Pemboman yang terus dilakukan tentara Israel terhadap Palestina membuat seluruh aspek kehidupan warga negara tersebut terasa sangat mencekam.
Tak terkecuali para wanita hamil yang harus berjuang agar dirinya dan bayi yang dikandungnya bisa tetap tegar dan bertahan dengan kondisi negara yang jauh dari kata kondusif.
Yang memilukan, wanita hamil di Gaza harus merasakan perihnya luka karena sayatan pisau operasi tanpa anastesi alias bius.
"Karena kurangnya pasokan medis, dokter terpaksa melakukan operasi caesar untuk wanita yang hamil tanpa obat bius," kata Hiba Tibi, direktur CARE di Tepi Barat dan Gaza dikutip dari news.co.uk pada Kamis (2/11/2023).
BACA JUGA: Viral Mahasiswi Lakukan Penipuan dengan Modus Lelang Arisan, Kerugian Ditaksir Miliaran Rupiah
Melansir dari First Post, ada sekitar 50.000 wanita hamil di jalur Gaza yang seluruhnya membutuhkan pasokan makanan, air, dan keperluan medis.
Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) memperkirakan ada sekitar 160 bayi yang akan lahir di Gaza setiap harinya.
Tentu saja kondisi tersebut menambah beban pada sistem kesehatan yang sudah rapuh di wilayah Gaza yang masih dibombardir tersebut.
Masih dari sumber yang sama, Soraida Hussein-Sabbah seorang spesialis gender dan advokasi yang berlokasi di Ramallah, Tepi Barat memberikan kesaksiannya terhadap kondisi rumah sakit di Gaza yang mencekam.
“Kondisi rumah sakit berbahaya; individu melakukan prosedur medis yang rumit sementara bom berjatuhan di sekitar mereka, termasuk operasi caesar dan operasi besar, hanya dengan senter di telepon sebagai penerangan," kata Soraida Hussein dikutip pada Jumat (3/11/2012).
Jika dalam normalnya seorang wanita harus melakukan perawatan setelah melahirkan, di Gaza wanita yang baru melahirkan harus segera meninggalkan rumah sakit dalam tiga jam agar bisa memberikan ruang bagi pasien yang lainnya.
Riham Jafari, koordinator advokasi dan komunikasi untuk ActionAid Palestine, memperingatkan kurangnya pasokan medis antara lain seperti magnesium sulfat untuk mengobati preeklamsia yang bisa meningkatkan risiko komplikasi kehamilan yang berpotensi mengancam jiwa.
Selain preeklamsia ada juga kemungkinan adanya perempuan hamil di Gaza yang akan melahirkan secara prematur, salah satunya karena konflik yang masih berlangsung.
Seorang sukarelawan di Gaza bernama Bisan menuturkan bahwa adanya seorang wanita yang sangat ketakutan lantaran harus melakukan persalinan di usia kandungan yang baru menginjak 25 minggu.
Tentu saja stres menyumbang peranan besar sebagai penyebab terjadinya kelahiran prematur.
Semoga peperangan yang melibatkan Israel dan Hamas segera berakhir agar dunia kembali damai dan tak banyak korban lagi yang berjatuhan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS