Platform User Generated Content Yoursay.id kembali mengadakan Yoursay Talk. Kali ini, Yoursay menghadirkan aktivis lingkungan muda asal Indonesia yang namanya telah go internasional, siapa lagi kalau bukan Aeshnina Azzahra Aqilani.
Bertajuk “Yoursay Talk: Small Step To Big Change!", acara yang berlangsung pada Rabu (24/5/2023) kemarin mengupas tuntas sepak terjang Aeshnina dan apa saja yang bisa dilakukan generasi muda sekarang untuk ikut menjaga lingkungan.
Yoursay Talk yang digelar lewat Instagram Live pun berlangsung seru. Penonton tampak interaktif dan antusias dengan pemaparan Nina yang semangatnya menggebu-gebu dalam menyuarakan keadilan lingkungan, khususnya menyangkut fenomena sampah plastik.
Tentang Aeshnina Azzahra Aqilani
Aeshnina Azzahra Aqilani adalah salah satu generasi muda paling menginspirasi di Indonesia. Sebab, di usia yang masih belia, ia telah aktif memberikan sumbangsih bagi lingkungan.
Nina dikenal sebagai Environmental Youth Activist. Tak ayal, ia kerap kali menyuarakan isu keadilan lingkungan di tengah permasalahan yang kini makin kompleks. Nina sering kali mengadakan kampanye, sepak terjangnya juga bisa dilihat melalui Instagram pribadinya @aeshnina.
Saat ini, Nina sehari-hari sekolah di pesantren. Ia juga mengatakan bahwa sedang membuat buku tentang perjalanan dan pencapaian dirinya sejak SMP sampai saat ini. Nina pernah memiliki pengalaman sebagai pembicara di Jerman dan berbagai tempat keren lainnya.
Awal Mula Tertarik Menjadi Aktivis Lingkungan
Dalam acara Yoursay Talk, Nina menceritakan awal mula dirinya menjadi seorang aktivis lingkungan. Dari kecil, Nina selalu terbiasa ikut turun langsung ke lingkungan karena orang tuanya memang seorang aktivis biologis lingkungan.
Nina mengaku dekat dengan lingkungan. Ia sendiri mengatakan sangat suka menyusuri sungai.
“Kayak ada hubungan spesial antara saya dengan sungai. Dari kecil memang sudah terbiasa melakukan demonstrasi, mulai TK sudah melakukan demonstrasi,” ujar Nina.
Menyoal fenomena sekarang, Nina juga menyampaikan pandangannya terkait Indonesia yang masuk peringkat kelima sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia. Ia dengan tegas menyebut ini bukan hal yang bisa dibanggakan.
Dulunya, nenek moyang Indonesia bisa hidup tanpa plastik dengan sehat. Namun sekarang ini, sampah plastik membawa dampak yang buruk untuk kesehatan. Hal ini terjadi karena kita sudah terlalu dimanjakan dengan produk plastik sekali pakai.
“Kita harus kembali menggunakan barang-barang yang bisa digunakan kembali seperti wadah. Faktanya, yang akan mewarisi dunia ini adalah kita, generasi muda. Semua kerusakan yang ada akan jatuhnya ke kita, kita yang akan merasakan pencemaran itu. Kita harus mau berubah dan bergerak dari sekarang untuk masa depan yang lebih baik,” jelas Nina mengajak generasi muda untuk berubah.
Cara Menghadapi Orang Tua Terkait Penggunaan Plastik
Aktivis muda ini mengatakan bahwa generasi muda harus bisa jadi pelopor perubahan. Cara menghadapi orang tua yang tidak mau mengurangi sampah plastik sekali pakai harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Menurut Nina, generasi muda harus memberi tahu fakta sejak awal bahwa plastik memang sudah berbahaya.
"Sebenarnya plastik itu tidak akan pernah terurai ke tanah, tetapi malah akan terpecah-pecah menjadi sesuatu yang kecil (mikroplastik), bukannya terurai seutuhnya. Kita bisa melakukan pendekatan tertentu seperti melalui film, cerita, dan lain sebagainya. Kuncinya adalah terus konsisten dalam mengingatkan orang tua, serta harus bisa menjadi contoh dan teladan yang baik," tegas Nina.
Keterkaitan antara Trend Anak Muda dengan Sampah Plastik
Nina menyebut generasi muda sekarang sudah banyak yang open minded. Menurutnya, sekarang sudah banyak pembahasan mengenai isu-isu sampah plastik.
Trend tersebutlah yang menurut Nina berdampak besar bagi lingkungan. Oleh sebab itu, dia mengajak generasi muda untuk menjadi pelopor perubahan untuk menjadikan lingkungan menjadi lebih baik.
"Sebagai anak muda, kita harus jadi pelopor, teladan, dan contoh yang baik untuk anak-anak muda yang lain. Mengedukasi anak-anak muda lebih mudah daripada mengedukasi orang tua karena mereka rata-rata sudah open-minded,” papar Nina.
Nina juga menyebut, trend bisa dilakukan dalam hal-hal yang sederhana. Misalnya, membawa botol, totebag, dan barang-barang yang bisa dipakai kembali ke mana-mana. Dimulai dari diri sendiri, hal itu bisa membantu mengurangi sampah plastik.
Lebih lanjut, Nina juga menyampaikan bahwa kalimat ‘buanglah sampah pada tempatnya’ sudah ketinggalan zaman. Hal yang perlu menjadi perhatian sekarang ini adalah tentang ‘mengurangi sampah plastik’.
Meski sebenarnya solusi mengenai sampah plastik sudah ditemukan, tetapi kata Nina, sebagian besar dari kita yang tidak mau mempraktikkannya. Padahal, yang akan merasakan dampaknya nanti juga manusia.
“Kita semua punya hak untuk tinggal di lingkungan yang sehat. Kita adalah pewaris bumi ini, kita yang akan memimpin dan tinggal di bumi Indonesia nanti. Jangan biarkan bumi kita mati. Kita harus berani bersuara dan berubah demi masa depan kita yang sehat dan bebas dari pencemaran plastik,” tutur Nina mengakhiri diskusi mengenai sampah plastik yang sangat inspiratif ini.