Secara Teknis Garuda Indonesia Dinyatakan Bangkrut, Inilah 4 Faktor Utamanya

Hikmawan Muhamad Firdaus | Alyssa Maharani
Secara Teknis Garuda Indonesia Dinyatakan Bangkrut, Inilah 4 Faktor Utamanya
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia [shutterstock]

Pada awal tahun 2021, media dan masyarakat Indonesia digemparkan oleh pemberitaan bahwa maskapai Garuda Indonesia mengalami jalan kegelapan atau dapat dimengerti sebagai awalan dari kebangkrutan. Dengan itu, berikut adalah pemaparan 4 faktor utama yang mendorong bangkrutnya Garuda Indonesia dari segi finansial, skandal internal, hingga rute perjalanan maskapai tersebut.

Fase pandemi cenderung menjadi alasan yang masuk akal bagi kebanyakan orang menghadapi perjuangan. Faktanya, pertumbuhan ekonomi dinilai sangat turun sampai tidak bisa ditolong di masa itu. Fakta itu hampir tidak dapat disangkal, tetapi ini bahkan bukan faktor utama kebangkrutan dari maskapai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu Garuda Indonesia. Kabar tersebut menggemparkan masyarakat Indonesia yang telah meyakini kualitas dari maskapai Garuda Indonesia. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan timbulnya pertanyaan-pertanyaan terkait dengan bagaimana hal itu (kebangkrutan Garuda Indonesia) dapat terjadi.

Lalu, apa keempat faktor utama yang mendorong kebangkrutan Garuda Indonesia? 

Utang Menumpuk (Sumber: https://unsplash.com/photos/LVcjYwuHQlg)
Utang Menumpuk (Sumber: https://unsplash.com/photos/LVcjYwuHQlg)

1. Utang menumpuk

Sebelum masa pandemi datang, utang dari maskapai Garuda Indonesia telah mencapai US$9,75 miliar dengan konversi menjadi Rp138,45 triliun, sedangkan Garuda Indonesia hanya memiliki anggaran US$6,9 miliar. Artinya Garuda memiliki ekuitas negatif. Oleh karena itu, Garuda Indonesia tidak bisa tinggal lebih lama lagi untuk menangani masalah besar ini sementara pandemi memperburuknya.

2. Pertumbuhan ekonomi turun

Pertumbuhan ekonomi Garuda Indonesia turun dari waktu ke waktu. Per September 2021, ekuitas negatif telah mencapai US$2,8 miliar. Hal ini didukung oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergabung untuk memberikan reaksi dan menyatakan pesan kepada media bahwa, Garuda Indonesia memiliki dua faktor utama untuk pertumbuhan ekonomi terburuk mereka terkait dengan Garuda Indonesia belum memiliki orang yang cakap untuk mengelola korporasi dan skandal korupsi yang terjadi bertahun-tahun lalu.

3. Skandal korupsi

Skandal korupsi bukan hanya rumor palsu, dan faktanya isu ini terbukti pada pertengahan tahun 2021. Hadinoto Soedigno, mantan direktur Garuda Indonesia, dinyatakan telah dikorupsi dan divonis delapan tahun penjara. Hadinoto Soedigno terbukti melakukan pencucian uang mesin Airbus A330, A320, ATR 72 serie 600, CRJ 1000 NG, dan Rolls-Royce Trent 700. Dari kasus ini, Kartika benar dengan memberikan argumen-argumen di paragraf sebelumnya.

4. Rute dan fase di pandemi

Faktor keempat atau terakhir, datang dari bagaimana Garuda Indonesia mempertahankan rute dari 437 rute menjadi 140 rute. Isu dengan pengurangan rute dinilai sebagai sebuah konflik dan masalah yang serius. Mengapa? karena, individu atau kelompok yang ingin melakukan penerbangan keluar kota atau negeri pada akhirnya akan kesulitan mencari penerbangan dengan Garuda Indonesia. Selain itu, dengan pengurangan rute perjalanan dapat mempengaruhi pendapatan para pilot dan pramugari di tengah pandemi. Oleh karena itu, kedua masalah ini menjadi faktor terakhir yang mendukung kebangkrutan Garuda Indonesia.

Tanggapan mantan Captain Pilot Airbus Indonesia terhadap bangkrutnya Garuda Indonesia 

Pesawat Garuda Indonesia (Sumber: https://unsplash.com/photos/k_pjcthSqxc)
Pesawat Garuda Indonesia (Sumber: https://unsplash.com/photos/k_pjcthSqxc)

Mantan Captain Pilot Airbus Garuda Indonesia Tonny Selibulgani, memberikan pandangannya terkait dengan bangkrutnya Garuda Indonesia dari segi teknis. 

"Dimasa pandemi ini yang sudah berjalan 2 tahun ini , bagaimana Garuda tidak terus merugi harus terus terbang melayani penerbangan terutama domestik, dimana penumpang yang diangkut hanya boleh 50% nya saja , sedangkan Garuda hanya bisa untung kalau penerbangan minimum 60%, tapi kan Garuda adalah maskapai milik negara yang harus terus melayani publik yang membutuhkannya, tentu saat ini dengan resiko akan terus merugi." jelas Tonny Selibulgani. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak