Sektor Pertanian: Si Tangguh Saat Pandemi

Tri Apriyani | hayu wuranti
Sektor Pertanian: Si Tangguh Saat Pandemi
Ilustrasi pertanian (pixabay)

Pandemi corona virus disease 2019 atau Covid-19 memberi dampak yang dahsyat bagi perekonomian dunia. Laju pertumbuhan ekonomi global diprediksi anjlok hingga ke level negatif tahun ini. Bahkan beberapa Negara besar telah tumbang dihantam resesi ekonomi.

Negara-negara yang secara resmi dinyatakan memasuki jurang resesi adalah Amerika Serikat, Jerman, Hong Kong, Korea Selatan serta Singapura. Hal yang hampir sama dialami oleh banyak negara termasuk Indonesia. Covid-19 bagaikan badai yang sempurna dalam memporakporandakan perekonomian nasional.

Berbagai kebijakan yang dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19, seperti penutupan sekolah dan beberapa kegiatan bisnis, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), yang mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investasi.

Setelah pada triwulan pertama perekonomian Indonesia tumbuh 2,97 persen atau melambat dibanding capaian triwulan pertama 2019 yang sebesar 5,07 persen, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perekonomian Indonesia tumbuh minus 5,32 persen pada triwulan kedua tahun ini menurun jauh jika dibanding triwulan yang sama 2019 yang tercatat 5,05 persen.

Pertumbuhan negatif (biasa disebut dengan istilah kontraksi) tersebut disebabkan oleh adanya PSBB yang menghambat berbagai kegiatan ekonomi. Pemberlakuan PSBB di berbagai daerah memberikan tekanan sangat besar terhadap ekonomi Nasional.

Penyangga Perekonomian Nasional di Masa Pandemi

Sektor pertanian merupakan zona ekonomi yang paling kuat bertahan dari dampak pandemi Covid-19 disaat sektor jasa dan manufaktur menjadi zona yang paling terpukul. Hal ini terbukti dari data yang dirilis BPS belum lama ini, sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mengalami kenaikan di tengah terjadinya kontraksi perekonomian pada triwulan kedua 2020.

Pada triwulan kedua 2020, sektor ini  memberikan kontribusi sebesar 15,46 persen terhadap total PDB. Angka itu meningkat dibandingkan triwulan pertama 2020 yang sebesar 12,84 persen maupun dibandingkan triwulan kedua 2019 yang sebesar 13,57 persen.

Sektor pertanian memiliki kontribusi perekonomian terbesar kedua setelah sektor Industri. Dilihat dari sisi pertumbuhan ekonominya, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan positif (sebesar 2,19 persen), ditengah terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data tersebut mengindikasikan bahwa pertanian adalah zona ekonomi yang paling tangguh terhadap interupsi Covid-19.

Pada triwulan kedua 2020 ini pertanian justru menjadi pengungkit dan membantu pertumbuhan ekonomi.  Hal ini dipengaruhi adanya pergeseran masa panen dari Maret menjadi April sehingga puncak panen padi terjadi pada  triwulan kedua 2020. Sementara itu ditinjau dari sisi epidemiologi, virus corona mayoritas menyebar di perkotaan atau kawasan padat penduduk. Artinya, pertanian yang mayoritas tidak berada di perkotaan relatif lebih aman.

Pandemi Covid-19 memiliki potensi krisis pangan global. Rantai pasokan pangan terancam di tengah pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan larangan perjalanan. Kebijakan terkait pencegahan penyebaran covid-19 turut berimplikasi pada kebijakan pangan maupun kemampuan produksi pangan. Realitas itu menunjukkan, ketahanan pangan sama pentingnya dengan kesehatan masyarakat.

Indonesia dituntut memenuhi seluruh kebutuhan pangan dalam negeri. Maka, langkah utama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan produksi nasional berbasis pertanian rakyat dan keberpihakan pada petani kecil.

Fasilitar Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani merupakan  bantuan berupa benih/bibit, program padat karya, stabilisasi stok dan harga pangan, serta distribusi dan transportasi pangan yang meruapakan bantuan agar petani bisa mandiri. Anggaran tersebut menjadi modal pemerintah mendongkrak produktivitas pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Keberpihakan terhadap petani kecil pun harus ditunjukkan dengan optimalisasi peran penyuluh. Pandemi covid-19 tidak boleh menjadi penghalang penyuluh untuk terus mendampingi petani. Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan teknologi informasi digital sehingga pendampingan bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun.

Selain itu program pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya memberdayakan keluarga ataupun satuan kelompok masyarakat yang lebih besar untuk budi daya lahan pekarangan maupun pengolahan hasilnya.

Upaya pemanfaatan lahan dilakukan tidak hanya dengan berbudi daya berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura, tetapi juga, budi daya ternak dan ikan sehingga bisa mencukupi ketersediaan pangan, baik karbohidrat, protein, vitamin, maupun mineral.

Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan bisa dilakukan keluarga sebagai unit kelompok masyarakat terkecil. Pemanfaatan lahan pekarangan juga bisa dilakukan kelompok masyarakat, seperti warga permukiman, rusun, asrama, ataupun siswa sekolah, dan pondok pesantren. Hal ini diharapkan mampu membuat sektor pertanian menjadi lebih dan tangguh dan mampu menjadi penyangga ekonomi nasional.

Oleh: Hayu Wuranti / Statistisi Ahli Madya. BPS Provinsi Jawa Tengah

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak