidak hanya barisan lampion yang digantung, tetapi juga pawai dengan tema lampion dan dekorasi imlek. Berkali – kali festival lampion ini juga memecahkan rekor muri.

Seperti pada tahun 2009 ada 10.895 lampion dinyalakan di Singkawang. Menyusul pada tahun 2018 ada 20.607 lampion dinyalakan.Perayaan terakhir yang menjadi penutupan di hari perayaan imlek adalah Ritual Sembahyang, Cap Go Meh sejatinya merupakan hari terakhir dari perayaan Imlek.

Layaknya pembukaan tahun baru yang diawali dengan sembahyang, di Singkawang ritual sembahyang saat Cap Go Meh ditujukan pada Dewa Langit atau Ket Sam Thoi. Sebagai kota Seribu Kelenteng, masyarakat Singkawang menganut kepercayaan Konghucu dan mengucapkan syukur pada dewa-dewi di kelenteng pada Cap Go Meh.

Perayaan selanjutnya ikut dalam memperingati hari Imlek di kota Singkawang adalah Ritual Buka Mata Replika 12 Naga dan Pembakaran 12 Naga. Ritual ini dilakukan untuk mengisi roh naga ke replika naga yang akan dimainkan dan diarak dalam pawai Festival Singkawang. Diharapkan roh dalam naga juga dapat menolak bala dan membuat Kota Singkawang selalu aman dan tentram.

Pada akhir penyelenggaraan Cap Go Meh, 12 naga ini lantas akan dibakar di lapangan vihara dan menandakan segala rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek telah selesai.  Selain empat ritual utama tersebut, biasanya masyarakat Singkawang memeriahkan Cap Go Meh dengan Panggung seni dan budaya serta stan kuliner. Semua juga bisa dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung.

Ada juga kuliner makanan yang menjadi ikon di hari perayaan Imlek di kota Singkawang yaitu Kue Keranjang. Di perayaan Tahun Baru Imlek tak lengkap jika tidak ada kuliner khas yang mewarnainya. Ada beberapa jenis makanan yang selalu hadir di hari perayaan Tahun Baru Imlek ini salah satu nya adalah Kue Keranjang, kue ini akan hadir sepanang perayaan, bahkan sebelum tahun baru Imlek.

Kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini mulai disajikan sejak tujuh hari menjelang Tahun Baru Imlek. Namun sebagai sesaji biasanya kue ini tidak dimakan hingga Cap Go Meh.

Kue ini berbentuk bulat akibat cetakan keranjang tempatnya dibuat. Ia memiliki rasa manis dan gurih dengan tekstur yang kenyal, juga lengket. Bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu dan rukun menghadapi masa yang akan datang.

Ada banyak lagi cerita di Kota Singkawang, karna itu tidak ada salah nya jika berkunjung ke kota Pariwisata ini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak