Dampak Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental dan Bagaimana Cara Mengatasinya

Tri Apriyani | salsabilla jannah
Dampak Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Ilustrasi kesehatan jiwa, kesehatan mental (Shutterstock)

Di  tengah mewabahnya infeksi virus corona saat ini sangat mempengaruhi tatanan hidup baru di kehidupan masyarakat. Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada mereka yang terinfeksi saja, tetapi pada semua masyarakat dunia. Baik dari sisi ekonomi, kehidupan sosial, kesehatan raga, dan interaksi dengan masyarakat luas.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi Covid-19 ini bukan hanya mengancam kesehatan masyarakat secara fisik saja, namun juga secara mental. Kesehatan mental menjadi salah satu dampak yang mengancam masyarakat selama pandemi Covid-19 berlangsung.

Gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi disebabkan karena masyarakat dikelilingi oleh kematian, kemiskinan, kecemasan, isolasi, dan kegelisahan akibat pandemi Covid-19. Begitu banyak berita buruk yang diterima, membuat masyarakat cemas akan hidup diri mereka sendiri, keluarga, teman terdekat, dan bahkan lingkungan sekitarnya.

Bagi sebagian orang, rasa stres dan cemas menghadapi pandemi corona bisa sampai mengganggu kesehatan mental. Terlebih jika sebelumnya seseorang memiliki riwayat gangguan kecemasan, depresi, serangan panik, atau gangguan obsesif kompulsif.

Peningkatan jumlah orang dengan masalah kesehatan mental setelah adanya Covid-19 ini memang tidak terlalu terekam jelas di Indonesia. Data tentang mereka yang mengalami masalah kesehatan mental akibat pandemi ini juga belum terpetakan sebagai basis untuk membuat kebijakan.

Beberapa negara lain sudah mengukur dampak Covid-19 terhadap kesehatan mental rakyatnya. Seperti Negara India melaporkan bahwa setidaknya permasalahan kesehatan mental meningkat 20% setelah adanya Covid-19 ini. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indian Psychiatry Society menunjukan bahwa setidaknya satu dari lima orang India mengalami masalah kesehatan mental setelah adanya Covid-19.

Beberapa kelompok yang rentan mengalami stres psikologis selama pandemi virus corona adalah anak-anak, lansia, dan petugas medis. Tekanan yang berlangsung selama pandemi ini dapat menyebabkan gangguan berupa:

  • Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan keselamatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat
  • Perubahan pola tidur dan pola makan
  • Bosan dan stres karena terus-menerus berada di rumah, terutama pada anak-anak
  • Sulit berkonsentrasi
  • Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
  • Memburuknya kesehatan fisik, terutama pada penderita penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi
  • Munculnya gangguan psikosomatis

Penerapan karantina wilayan (lock down) membuat orang menjadi takut akan kehilangan bisnis, pekerjaan, pendapatan dan terancam tidak bisa mendapatkan sumber daya untuk bertahan. Ketakutan itu kemudian menjalar pada gangguan kecemasan (anxiety) dan serangan kepanikan (panic attack).

Gangguan kecemasan (anxiety) ini merupakan sistem alarm alami tubuh saat merasa terancam, di bawah tekanan, atau menghadapi situasi yang membuat stress dan tidak nyaman. Namun jika terus dihinggapi oleh kecemasan dan ketakutan yang luar biasa yang berkepanjangan hingga mengganggu rutinitas dan fungsi sehari-hari, inilah yang disebut dengan gangguan kecemasan.

Sedangkan serangan panik (panic attack) merupakan serangan panik yang terjadi secara spontan dan bukan sebagai reaksi dari sebuah situasi yang penuh tekanan. Selama serangan panik berlangsung, orang yang mengalaminya akan terjebak dalam teror dan ketakutan yang luar biasa hingga merasa seperti akan mati, kehilangan kontrol atas tubuh dan pikiran, atau mengalami serangan jantung. Lebih lanjut lagi, penderita akan diteror perasaan khawatir terhadap munculnya serangan panik selanjutnya.

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi virus corona:

1. Melakukan aktivitas fisik

Situasi pandemi tidak menyurutkan kebutuhan berolahraga.
Situasi pandemi tidak menyurutkan kebutuhan berolahraga.

Berbagai olahraga ringan, seperti lari kecil atau lompat di tempat, dapat Anda lakukan selama menjalani karantina di rumah. Dengan melakukan aktivitas fisik, tubuh Anda akan memproduksi hormon endorfin yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa khawatir, dan memperbaiki mood Anda.

Latihan peregangan dan pernapasan juga dapat membantu Anda untuk menenangkan diri. Jangan lupa untuk berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk meningkatkan sistem imun.

2. Mengonsumsi makanan bergizi

Ilustrasi sayur organik. (Shutterstock)
Ilustrasi sayur organik. (Shutterstock)

Konsumsilah makanan yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral, dan serat. Beragam nutrisi tersebut dapat Anda peroleh dari nasi dan cereal, buah-buahan, sayuran, makanan laut, daging, kacang-kacangan, serta susu. Bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh Anda, asupan nutrisi yang cukup juga dapat menjaga kesehatan mental Anda, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Menghentikan kebiasaan buruk

Ilustrasi stop merokok (shutterstock)

Bila Anda seorang perokok, cobalah hentikan kebiasaan buruk tersebut mulai dari sekarang. Merokok akan meningkatkan risiko Anda terinfeksi kuman penyakit, termasuk virus corona. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman beralkohol. Kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental Anda. Kebiasaan buruk yang juga perlu dihentikan adalah kurang beristirahat atau sering begadang. Jika kurang istirahat, Anda akan lebih mudah mengalami kecemasan dan mood Anda pun akan lebih tidak stabil.

4. Membuat rutinitas sendiri

Ilustrasi blogging (pixabay/StockSnap)
Ilustrasi blogging (pixabay/StockSnap)

Selama menjalani karantina di rumah, Anda bisa melakukan hobi atau aktivitas yang Anda sukai, misalnya memasak, membaca buku, atau menonton film. Selain meningkatkan produktivitas, kegiatan tersebut juga dapat menghilangkan rasa jenuh.

5. Lebih bijak memilah informasi

Ilustrasi Twitter. [Shutterstock]
Ilustrasi Twitter. [Shutterstock]

Batasi waktu Anda untuk menonton, membaca, atau mendengar berita mengenai pandemi, baik dari televisi, media cetak, maupun media sosial untuk mengurangi rasa cemas. Meski begitu, jangan menutup diri sepenuhnya dari informasi yang penting. Pilah informasi yang Anda terima secara kritis dan bijak. Dapatkan informasi mengenai pandemi virus corona hanya dari sumber yang terpercaya.

6. Menjaga komunikasi dengan keluarga dan sahabat

Ilustrasi video call
Ilustrasi video call

Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, teman, dan rekan kerja Anda, baik melalui pesan singkat, telepon, atau video call. Anda bisa menceritakan kekhawatiran dan kecemasan yang Anda rasakan. Dengan cara ini, tekanan yang Anda rasakan dapat berkurang sehingga Anda bisa lebih tenang.

Bila Anda memang memiliki gangguan mental, konsumsilah obat-obatan yang telah diresepkan dokter secara rutin. Bila perlu, periksakan diri Anda ke dokter secara berkala agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi Anda. Rasa takut dan cemas memang normal dirasakan selama masa pandemi seperti ini. Namun, cobalah untuk selalu berpikir positif dan bersyukur.

Oleh: Salsabilla Jannah (Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak