Pandemi memang belum berakhir, meskipun di beberapa negara sudah mulai melepas status lockdown. Namun, beberapa prediksi mengatakan bahwa pandemi akan berakhir antara Juni atau Juli 2020, hingga ada prediksi akan berakhir di akhir tahun 2020. Meskipun demikian, selama pandemi beberapa bulan ini, telah terjadi banyak perubahan yang sudah dilakukan.
Perubahan yang terjadi yang dilakukan hampir seluruh negara yang terkena kasus corona Salah satunya yaitu pada dunia pendidikan. Mayoritas sekolah-sekolah dan kampus-kampus menyelenggarakan proses belajar dan mengajar di rumah secara online.
Seperti yang dilakukan di Indonesia, kasus pertama covid19 terditeksi di wilayah kota Jakarta pada Maret lalu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi menginstruksi untuk menutup sekolah-sekolah dan kampus-kampus, dan proses belajar mengajar diganti dengan cara online, dan memutuskan untuk meniadakan Ujian Nasional bagi siswa. Bahkan beberapa hari yang lalu Kemendikbud-Dikti juga sudah menyiapkan skenario untuk mengantisipasi jika pandemi berakhir sekitar bulan Agustus atau September 2020.
Dimulainya proses belajar online dan pertemuan/rapat online, kemudian semakin memunculkan nama-nama aplikasi daring (dalam jaringan) yang dipakai dalam membagikan ilmu di kampus-kampus juga kegiatan seperti seminar atau workshop sebut saja seperti skype, google hangout, webinar dan zoom meeting.
Informasi tentang dunia pendidikan secara online bukan hal baru bagi para akademisi dan juga tenaga pengajar di seluruh belahan dunia juga Indonesia. Kita masih ingat sekitar tahun 2017 ketika merebaknya informasi tentang prediksi runtuhnya kampus-kampus di masa yang akan datang, khususnya bagi kampus yang menerapkan aturan bahwa kehadiran mahasiswa di kelas merupakan salah satu penentu kelulusan.
Universitas Gajah Mada (UGM) menyatakan bahwa perkuliahan daring telah mereka lakukan sejak tahun 2017. Meskipun rugalasi tentang perkuliahan online ini baru kita dengar di tahun 2018. Di tahun 2018 pun terdapat 51 perguruan tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran daring atau sistem online. Dan dari 51 perguruan tinggi tersebut, ada 32 kampus swasta yang menyelenggarakan pembelajaran daring campuran, yaitu kombinasi tatap muka dan daring.
Sejak diberlakukannya kuliah online di masa pandemi ini, banyak mahasiswa sangat antusias dan puas dengan sistem belajar mengajar online. Karena bagaimana pun, mahasiswa era millennial saat ini sangat terbuka dengan fasilitas internet. Sebagian besar mereka bahkan sangat responsive terhadap perkembangan dunia online seperti penggunaan email dan grup chatting. Meskipun beberapa kendala juga terjadi, seperti masalah perangkat dan juga gangguan signal internet.
Dengan perkembangan yang terjadi saat ini, setiap kampus harus mulai memikirkan langkah cepat ke depan menghadapi era digital. Mungkin beberapa waktu lalu sebelum Corona ini masuk ke Indonesia, yang mendengar tentang informasi akan runtuhnya kampus-kampus hanya seperti angin lalu. Terbukti di tahun 2018 dari sekitar 4.500 kampus yang ada di Indonesia baru 51 kampus itu yang menerapkan sistem perkuliahan online.
Masa Pandemi ini bukannya tidak mungkin sebagai awal perubahan besar untuk menggeser kampus-kampus yang masih menerapkan sistem perkuliahan konvensional. Sistem perkuliahan konvensional yang menerapkan tatap muka secara penuh. Bagaimana pun era digital terbukti sudah merubah pergerakan ekonomi, misalnya di dunia marketing yang semula dengan sistem konvensional sekarang dengan online.
Oleh karena itu, saatnya kampus harus berbenah, karena tidak lama lagi, sekitar 2 bulan ke depan, penerimaan mahasiswa di tahun ajaran baru akan dimulai terutama bagi kampus-kampus swasta (PTS) yang sudah puluhan tahun mendapatkan banyak mahasiswa setelah selesai proses seleksi mahasiswa baru dari Perguruan Tinggi Negeri. Masih ada cukup waktu bagi kampus-kampus swasta untuk mengolah aturan-aturan terkait proses belajar mengajar daring ini.
Setiap kampus harus turut serta mendongkrak minat belajar hingga perguruan tinggi bagi usia produktif. Salah satu caranya bisa dengan menyediakan kelas dengan sistem daring. Karena di Indonesia untuk penduduk pada usia 18-23 tahun yang menempuh pendidikan tinggi baru mencapai 31,5 persen. Angka ini sangat mengkhawatirkan, jika kita bandingkan dengan negara tetangga kita yaitu Malaysia yang bahkan telah mencapai 37,2 persen, Thailand 51,2 persen, Singapura 82,7 persen, dan Korea Selatan 98,4 persen.
Bagaimana mungkin negara kita akan memiliki daya saing yang kuat dari sisi kualitas jika masih banyak yang belum menempuh pendidikan hingga bangku kuliah. Sehingga solusi cepat harus segera dibuat bagi kampus-kampus yang hingga saat ini masih berkutat dengan metode tatap muka langsung diproses kuliahnya. Jika kampus-kampus tidak berbenah maka bukannya tidak mungkin akan menjadi kampus kenangan karena sudah tidak diminati calon mahasiswanya.
Untuk wilayah perkotaan seperti Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, sudah pasti kuliah daring memberi satu solusi bagi mahasiswa yang bekerja. Dilihat dari perkembangannya pun, semakin hari anak-anak usia produktif 18-23 menginginkan kuliah sambil bekerja.
Alasan utama adalah masalah ekonomi, karena dengan bekerja sambil kuliah sangat membantu untuk menutupi biaya kuliah. Sehingga ke depannya untuk kampus-kampus yang menyelenggarakan sistem daring baik penuh atau kombinasi akan semakin diminati. Dan menyerap lebih banyak lagi calon mahasiswa.
Selain itu, setiap dosen bisa menghandle mahasiswa dengan jumlah maksimal. Jika di sistem tatap muka langsung, biasanya satu kelas efektif dengan 30-50 mahasiswa, maka dengan sistem daring bisa dengan kapasitas hingga 100 lebih mahasiswa dalam 1 waktu.
Meskipun perlu diperhatikan, mungkin tidak semua fakultas bias menerapkan system daring ini. Permasalahan lainnya adalah kesiapan perangkat dan kekuatan jaringan signal yang digunakan baik pihak kampus juga mahasiswa yang bersangkutan. Namun system ini harus tetap terus diupayakan untuk pelaksanaan ke depannya.
Melalui hari Pendidikan Nasional yang jatuh di setiap tanggal 2 Mei dan masih di masa pandemi, seharusnya dijadikan momen setiap kampus terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dan membuat calon mahasiswa semakin memiliki peluang untuk menempuh pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Mengingat kurangnya tenaga ahli dan professional yang dibutuhkan bagi perusahaan-perusahaan.
Oleh: Trismayarni Elen S.E., M.Si / Praktisi dan Akademisi Akuntan