Beberapa hari yang lalu sebagian masyarakat Mataram, NTB dikagetkan dengan pernyataan direktur salah satu RSUD di NTB. Melansir dari tayangan kanal Youtube-nya, direktur tersebut menyatakan bahwa tidak ada kematian yang disebabkan karena Covid-19. Bahkan dinyatakan Covid-19 ini tidak berbahaya. Tayangan tersebut secara cepat menyebar hingga ditonton dari beberapa wilayah di luar NTB.
Meskipun yang bersangkutan telah menyampaikan permohonan maaf melalui Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mataram NTB dan konten tayangan di kanal youtube tersebut telah dihapus, namun kita berharap pernyataan seorang direktur RSUD tersebut tidak terulang.
Mengingat di hari yang sama, diketahui bahwa terdapat 152 tenaga medis yang terpapar Covid-19, bahkan hingga tanggal 5 Juni tersebut sudah 100 anak di NTB yang positif Covid-19. Ditambah lagi kasus dokter ini bukanlah yang pertama kali di Indonesia.
Kita perlu memberi perhatian lebih besar ketika Covid-19 ini sudah sampai menjangkiti anak-anak. Apalagi kita belum mengetahui pasti apa dampak yang akan terjadi dikemudian hari bagi yang sudah pernah terpapar virus ini, dan hingga sekarang belum ditemukan obat secara medis.
Di Indonesia sendiri sejak awal tahun 1990 pemerintah mencanangkan penanganan serius penyakit menyerang paru-paru manusia yang mengakibatkan tingkat kematian yang cukup tinggi di Indonesia yaitu sekitar 300 orang per hari. Bahkan hingga tahun 2019 Indonesia masih menempati urutan ketiga di dunia dengan beban TBC yang tinggi setelah India dan China.
TBC merupakan penyakit menular yang jika tidak ditangani dengan serius akan menyebabkan kematian dan jika dinyatakan sehat pun akan memberi dampak jangka panjang setelahnya, terutama jika terjangkiti anak-anak.
Pada saat semua dokter sedang terus berupaya bagaimana mengantisipasi dan mengobati penderita yang berkaitan paru-paru ditambah munculnya Covid-19, terutama dokter spesialis paru-paru, kita berharap tidak ada lagi dokter yang bukan spesialisasinya dengan mudah mengeluarkan statement yang semakin meresahkan masyarakat luas, seperti yang terjadi di NTB di atas.
Di Indonesia jumlah dokter spesialis paru-paru sangat terbatas, hanya sekitar 1000 orang. Dengan sebaran beberapa wilayah yaitu DKI Jakarta 187 dokter (1:56.000 jumlah penduduk); Jawa Barat 130 dokter (1:377.000); Jawa Timur 213 (1:186.000), sedangkan di NTB sendiri hanya terdapat 11 dokter (1:464.000). Selain di DKI Jakarta maka jumlah dokter spesialis yang tersebar di beberapa wilayah ini sangat tidak memadai.
Sehingga kita memaklumi hingga saat ini memang tidak banyak dokter spesialis paru yang mengeluarkan statement tentang apa dan bagaimana penyakit Covid-19, karena kita meyakini hampir semua dokter yang berhadapan langsung dengan pasien Covid-19 tidak punya banyak waktu untuk sharing informasi karena beban kerja mereka yang berat. Selain itu memang masih perlu pengujian yang panjang untuk bisa memastikan penyakit ini.
Pada kondisi yang serba membingungkan seperti ini, sebaiknya semua pihak yang tidak memiliki kompetensi khusus bisa lebih menahan diri untuk berbagi informasi kepada masyarakat. Kita berharap dengan era digital yang semakin terbuka untuk semua orang bisa sharing informasi dan kegiatan membuat keran penyebaran informasi seperti tidak tersaring.
Banyak orang hanya untuk kepentingan konten dan menaikan rating akun medsosnya membuat konten-konten yang justru tidak bermanfaat, apalagi terkait informasi berita dan perkembangan terkini menyangkut kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Informasi yang dibagikan pun jika bermuatan berita tanpa ada tim redaksi dan seleksi tim redaksi yang dilindungi undang-undang ini sangat memberatkan masyarakat memilah mana informasi yang benar mana yang menyesatkan. Ini yang seharusnya menjadi perhatian penuh regulator terutama di saat kondisi tidak menentu saat ini.
Meskipun demikian tidak sedikit tayangan dari medsos atau pun kanal youtube yang memberi manfaat. Seperti yang dilakukan seorang dokter spesialis yang merupakan dosen senior di Universitas Hasanudin Makasar yang berbagi pengalaman ketika menjadi pasien Covid-19, yang ditemani dokter spesialis paru beberapa waktu yang lalu.
Dokter tersebut membagikan pengalaman bagaimana untuk sementara ini, minyak kayu putih bisa membantu meredakan peradangan di saluran pernafasan yang disebabkan Covid-19 ini. Karena memang peran dokter yaitu mengedukasi bagaimana mengantisipasi dan mengobati sebuah penyakit kepada masyarakat baik secara medis maupun tradisional/herbal.
Kerja Sama Lintas Profesi
Inilah saatnya semua elemen bekerjasama untuk segera mengatasi dampak-dampak terbesar dari penyebaran virus ini, terutama yang berkaitan dengan dampak ekonomi.
Harapannya semua profesi ikut membantu memikirkan apa yang harus dilakukan, dengan memberi saran-saran, termasuk dari profesi akuntan karena berkaitan dengan perkembangan ekonomi negara saat ini.
Semua elemen masyarakat baik pengusaha juga masyarakat umum lainnya terutama di bidang ekonomi sangat terpukul dengan kondisi saat ini.
Profesi akuntan melalui asosiasi akuntan yang mewadahinya, seperti Ikatan Akuntan Indonesia dan Institut Akuntan Manajemen Indonesia, diharapkan bisa memberi masukan bagi perusahaan-perusahaan. Seperti misalnya, bagaimana menghitung dampak-dampak ekonomi karena beban perusahaan akan banyak tercurah dengan adanya Covid-19.
Seperti diketahui bersama, bahwa profesi akuntan mengenal istilah triple bottom line accounting yang merupakan bagian dari tujuan sustainability reporting yang mengulas tentang profit, people dan planet (3P).
Hal ini berarti perusahaan yang menjalankan aktivitas bisnisnya jangan hanya mengejar profit namun juga memperhatikan people dan planet. Meskipun di Indonesia pengungkapan 3P ini masih bersifat sukarela.
Covid-19 memang bukan masalah polusi udara, kemacetan dan pencemaran limbah, namun ini berkaitan dengan kesehatan karyawan perusahaan dan yang berinteraksi dengannya yang mungkin mempunyai tingkat risiko tinggi jika menjalankan aktivitas operasional perusahaan secara normal.
Di hadapan mata kita sudah terdapat permasalahan serius ketika perusahaan menjalankan aktivitas bisnisnya saat ini ketika mengejar profit maka bagaimana dampak bagi people? Sehingga bagaimana para akuntan mencadangkan biaya dalam perusahaan terkait ini, terutama metode pengakuannya.
Permasalahan Covid-19 merupakan pekerjaan rumah bersama yang harus segera dicarikan jalan keluarnya untuk memberi masukan bagi perusahaan supaya bisa segera mengatasi krisis ekonomi yang sedang kita hadapi. Mengingat program pemerintah saat ini yang menjadi perhatian serius terkait kesehatan masyarakat yang akan berdampak pada produktifitas kerja.
Bahkan di dalam katalog statistik kesehatan yang diterbitkan BPS tahun 2019 tercantum kalimat “Prioritas Pembangunan Nasional sesuai Visi Indonesia 2020-2024 yaitu fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan pembangunan di bidang kesehatan”.
Oleh: Trismayarni Elen S.E., M.Si / Praktisi dan Akademisi Akuntan