5 Jenis Candaan yang Tanpa Kamu Sadari Bisa Merusak Mental Anak

Munirah | Latifah
5 Jenis Candaan yang Tanpa Kamu Sadari Bisa Merusak Mental Anak
Ilustrasi Anak. (pexels.com/@jonas-mohamadi)

Bersenda gurau memang bisa meningkatkan kedekatan hubungan antara orangtua dengan anak. Namun tak semua jenis bercanda akan berpengaruh baik. Candaan yang tidak tepat justru malah bisa merusak mental anak.

Di bawah ini beberapa jenis bercanda yang sebaiknya dihindari karena akan berdampak buruk bagi kondisi mentalnya. Apa saja?

1. Bercanda dengan menyebutkan kekurangan fisik anak

‘Kamu sih kegendutan, sampai sepeda aja gak kuat nahan beban kamu’

Kalimat di atas mungkin diucapkan sekadar lucu-lucuan. Tapi hal itu mungkin lucu bagi yang mengucapkan, tapi menyakitkan bagi yang dengar.

Bercanda dengan menonjolkan kekurangan fisik yang dimiliki anak ini sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun ternyata tanpa sadar, hal itu termasuk dalam tindakan body shaming.

Body shaming jika terjadi terus-menerus awalnya bisa membuat anak malu, lama-kelamaan, bisa menyebabkan dia merasa tidak berguna, hingga depresi dan alami gangguan makan. Tentu sebagai orangtua, kamu nggak mau sampai terjadi seperti itu kan?

2. Bercanda yang membuat anak jadi cemburu

‘Hayo abang, nanti kalau adik udah lahir, abang nggak disayang lagi’

Familiar dengan jenis candaan di atas? Yup, hal itu juga termasuk bercanda yang mestinya dihindari. Karena membuat anak jadi memiliki persepsi negatif terhadap adiknya sendiri.

Sikap ini yang kemudian menjadikan kakak tidak sayang dengan adiknya dan bersikap nakal saat perhatian orangtuanya sedang tertuju pada adiknya sendiri. Jika dibiarkan, hubungan kakak-beradik jadi tidak harmonis. Dan anak yang lebih tua pun akan merasa orangtuanya pilih kasih, meskipun faktanya tidak. Akibat dari prasangka negatif dari candaan yang tampak tak bahaya.

3. Bercanda yang menakut-nakuti

‘Hayo cepat pulang, nanti kalau pulang malam, bakal diculik kuntilanak’

Gimana anak nggak jiper ditakuti seperti itu. Walaupun cara mengancam atau menakut-nakuti anak ini efektif untuk membuat anak jadi nurut, tapi bukanlah metode didik yang tepat.

Akibatnya, anak tumbuh jadi penakut. Sama gelap takut, sendirian takut, yang ribet nanti orangtunya sendiri kalau mereka sudah tumbuh besar. Ke mana-mana harus diantar.

4. Bercanda yang membandingkan

‘Ya ampun, masa kamu sudah besar tapi mengerjakan itu aja nggak bisa. Ih, malu tuh dengan Fadli, dia aja lebih muda dari kamu tapi udah bisa’

Kita sebagai orang dewasa, yang boleh jadi mentalnya lebih tahan banting karena telah diuji berkali-kali, tetap saja akan marah, kecewa, merasa gagal dan tidak berarti, ketika dibanding-bandingkan. Dan itu pula yang dirasakan anak meski ia masih kecil dan banyak orangtua mengira, bahwa mereka belum ‘ngerti’.

Walau mereka diam saja, tapi bukan berarti hatinya tak luka. Anak kecil pun punya perasaan layaknya orang dewasa. Dibanding-bandingkan seperti itu, akan membuatnya jadi takut mencoba karena khawatir jika gagal akan ditertawakan.

5. Bercanda dengan berbohong

‘Iya, kalau kamu nanti peringkat satu, nanti kita pergi ke Disneyland deh’

Tapi bohong. Hati-hati lho, berbohong atau istilah kerennya prank meskipun niatnya baik untuk memotivasi anak, tetap saja salah. Kebiasaan tersebut adalah resep ampuh menciptakan generasi tidak jujur.

Akibat orangtua sering bohong, anak jadi mengambil kesimpulan bahwa bohong itu tak mengapa, bukan perilaku yang berdosa atau tak baik. Giliran anak jadi lihai berbohong, orangtua yang pusing sendiri dan bertanya-tanya kenapa kok anak kami sering banget bohong ya. Duh!

Niat baik tetap harus dilakukan dengan cara yang benar, supaya hasilnya pun sesuai harapan. Lewat bercanda, anak memang bisa lebih bahagia dan percaya diri. Tapi candaan di atas malah bisa bikin anak rendah diri.

Saat bercanda, usahakan agar orangtua senang, anak pun gembira. Jangan orangtua tertawa, tapi hati si kecil menderita. Semoga uraian ini bisa jadi bahan renungan kita bersama!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak