Bank Indonesia (BI) saat ini optimis pada tahun 2021, pemulihan ekonomi nasional dapat terwujud dengan penguatan sinergi melalui dalam satu prasyarat dan lima strategi. Prasyaratnya yaitu vaksinasi & disiplin protokol COVID-19 dan 5 dari strategi respons kebijakan sebagai berikut adalah: Pertama, pembukaan sektor produktif dan aman. Kedua, percepatan stimulus fiskal (realisasi anggaran). Ketiga, peningkatan kredit dari sisi permintaan dan penawaran. Keempat, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial. Kelima, digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya UMKM.
Disampaikan oleh Perry Warjiyo, selaku Gubernur BI, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Tahun 2020 berjudul “Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi” yang diselenggarakan di Jakarta secara virtual pada hari (3/12).
Menjelang pada tahun 2021, ekonomi Indonesia sekarang diprakirakan tumbuh mencapai 4,8-5,8%, didukung oleh konsumsi swasta dan pemerintah, peningkatan dari kinerja ekspor, serta investasi baik dari belanja modal Pemerintah maupun dari masuknya PMA sebagai respons positif terhadap UU Cipta Kerja. Pemulihan ekonomi nasional yang tengah berlangsung diperkirakan akan semakin meningkat. Pertumbuhan dari seluruh wilayah juga akan meningkat, khususnya di Pulau Jawa serta wilayah Sulawesi-Maluku-Papua.
(BI) Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan guna untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional di tahun 2021. Kebijakan tersebut antara lain adalah stabilitas nilai tukar rupiah dan suku bunga rendah.
di acara Bank Indonesia Bersama Rakyat (Birama) secara virtual daring, Jakarta, Senin (7/12/2020). Perry Warjiyo, mengatakan bahwa akan terus melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah, ini tetap menjadi prioritas.
Perry mengatakan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah, kini mendukung pemerintah untuk bisa melakukan pemulihan ekonomi selama pandemik virus corona. Perry juga meyakini dengan kebijakan quantitative easing yang dilakukan oleh (BI) Bank Indonesia membuat rupiah tetap bergerak dengan stabil. Bahkan juga berpotensi terus menguat hingga tahun depan.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen Penurunan suku bunga ini menjadi yang paling rendah dari yang pernah ada di Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (3/12) dalam Pertemuan Tahunan BI 2020 mengatakan, “Terendah sepanjang sejarah. Suku bunga akan tetap rendah sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat” Tuturnya.
Perry juga menjelaskan, kebijakan penurunan BI-7 DRRR bulan lalu itu sebesar 25 basis poin menjadi yaitu 3,75 persen adalah sejalan dengan tingkat dengan inflasi yang rendah. Di samping itu, stabilitas eksternal yang terjaga juga mendorong Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan tersebut. Jika kondisi diperkirakan perekonomian akan semakin membaik karena adanya vaksin Covid-19, dan tingkat suku bunga acuan juga masih akan tetap rendah.
Dengan tren suku bunga yang rendah tersebut, likuiditas juga tetap longgar untuk mendukung penyaluran kredit perbankan. BI telah melakukan injeksi likuiditas atau quantitiative easing (QE) hingga Rp 682 triliun atau 4,4% dari PDB. Perry menyebutkan juga bahwa stimulus moneter, itu merupakan yang paling jumbo diantara negara - negara emerging market dari yang lainnya.
Untuk itu, ia tak bosan untuk mengingatkan perbankan untuk segera menurunkan suku bunganya dan menyalurkan kredit. Ini merupakan bagian dari yang perlu dilakukan perbankan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, jelas tuturnya.
Selain adanya stimulus moneter tersebut, bank sentral juga hadir dengan stimulus makroprudensial. Bank Indonesia (BI) juga berusaha untuk mendukung pendalaman pasar keuangan, digitalisasi ekonomi dan sistem keuangan, pengembangan ekonomi syariah dan UMKM serta kebijakan inti dan transformasi lembaga.
Ia juga mengatakan bahwa (BI) Bank Indonesia akan senantiasa terus mengarahkan seluruh instrumen kebijakan untuk terus mendukung pemulihan ekonomi nasional, berkoordinasi erat dengan pemerintah dan KSSK, serta tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Perry mengatakan bahwa “Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, BI akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kemudian suku bunga rendah akan kami lanjutkan sampai ada tanda-tanda inflasi meningkat," tuturnya.
Kebijakan suku bunga rendah dan pelonggaran kebijakan moneter masih akan tetap dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mendorong pertumbuhan kredit serta juga mendukung program pemulihan ekonomi nasional.
Ia berharap pandemi dari Covid-19 ini akan segera berakhir sehingga tatanan kehidupan bisa kembali dengan pulih. "Prospek ekonomi yang positif dapat kita tempuh dengan sinergi. Bauran arah kebijakan itu harus didukung satu prasyarat, yakni vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan Covid-19," tuturnya.
Bank Indonesia mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui stimulus kebijakan moneter yang akan dilanjutkan di tahun 2021 yang antara lain ditempuh melalui: 1) Stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar tetap dijaga, 2) Suku bunga yang akan tetap rendah, sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat, 3) Melanjutkan pembelian SBN dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN Tahun 2021 sebagai pembeli siaga (non-competitive bidder) dan kebijakan makroprudensial yang juga tetap akan akomodatif pada tahun 2021.
Bank Indonesia (BI) juga akan terus mengakselerasi implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, mempercepat Pendalaman pasar uang sesuai Blueprint Pendalaman Pasar Uang (BPPU) 2025, terus mendukung pengembangan ekonomi-keuangan Syariah dan UMKM, dan terus aktif dalam berbagai forum internasional dari sisi kebijakan internasional.
Bank Indonesia juga akan terus mengarahkan seluruh instrumen kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, yang terkoordinasi erat dengan Pemerintah dan KSSK, dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Oleh: Isma Muflihina/Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi 2018, Universitas Negeri Jakarta.