Semenjak Covid-19 terdeteksi di Indonesia, muncullah fenomena-fenomena yang menggemparkan masyarakat dan menggeser tatanan perekonomian Indonesia sehingga tidak hanya negara yang menanggung kerugian ini tetapi masyarakat juga di buat resah akibat Pandemi Covid-19.
Beberapa keresahan akibat Covid-19 adalah banyak pegawai yang kehilangan pekerjaan, perusahaan merugi, dan meningkatnya angka kejahatan karena masyarakat resah akibat situasi ini yang semakin parah. Lalu, apa yang terjadi dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berusaha bertahan di masa pandemi ini?
Apakah PKL dan UMKM mengalami kerugian karena adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah? Apa alternatif dan solusi yang dilakukan PKL dan UMKM untuk mengatasi penurunan pendapatan ini?
Pada Selasa, 3 November 2020, penulis mewawancarai 2 narasumber yang mengalami keresahan dan kerugian akibat Pandemi Covid-19. Wawancara ini dilakukan oleh penulis di daerah Jakarta Timur dengan mewawancarai 2 narasumber yang berkecimpung dalam kegiatan perdagangan. Wawancara pertama dengan Mbak Ina, seorang pedagang sayur yang bejualan di daerah Cililitan, Jakarta Timur.
Mbak Ina mengatakan sangat merasakan dampak dari pandemi yaitu menurunnya omset penjualan hingga 50%. Untuk mengatasi hal ini beliau akhirnya terpaksa untuk menjual barang dagangannya dengan harga yang murah tetapi hasil penjualannya juga tidak memuaskan seperti dulu.
Menurut Mbak Ina, salah satu alasan barang dagannya tidak laku adalah karena pembeli di daerah tersebut mengalami kesulitan akibat kehilangan pekerjaan dan pendapatan berkurang sehingga daya beli konsumen juga berkurang. Mbak Ina berharap jika pandemi sudah teratasi, beliau berharap agar dagangannya dapat laku lagi seperti semula.
Namun selain Mbak Ina, hal yang sama juga dirasakan oleh Mas Akbar. Mas Akbar adalah seorang pemilik warung yang menjual kebutuhan pokok/sembako. Menurut Mas Akbar, pendapatan warungnya sebelum pandemi cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya dan perputaran modal warungnya sangat baik.
Setelah pandemi, hal sebaliknya yang dirasakan Mas Akbar, pendapatan yang diperoleh dari warungnya tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya akibatnya perputaran modal di warungnya juga sangat sulit. Mas Akbar juga perlu mengganti merek kebutuhan pokok/sembako yang lebih murah akibat modalnya tidak mencukupi.
Mas Akbar mengatakan bahwa solusi yang telah dilakukannya adalah mencari pekerjaan sampingan, tetapi hal ini sangat sulit karena pandemi ini juga mempengaruhi segala sektor perekonomian dan juga warungnya merupakan warung kecil yang tidak dapat menandingi perusahaan-perusahaan besar yang menjual kebutuhan pokok/sembako sehingga sangat sulit untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan tersebut.. Terakhir, harapan Mas Akbar adalah agar pandemi ini cepat berakhir sehingga keadaan dapat kembali seperti semula.
Setelah penulis melakukan wawancara dengan kedua narasumber dapat disimpulkan bahwa masih banyak penjual dan pengusaha (PKL dan UMKM) di sektor ekonomi yang mengalami penunrunan pendapatan hingga merugi serta sulit mencari alternatif lain untuk menghidupkan usahanya. Harapan terakhir kedua narasumber di atas agar Pandemi Covid-19 ini dapat berakhir dengan cepat sehingga kondisi perekonomian dapat kembali seperti semula.