Sejarah Pasang Surut Bajak Laut Barbary dan Perbudakan Orang Kulit Putih

Tri Apriyani | Wafi Fahriawan
Sejarah Pasang Surut Bajak Laut Barbary dan Perbudakan Orang Kulit Putih
Lukisan Perang Barbary (sumber: National Maritime Museum/Verschuier, Lieve Pietersz)

Pengaruh Aktivitas Bajak Laut Barbary Terhadap Hubungan Internasional Ustmaniyah-Eropa

Periode 1500-1800-an dalam sejarah Kesultanan Ustmaniyah adalah periode akhir keemasaan menuju kehancuran negara Islam itu sendiri dan hubungan antara Kesultanan Ustmaniyah dengan tetangga Eropanya itu mengalami dinamika pasang surutnya.

Perbudakan orang kulit putih di Eropa mulai abad ke 16-17 adalah hal yang tidak biasa di benua tersebut pada waktu itu dan reaksi masyarakat Eropa pada masa itu memunculkan histeria akan bajak laut Barbary dan perbudakan kulit putih sehingga data-data yang bisa diperoleh tentang bajak laut Barbary dan perbudakan kulit putih terbilang minim dan terbatas pada sumber-sumber lisan. Hal yang sama juga terjadi di garis pantai Barbary itu sendiri karena para pedagang budak jarang sekali menuliskan detail tentang aktivitas mereka.

Abad ke 16-17 juga merupakan periode keemasan bagi Kesultanan Ustmaniyah, mereka berekspeansi ke sisi timur dan barat dan menjadi momok bagi negara-negara Eropa pada masa itu.

Pasca jatuhnya Konstantinopel, perdagangan di laut mediterania menjadi sepi karena banyak bangsa Eropa menggunakan alternatif jalur lain dan hanya sedikit yang mampu mengakses perdagangan di laut mediterania yang paling utama negara yang mampu memasuki laut Mediternia adalah orang-orang Inggris dan Prancis yang sudah menjalin hubungan diplomatis dengan Ustmaniyah pada masa Suleiman yang luar biasa, selain itu adapun hubungan dagang dengan para pedagang dari negar-negara kecil di semenanjung Italia dan mereka adalah pedagang dari Venesia.

Selaras dengan kuatnya negara mereka, bajak laut Barbary juga mengalami masa keemasannya pada periode ini. Perbudakaan adalah salah satu dari prioritas mereka karena dengan adanya jalur perdagangan ini mereka bisa mendapat keuntungan lebih dengan memungut pajak dari kapal dagang yang berlalu-lalang di laut Mediterania dan mereka tidak akan mengganggu kapal-kapal dagang Eropa ini. Akan tetapi, bilamana ada kapal dagang yang menolak untuk membayar biaya masuk biasanya mereka akan menyerang kapal itu, menjarah isirnya, dan memperbudak semua awak kapalnya.

Masalah penangkapan budak baik itu dari penawanan kru kapal atau pun penculikan pada kota-kota pantai di Eropa pada masa biasanya diselsaikan secara damai baik oleh pihak Barbary/ Ustmaniyah ataupun oleh negara-negara Eropa sendiri dengan memberikan sejumlah uang atau barang berharga untuk penebusan para budak.

Pemerintah Ustmaniyah seolah membiarkan prakter tersebut dikarenakan 2 faktor utama yaitu garis pantai Barbary adalah wilayah yang jauh dari Konstantinopel dan juga para bajak lau Barbary dengan sukarela membagi hasil keuntungan perdagangan budak dengan pihak berwenang. Selain itu, karena pada abad ke 16-17 merupakan masa keemasan Kesultana Ustmaniyah negara-negara Eropa pun lebih memilih untuk memberikan upeti dan tebusan pada bajak laut Barbary daripada harus berperang secara tidak langsung dengan Kesultanan Ustmaniyah.

Abad 18-19 adalah periode kemunduran bagi Kesultanan Ustmaniyah karena konflik di internal wilayahnya dan juga internal istana yang dilakukan oleh Tentara Janisari. Pada saat yang sama di abad ini, bagi bangsa Eropa merupakan sebuah zaman pencerahan karena kemajuan teknologi dan intelektual yang disebabkan oleh reformasi gereja, revolusi industri, dan revolusi sosial lainnya.

Di wilayah koloni kerajaan Inggris Revolusi Sosial yang kemudian akan dikenal sebagai Revolusi Amerika menjadi tonggak bagi muncul negara baru yaitu Amerika Serikat yang muncul pada tahun 1775. Ketika negeri paman Sam meraih kemerdekaannya mereka segera melakukan hubungan diplomatik dan dagang dengan negara-negara Barat lainnya di Eropa sana, namun ketika mereka mesti mematuhi hukum yang berlaku ketika melintasi laut Mediterania yaitu membayar upeti untuk tidak diganggu oleh bajak laut Barbary.

Amerika Serikat mematuhi hukum itu selama 30 tahun sebelum akhirnya mereka menghentikan praktek tersebut dan mempelopori pemberantasan bajak laut Barbary dan aktivitas perbudakan kulit putih di wilayah itu.

Akhir Perbudakan Kulit Putih dan Bajak Laut Barbary

Eropa pada abad ke 18-19 mengalami pencerahan dimana ideologi humanisme, sekulerisme, liberalisme, dan saintifik tersebar ke masyarakat. Beberapa buah dari pencerahan itu adalah industrialisasi dan juga sebuah konsepsi bahwa hidup manusia itu mesti dihargai secara setara terlepas dari aspek SARA. Konsepsi ini dikenal pula sebagai gerakan abolisionis dan pertama diterapkan di Inggris sebelum akhirnya menyebar ke koloni-koloninya meski tidak secara konsekuen.

Adapun pada abad ini munculnya sebuah negara baru yang nantinya akan menjadi salah satu dari 2 negara adidaya di dunia yaitu Amerika Serikat. Dewasa ini Amerika Serikat seringkali melakukan intervensi di sejumlah wilayah terutama di Timur Tengah. Bukti intervensi militer Amerika di daerah ini pertama kali diwujudkan dalam Perang Barbary. Perang Barbary adalah sebuah konflik militer.

Amerika yang dahulunya adalah koloni Inggris kini menjadi negara terpisah dan mesti membayar upeti kepada bajak Laut Barbary ketika hendak berlayar ke laut Mediterania dan sekitarnya. Amerika Serikat melakukan pemberian upeti tersebut sampai tahun 1801.

Pada tahun 1801, Thomas Jefferson menjadi Presiden Amerika Serikat dan ia memutuskan untuk menghentikan praktik ini oleh sebab seorang Gubernur dari Tripoli (Libya Sekarang ini) menginginkan jumlah yang lebih dan tidak diberikan. Segera kapal-kapal dagang Amerika Serikat pun diserang, muatannya dijarah dan kru-krunya dijadikan budak.

Respons dari pihak Amerika sangatlah cepat dan mereka segera mengirimkan angkatan lautnya ke Afrika Utara. Angkata laut Amerika Serikat pada masa itu masihlah muda, meskipun begitu mereka telah mendapatkan pengalaman dari perang Quasi dengan Prancis tahun 1798-1800.

Dalam ekspedisi mereka ke Afrika Utara, Angkatan Laut Amerika bertemu dengan Angkatan Laut Swedia yang terlebih dahulu terlibat konflik dengan para bajak laut Barbary dan mendapat bantuan dari negara semenanjung Italia, Sicilly. Jalannya perang bagi pihak Amerika awalnya tidak menguntungkan karena salah satu dari kapal mereka karam dan harus ditenggelamkan sebelum diklaim oleh musuh serta posisi musuh di garis pantai mendapatkan perlindungan dari benteng-benteng.

Pihak Amerika mengubah taktik yaitu mereka memanfaatkan intrik-intrik yang ada di keluarga gubernur dan mendukung saudarnya untuk menyingkirkannya, selain itu mereka juga berlabuh di Mesir untuk merekrut tentara bayaran dan menunggu datangnya bala bantua sehingga berhasil meraih kemenangan pada 1805. Amerika Serikat setuju untuk membayar upeti untuk terakhir kalinya serta pembebasan semua warga mereka yang diperbudak.

Pelayaran dagang Amerika Serikat mengalami masa yang kondusif sampai Revolusi Prancis dan Perang Napoleon berselang. Kapal-kapal dagang Amerika Serikat kini kembali menjadi target dan sasaran perbudakan bajak laut Barbary, akan tetapi musuh mereka kali ini adalah terletak di Aljazair.

Perang kembali meletus pada tahun 1812 selama 3 tahun dengan kemenangan Amerika Serikat kembali. Kemenangan Amerika Serikat memberi isyarat pada negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Belanda, & Russia bahwa bajak laut Barbary sekarang menjadi ancaman kecil.

Pada tahun 1816 negara-negara tersebut melancarkan ekspedisi militer untuk membasmi bajak laut Barbary dan mengakhiri perbudakan. Perbudakan yang dimaksudkan adalah kulit putih Kristen Eropa dan perbudakan di garis pantai Barbary masih diperbolehkan selama itu tidak menyasar orang-orang Eropa dan hanya berlaku untuk orang Afrika semata.

Akan tetapi, perbudakan di garis pantai Barbary serta aktivitas bajak laut Barbary benar-benar menemuinya pada tahun 1830 ketika Prancis menduduki Aljazair, serta penaklukan lebih lanjut atas Tunisia pada 1882 & Maroko pada 1907.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak