Maraknya COVID-19 saat ini telah menggemparkan dunia secara global dengan menerpa hampir seluruh negara. Sampai jumat (09/06/2020) negara yang telah terkonfirmasi COVID-19 yakni sejumlah 213 negara (Kompas.com, 2020).
Berdasarkan data yang telah dirilis Johns Hopkins University, sampai senin (08/06/2020) total kasus positif COVID-19 secara global telah mencapai angka 7.026.732 dengan 3.147.793 telah dinyatakan sembuh, dan 403.016 berujung pada kematian (Tirto.id, 2020).
Laju penyebaran COVID-19 terbilang sangat masif tidak terkecuali di Korea Selatan. Masifnya penyebaran COVID-19 di Korea Selatan berawal dari kegiatan keagamaan di Gereja Shincheonji atau disebut dengan peristiwa super spreading. Setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa dalam kegiatan keagamaan tersebut (18/02/2020) dihadiri oleh seorang wanita yang telah dinyatakan positif COVID-19.
Sejak saat itu, kasus COVID-19 di Korea Selatan penambahan kasus positif mencapai angka 900 kasus per hari. Hingga senin (02/03/2020) sebanyak 57% dari total kasus yang terkonfirmasi yakni sejumlah 4.212 kasus, memiliki kaitan erat dengan Gereja Shincheonji.
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi juga menyatakan bahwa wilayah yang terkonfirmasi COVID-19 terparah di Korea Selatan yakni Daegu. Bahkan peristiwa super spreading yang terjadi di Gereja Shincheonji menjadikan Korea Selatan sebagai negara positif COVID-19 terbanyak kedua setelah Tiongkok.
Melihat jumlah kasus positif semakin meningkat sampai jumat (13/03/2020), gaya kepemimpinan seorang pemimpin hendaknya menjadi peubah dalam menghadapi pandemi COVID-19. Seorang pemimpin yang cepat tanggap dalam pengambilan keputusan diperlukan guna meminimalisir penyebaran COVID-19.
Ditinjau dari Gaya Kepemimpinan Gary Yukl (2009), Moon Jae-In sebagai Presiden Korea Selatan dikategorikan sebagai leader dengan gaya kepemimpinan transformasional dan partisipatif. Dengan kekuatannya sebagai seorang pemimpin, beliau dapat mempengaruhi bawahannya dan masyarakat Korea Selatan guna menekan peningkatan kasus COVID-19 dengan memperkuat kerja sama dari berbagai pihak.
Sejalan dengan hal tersebut, beliau juga memperkuat kepercayaan publik dengan adanya transparansi data kepada masyarakat Korea Selatan. Dalam menghadapi pandemi COVID-19, beliau menggunakan pendekatan situasional yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan H. Blanchard (2009).
Sebagai seorang pemimpin, beliau mampu memahami dengan baik segala situasi, hal ini dapat dilihat dari kesigapannya dalam proses pengambilan keputusan serta beberapa kebijakan yang dikeluarkan guna menekan pandemi COVID-19.
Transparansi Data Pendukung Public Trust
Dalam sektor publik, Moon Jae-in beserta para jajarannya secara transparan membuka segala informasi mengenai COVID-19 kepada masyarakat Korea Selatan. Dengan adanya transparansi data, diharapkan masyarakat dapat percaya sepenuhnya kepada pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19.
Selain itu, dengan adanya public trust yang kuat, masyarakat dapat dengan mudah untuk mengikuti akan arahan maupun kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Korea Selatan.
Pemanfaatan Media Massa Pada Era Globalisasi
Tingginya peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 membuat Moon Jae-in gencar dalam menyuarakan berbagai informasi menganai pandemi COVID-19 salah satunya dengan menyebarkan poster informasi pencegahan penularan COVID-19 di berbagai tempat umum.
Tidak hanya itu, pada era globalisasi yang semakin berkembang saat ini, beliau juga memberikan informasi mengenai perkembangan kasus melalui konferensi pers, stasiun televisi, maupun situs web.
Kepekaan beliau dalam berbagai situasi pun membuatnya sangat detail merencanakan segala sesuatu, beliau meminta jika terjadi peringatan darurat di beberapa daerah sudah selayaknya pemerintah lokal dapat terlebih dahulu mengirimkan pesan berupa teks ke warga setempat.
Berbagai hal telah dilakukan hingga membuat aplikasi digital khusus guna mengakses informasi dan memantau penyebaran COVID-19 (Tirto.id, 2020).
Cara Inovatif Dalam Penyediaan Akses Kesehatan
Melalui pendekatan situasional, Moon Jae-in mengambil beberapa langkah preventif guna menekan COVID-19 di Korea Selatan salah satunya yakni Rapid test dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penerapan test secara massal dan gratis tersebut menjadi salah satu penyediaan akses kesehatan yang sangat diakui keberhasilannya serta diapresiasi oleh banyak negara (Suara.com, 2020).
Selain itu, beliau juga menerapkan cara inovatif dalam penyediaan akses kesehatan salah satunya dengan menyediakan pos pemeriksaan berbasis drive thru yakni drive thru clinics di mana para pengemudi dapat melakukan pemeriksaan dalam hitungan menit tanpa harus keluar dari kendaraan, kemudian dalam waktu 1x24 jam hasilnya dapat dikirimkan melalui telepon ataupun pesan singkat (CNN Indonesia, 2020).
Disediakan pula pos pemeriksaan K-walk thru yakni pemeriksaan yang dilakukan di dalam bilik oleh tenaga medis dengan tipe bilik tekanan negatif maupun positif (The Government of Republic of Korea, 2020). Penyediaan akses tersebut tentunya sangat mudah, murah, dan cepat, sehingga pemerintah dapat dengan tanggap memberikan penanganan khusus kepada pasien yang positif terinfeksi.
Moon Jae-in sebagai seorang pemimpin juga memperhatikan risiko penularan COVID-19 terhadap tenaga medis, sehingga beliau mengurangi risiko penularan dengan penerapan phone booth di mana pasien yang telah terkonfirmasi positif dapat berkonsultasi dengan tenaga medis melalui telepon.
Rumah Sakit H Yangji juga menerapkan metode ini dengan menyediakan 4 buah booth untuk berkonsultasi singkat dengan tenaga medis melalui telepon (Korea Herald, 2020).
Keseriusan dan kesigapan Moon Jae-in telah ditunjukkan dalam penanganan pandemi COVID-19. Dengan berbagai kebijakan yang telah diambil, Korea Selatan mampu menurunkan angka kasus baru per hari. Selain itu, jumlah pasien yang sembuh pun cenderung lebih banyak jika dibandingkan dengan pasien yang meninggal dunia.
Berbagai kesuksesan tersebut tentunya tidak lepas dari pendekatan serta gaya kepemimpinannya dalam menghadapi pandemi COVID-19.