Indonesia merupakan salah satu negara di mana kekayaan alamnya sangat melimpah. Salah satunya Desa Kelor, Bangunkerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Desa ini menyimpan berbagai kekayaan alam yang tak sedikit, salah satunya adalah ketela dan dedaunan kelor. Selain menyimpan kekayaan alam, desa ini juga menyimpan kekayaan budaya yang kini dijadikan sebagai tempat wisata budaya.
Desa Kelor merupakan salah satu desa yang sudah menjalankan program pemberdayaan perempuan. Mayoritas penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai petani, kaum perempuan yang terlibat dalam sektor pertanian cenderung lebih banyak dari pada sektor wisatanya.
Melihat kondisi wisata yang menurun dan juga mayoritas perempuan sebagai petani, maka terbentuklah suatu program pemberdayaan perempuan yang diberi nama Kelompok Wanita Tani (KWT) Moringa Sejahtera, atas kesepakatan bersama di Desa Kelor.
Pemberdayaan perempuan melalui wadah Kelompok Wanita Tani lebih menekankan pada upaya peningkatan peranan wanita tani dalam pemenuhan kebutuhan primer keluarga. KWT Moringa Sejahtera merupakan salah satu kelompok yang ada di kecamatan Turi khususnya di Bangunkerto.
KWT Moringa Sejahtera ini memiliki berbagai kegiatan dominan yang dilakukan, salah satunya adalah pengolahan hasil pertanian yang selama ini terabaikan.
Pada kehidupan rumah tangga petani di pedesaan, wanita tani yang juga berperan sebagai istri memiliki peranan penting karena bertanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengendalikan stabilitas dalam keberlangsungan hidup keluarga.
Salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) di Turi, Sleman, Yogyakarta ini berhasil berinovasi menciptakan varian makanan dari ketela dengan rasa yang beragam. Hal ini terjadi lantaran kondisi perekonomian pada masa pandemi saat ini terbilang menurun cukup drastis akibat pemasukan dari wisatawan yang berkurang.
Banyak ketela yang di tanam warga kelor dan ibu-ibu untuk dapat dikombinasikan dengan daun kelor yang menjadi ciri khas dari desa tersebut. Hal ini diharapkan dapat menambah pemasukan dan mengembalikan perekonomian masyarakat yang sempat menurun.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan tersebut semuanya ditanam sendiri. Proses pembuatannya dimulai dari mencari ubi ketela yang bagus, kemudian umbi tersebut dikupas dan bersihkan dengan air bersih. Lalu ketika sudah bersih, dikukus dan didinginkan, kemudian diperhalus dengan mesin manual. Setelah selesai digulung dan pipihkan dengan mesin manual, langkah selanjutnya yaitu dicetak bulat-bulat dan dijemur dengan sinar matahari.
Proses-proses tersebut didapat dari pendampingan yang dilakukan oleh dinas terkait dan inovasi para ibu-ibu. Terdapat berbagai varian rasa, antara lain yaitu rasa ketela, rasa kentang, ketela rasa ikan nila, dan terdapat pula keripik ketela rasa emping melinjo.
Melalui inovasi sederhana yang dilakukan oleh KWT ini, sudah cukup membuat produknya banyak diminati oleh masyarakat. Untuk pemasarannya sendiri, produk tersebut sudah tersebar di warung-warung dan minimarket.
Selain itu KWT juga bekerjasama dengan Omah Workshop yang dibina oleh Ma’e Etty untuk memasarkan ke toko-toko besar lainnya. Mak’e merupakan pendiri dan orang yang berinisiatif untuk menciptakan KWT Moringa Sejahtera ini. Ma’e sebelumnya juga mengadakan kegiatan sosialisasi dan seminar guna mengajarkan dan membina ibu-ibu di sini mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Warga percaya, jika kegiatan ini ditekuni dengan baik maka Kelompok Wanita Tani dapat semakin berkembang. Bahkan dapat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa tersebut, khususnya bagi ibu-ibu di sini.