Bung Karno pernah berkata, "Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Panggilan bagi anak-anak muda Indonesia, yuk bersama-sama melestarikan seni dan budaya!
Sebuah stigma beredar di masyarakat, tentang anggapan bahwa anak muda zaman sekarang, cenderung hidup 'kebarat-baratan', tidak menghargai budaya, hingga melupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Apakah stigma tersebut benar adanya?
Rizki Rahma Nurwahyuni, anak muda dari Bantul, Yogyakarta, mematahkan stigma yang menggeneralisasi bahwa generasi sekarang lupa dengan budayanya sendiri. Justru sebaliknya, sosok yang akrab disapa Rahma ini, bahkan turut andil dalam kerja-kerja pelestarian seni dan budaya.
Siapa tak kenal Rahma, mungkin namanya tak asing bagi para penikmat seni, khususnya wayang, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia adalah dalang perempuan yang usianya masih muda.
Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya
'Darah seni' Rahma tampaknya turun dari keluarga. Rahma lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga seniman. Simbahnya merupakan seorang seniman ketoprak. Sedangkan sang ayah, adalah dalang yang telah melanglang buana dari satu pertunjukan ke pertunjukan lainnya.
Sejak kecil, Rahma mengaku telah dikenalkan oleh orang tua akan kesenian, khususnya kesenian Jawa. Seperti wayang, ketoprak, menari, semua 'dibabat' olehnya.
"Sejak kecil sama kakak, saya diajak bapak ikut pentas, pindah-pindah lokasinya," kata Rahma kepada Yoursay.
Berangkat dari situ, Rahma lantas mengikuti kejuaraan dalang cilik sekitar tahun 2004. Sejak saat itu, perjalanannya sebagai dalang pun dimulai.
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," ungkap Rahma kepada Yoursay, saat ditanya soal kemauannya melestarikan budaya.
Rahma mengaku, keinginan untuk menekuni dunia pedalangan datang dari diri sendiri. Keluarga tidak memaksa, hanya memberikan dukungan kepadanya.
Alhasil, Rahma selalu semangat dan terus mengasah kemampuannya. Sampai pada akhirnya, kelihaiannya menjadi dalang itu ia manfaatkan untuk meraih sebanyak-banyaknya pengalaman.
Misalnya ketika SMA, Rahma ikut pertukaran pelajar dan dikirim ke Makassar. Secara khusus, ia mempersembahkan pertunjukkan wayang di sana.
Tak berhenti sampai di situ, Rahma juga membawa branding sebagai "dalang perempuan" ketika mengikuti dimas diajeng, hingga pemilihan Putri Indonesia DIY.
Hingga sekarang, Rahma masih aktif menjadi dalang, walaupun tidak sesering dahulu. Baginya, dalang adalah hobi, bukan pekerjaan.
Perempuan dan Anak Muda Juga Bisa Punya Karya!
Menengok ke masa lalu, seperti kita tahu, peran perempuan hanya sebatas pada ranah domestik saja. Dulu, stereotip kondrat perempuan hanya harus bisa masak, macak, dan manak.
Namun seiring berjalannya waktu, muncul sosok-sosok perempuan yang berani "merdeka". Termasuk R.A. Kartini yang kita kenal sebagai tokoh emansipasi wanita.
Walaupun perjalanan memperjuangkan emansipasi dari masa ke masa tak mudah, tapi setidaknya kini lebih baik dari era sebelumnya. Banyak perempuan yang melebarkan sayap, bisa bersanding dengan laki-laki di berbagai bidang.
Termasuk Rahma yang mendapatkan peluang menjadi dalang perempuan di tengah dominasi laki-laki. Membuktikan bahwa tak cuma laki-laki saja yang bisa, tapi perempuan pun mampu melakukannya.
Selama menjadi dalang, Rahma mengatakan bahwa tak ada suara-suara negatif yang sampai di telinganya. Sebaliknya justru banyak orang bangga karena ada perempuan yang berani melestarikan budaya.
Teruntuk anak-anak muda, Rahma berpesan agar sebaiknya ikut melestarikan budaya. Tak harus menjadi sama seperti Rahma, upaya pelestarian bisa dimulai dari hal-hal paling sederhana.
"Penginnya anak-anak muda ikut melestarikan kesenian. Untuk generasi muda, yuk bareng-bareng melestarikan seni dan budaya!" ajak Rahma semangat!
Video yang mungkin Anda suka: