Dalam memperingati hari lahir Pancasila pada 1 Juni 2020, tentu perlu menjadi momentum spesial. Khususnya dalam merajut kembali persatuan, yang mulai luntur, akibat pandemi Covid-19. Terbesit dalam ingatan kita, mengenai fenomena ditolaknya jenazah yang terinfeksi pandemi Covid-19 untuk dikuburkan. Sehingga fenomena tersebut menjadi catatan kelam keberlangsungan kita sebagai bangsa yang beradab.
Tidak bisa dimungkiri, perayaan hari lahir Pancasila, pada tahun ini (1 Juni 2020) tidak akan semeriah beberapa tahun yang lalu. Tetapi bukan konteks kemeriahannya yang perlu kita utamakan.
Melainkan urgensi dari peringatan hari lahir Pancasila yang harus menjadi momentum bagi setiap individu untuk merefleksikan, sudah sejauh mana menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya.
Tentu apabila setiap individu mengamalkan nilai-nilai Pancasila secara sadar dan penuh tanggung jawab, Insyaallah fenomena negatif akibat perilaku oknum tidak akan terjadi, khususnya selama pandemi Covid-19.
Sinergitas Bersama
Sebagai bangsa beradab, tentu kita perlu prihatin, baik karena mewabahnya pandemi Covid-19, maupun perilaku negatif oknum yang menganggap sepele virus tersebut. Sehingga boleh jadi tetap terbelenggunya bangsa ini oleh pandemi Covid-19, karena perilaku masyarakat. Khususnya oknum, baik secara sadar serta tidak sadar menyebarkan virus tersebut. Idealnya setiap inividu perlu memberikan peran nyata, minimalnya untuk saling membantu serta tidak merugikan orang lain.
Bukan rahasia umum, ditemukannya pelanggaran selama diberlakukannya kebijakan PSBB, karena faktor ekonomi. Faktanya kita tidak bisa menyalahkan siapa pun dalam kejadian tersebut, sehingga dalam upaya meminimalisir faktor ekonomi, peran nyata dari pemerintah sangatlah dibutuhkan. Terlebih pada realita, bahwa bangsa ini akan menghadapi peristiwa new normal. Tentu agar tidak menjadi senjata makan tuan, diperlukan kesadaran masyarakat serta bimbingan memadai dari pemerintah.
Nilai-nilai dari Pancasila idealnya perlu diterapkan kembali secara komprehensif, khususnya dalam menyukseskan penerapan kebijakan new normal atau adaptasi kebiasaan baru. Jangan sampai kebijakan tersebut menjadi petaka, karena berpotensi untuk memasifkan kembali pandemi Covid-19 di Indonesia. Tentu penurunan individu terinfeksi pandemi Covid-19 yang ditunjukan melalui data statistik perlu kita syukuri. Sehingga dalam menyusun kebijakan new normal perlu secara cermat serta bijaksana, agar kebutuhan ekonomi masyarakat bisa terpenuhi, serta terjaminnya keamanan masyarakat dari virus tersebut.
Wibawa, dkk melalui karyanya yang berjudul “Evaluasi Kebijakan Publik” (1994) menegaskan “pentingnya dalam meminimalisir dampak negatif atau yang tidak diharapkan dari diberlakukannya sebuah kebijakan”. Sehingga fakta menurunnya kasus pandemi Covid-19 di Indonesia, tidak boleh menjadi alasan dalam melakukan berbagai aktivitas yang berpotensi untuk menularkan virus tersebut.
Menjadi Manusia Indonesia Seutuhnya
Somantri melalui karyanya yang berjudul “menggagas pembaharuan Pendidikan IPS” (2001) menegakasan “sifat Pancasilais merupakan sifat ideal bangsa Indonesia, sehingga dicita-citakan sejak dahulu, selaras dengan Pancasila dan UUD 1945”. Tentu manusia Indonesia yang bermental Pancasila, sangat diperlukan, khususnya dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini. Sehingga bangsa ini mampu mengamalkan sifat yang bermanfaat, serta menjauhi sifat yang merugikan, baik bagi diri sendiri, maupun orang lain.
Pada hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi refleksi yang dimaksud dalam memperingati hari lahir Pancasila saat pandemi Covid-19, adalah berlomba untuk memberikan dan mengamalkan kebaikan, sesuai kapasitas masing-masing. Bermental Pancasila artinya menjadi individu yang Bertuhan. Tentu dalam menjadi individu yang beriman, berbagai kebaikan yang dilakukannya, tidak selalu berorientasi pada profit, melainkan pada pahala yang menjadi investasi.
Keteladanan menjadi faktor penting, dalam teraplikasikannya nilai-nilai Pancasila, khususnya pada masa pandemi Covid-19. Nyatanya penguasa perlu untuk selalu memberikan keteladanan yang representatif, sehingga “apa” yang diucapkan selaras dengan “apa” yang dilakukan. Khususnya dalam menghadapi peristiwa new normal, yang mengakibatkan biasnya pengetahuan masyarakat mengenai perilakunya, apakah menunjang keselamatan atau malah mengundang mara bahaya.
Pandemi Covid-19 ini memberikan pelajaran penting bagi bagi bangsa ini. Khususnya dalam mengutamakan pembelajaran berbasis ideologi bagi segenap masyarakatnya. Sehingga masyarakat memiliki kecerdasan yang mumpuni dalam menyikapi sebuah peristiwa. Tidak saling mencaci, menyalahkan serta memberikan stigma. Tetapi saling membantu dalam mengatasi problematika apa pun, seperti dahulu, saat bangsa ini memperoleh kemerdekaannya.
Oleh: Agil Nanggala, Mahasiswa PKn SPs UPI