Permasalahan sampah harus ditangani serius dewasa ini. Peningkatan jumlah penduduk seiring dengan sampah yang dihasilkan sehingga berpotensi besar meningkatkan pemanasan global. India merupakan negara terpadat kedua di dunia dengan total 1,38 miliar penduduk. Setiap penduduk menghasilkan sampah yang tidak sedikit hingga menjadi tumpukan yang membahayakan masyarakat dan juga lingkungan. Banyak gerakan Zero Waste telah digadang gadang dapat mengatasi permasalahan sampah, namun belum cukup. Perlu adanya inovasi yang dapat mengendalikan baik sampah organik maupun anorganik. Salah satu sampah yang pasti ada dan tidak bisa di daur ulang adalah pembalut.
Pembalut telah menjadi kebutuhan wajib kaum wanita. Sebagai negara padat penduduk tidak semua akses pembalut dapat diperoleh wanita. Hanya 3 dari 5 penduduk wanita di India yang berkesempatan menggunakan pembalut, sisanya hanya menggunakan kain sebagai penggantinya. Penggunaan kain tergolong tidak higienis dan berbahaya bagi kesehatan wanita. Namun penggunaan pembalut sekali pakai juga dapat menimbulkan limbah sampah yang tidak tanggung-tanggung.
Bagaimana kalau misalnya pembalut yang digunakan dapat terdegradasi di alam? Pilihan yang bagus, bukan?
Para wanita mendapatkan akses pembalut higienis serta berpengaruh positif terhadap lingkungan.
Di India, tanaman pisang merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan. Dengan luas beribu-ribu hektar, tanaman pisang juga menghasilkan limbah yang tidak tanggung banyaknya. Tergolong tanaman semusim, setelah menghasilkan buah pada tahun pertanama, tanaman pisang tidak dapat berbuah lagi. Oleh karena itu, para petani menebang pohon pisang untuk meremajakannya dengan tanaman pisang yang baru.
Hal ini mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah batang pisang yang belum bisa diolah dengan maksimal. Padahal tanaman pisang memiliki banyak manfaat tersembunyi yang dapat dikelola. Seperti kandungan nutrisi batang pisang yang dapat dikelola menjadi pupuk kompos dan pupuk cair yang memiliki nutrisi tinggi. Serat pisang yang diubah menjadi hiasan atau kerajinan tangan, dan banyak lainnya.
Chirag Desai merupakan peneliti yang meneliti limbah pisang dan berhasil menghasilkan beberapa produk dari limbah pisang seperti pupuk cair, kain, dan bahkan permen. Berdasarkan hasil penelitiannya Chirag menyebutkan limbah batang pisang dapat menjadi pembalut jika diolah dengan baik. Ide tersebut disambut dengan baik oleh Kristin Kagetsu dan Tarun Botlia, Founder dari Saathi.
Saathi mulai mengembangkan pembalut biodegradable berbahan dasar batang pisang. Tahapan pertama untuk pembuatan pembalut adalah menebang batang pisang dari kebun lalu memotongnya menjadi dua bagian. Batang pisang di pisahkan per lapisannya, dengan mesin lapisan batang pisang ini diproses menjadi serat. Serat tersebut akan dikeringkan untuk diolah.
Setelah kering serat akan dipotong hingga ukuran kecil dan diproses menjadi serat yang halus. Serat halus inilah yang menjadi bahan dasar pembuatan pembalut. Bagian Lem dan Plastik juga dibuat dari bahan yang dapat diurai. Begitu pula dengan kemasan yang sama sekali tidak menggunakan plastik. Pembalut Saathi memanfaatkan 100% bahan alam yang dapat terurai selama 6 bulan setelah pemakaian apabila dikuburkan di dalam tanah.
Pembalut batang pisang ini dapat menjadi penerapan ekonomi sirkular yang menjadi solusi permasalahan sampah organik dan anorganik sekaligus mendapatkan laba. Tertarik mencobanya? Kamu dapat langsung mengunjungi website www.saathipads.com.