Ketika mendengar istilah Literasi Media, banyak yang mengatakan bahwa ini merupakan konsumsi orang dewasa atau orang tua. Hal ini memang tidak salah, karena penyebutan literasi media sering digunakan mahasiswa di lingkungan kampus terutama mahasiswa Prodi Komunikasi. Adapun pengertian literasi media adalah bagaimana mempunyai kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media.
Seiring berjalannya waktu, arus informasi begitu mudah disebarkan. Hal ini dibarengi dengan kemajuan teknologi yang semakin mempercepat dalam menghantarkan informasi kepada semua orang. Keadaan ini menimbulkan dampak positif maupun negatif. Masyarakat sebagai sasaran utama dari perkembangan media massa dan kemajuan teknologi seakan mendapatkan kenyamanan serat dimudahkan dalam mengakses informasi terkini yang pastinya bisa diakses dimana saja.
Prinsip media sendiri yaitu menggunakaan arus utama atau mengikuti hal yang sedang menjadi trend dimasyarakat, serta bagaimana mendapatkan keuntungan untuk perusahaan tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi dimasyarakat. Hal ini seaakan menjadikan perusahaan media mainstream sudah tidak lagi independen, sehingga menimbulkan masalah baru untuk masyarakat yang seharusnya mendapatkan informasi yang benar dan positif. Masalah yang timbul berupa tayangan yang berbau diskriminatif terhadap suku, ras, agama, bahkan kebudayaan. Selain itu tayangan yang berbau sexsualitas bahkan kriminal maupun perundungan.
Literasi media sendiri sering digaungkan di perguruan tinggi dan masyarakat. Namun, hal ini di rasa kurang. Perkembangan media massa dan kemajuan teknologi yang begitu pesat, membuat berbagai lapisan usia bisa mengakses informasi dengan begitu mudah, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lanjut usia. Karena dikondisi saat ini anak-anak dan remaja seakan menjadi lapisan umur yang disisihkan dalam penerapan literasi media dalam kehidupan di media massa.
Penerapan literasi media untuk anak-anak dan remaja yaitu bisa dilakukan dengan menerapkan jam dalam penggunaan gedget. Hal ini dirasa sangat efektif, kemajuan teknologi serta murahnya harga gedget membuat semua laporan kalangan usia bisa memiliki telepon pintar ini yang bisa mengakses berbagai informasi yang ada dibelahan dunia ini.
Melakukan pendampingan serta kontroling terhadap anak-anak saat mencari informasi, banyak sekali tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak yang berlatar belakangi kelalaian orang tua yang tidak mendampingi anaknya dalam mengakses informasi. Selain itu juga perlunya melakukan pendampingan terhadap anak saat menonton televisi.
Memberikan penjelasan atau pengertian ilmu konstruksi media dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Selanjutnya melarang anak-anak menggunakan gedget secara berlebihan, serta pembatasan bahkan pelarangan untuk mengenalkan media sosial untuk anak-anak.
Begitu pentingnya menerapkan pola literasi media yang begitu senderhana untum anak-anak. Sekarang waktu anak-anak begitu banyak tersita didepan layar kaca televisi dan gedget, dengan kondisi Pandemi ini semakin membuat anak-anak bisa berkumpul dengan teman sebayanya. Hal ini seakan menjadi pengingat bagi para orang tua agar tetap siap mengawasi anak-anaknya mulai mengenalkan dan mengajak anak-anak berliterasi media, lebih kritis terhadap informasi yang sering didapatkan, kritis terhadap tayangan yang ada. Seperti contohnya bahwa tayangan yang ada di tv semata-mata hanya merupakan hiburan bukan u tuk ditiru di kehidupan nyata.