Mahasiswa KKN UNDIP Latih UMKM Bulurejo Kelola Laba Pakai Pembukuan Efektif

Hikmawan Firdaus | Callasaro Sispa
Mahasiswa KKN UNDIP Latih UMKM Bulurejo Kelola Laba Pakai Pembukuan Efektif
Pelatihan Cara Pengisian Pembukuan kepada Pemilik UMKM Keripik Tempe.[Dok. pribadi/Callasaro Sispa]

Desa Bulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri (23/07/24) Callasaro Sispa, Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro dari program studi S1 Akuntansi angkatan 2021 melaksanakan program kerja pelatihan dan fasilitasi pembukuan sederhana bagi UMKM keripik tempe yang dikelola oleh Bu Lami. Program ini bertujuan untuk membantu pengusaha lokal dalam mengelola laba secara efektif melalui pencatatan transaksi yang lebih terstruktur, diharapkan mampu meningkatkan manajemen keuangan dan keberlanjutan usaha keripik tempe di desa ini.

   Pelaksanaan program kerja ini diawali dari sowan mengunjungi tempat produksi keripik tempe sekaligus tempat kediaman pemilik UMKM guna mengenal dan memahami lebih dalam terkait alur tata cara produksi hingga distribusi dan pemasaran produk keripik tempe (15/07/24). Kunjungan yang dilakukan oleh penulis disambut hangat oleh pemilik usaha keripik tempe ini untuk bukan hanya sekedar melakukan program kerja, namun semakin mempererat hubungan personal antara penulis dan pemilik. Usaha keripik tempe Bu Lami dimiliki dan dioperasikan oleh sepasang suami istri yang sudah berusia lanjut dan beroperasi sekitar 15 tahun lamanya. Sebagai sepasang suami istri yang sudah lanjut usia, seluruh anaknya sudah meniti karier di luar kota dan tidak tinggal bersama di kediaman mereka sehingga mengharuskan mereka untuk melakukan proses produksi hingga pemasaran hanya berdua tanpa ada bantuan tenaga kerja tambahan.

   "Ya saya sama ibu aja mba, kalo kita pekerjakan orang lain yah nambah biaya lagi nanti" jawab bapak Naryat setelah ditanyakan alasan tidak mempekerjakan tenaga kerja tambahan untuk membantu proses produksi. Produk keripik tempe Bu Lami ada 2 jenis yaitu keripik tempe kotak yang proses penggorengannya membutuhkan lumuran tepung sebelum masuk ke api penggorengan dan keripik tempe bulat yang proses pembuatannya lebih ekstra dengan ragi sebagai bahan campuran dan dinilai dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan keripik tempe kotak. Proses produksi kedua jenis keripik ini membutuhkan 3-5 hari lamanya dari langkah pencampuran kacang kedelai dengan bahan tambahan, pencetakan, pemotongan, penggorengan hingga pengemasan untuk siap dipasarkan di warung-warung terdekat yang sudah berlangganan dan kerap menerima pesanan dari warga setempat sebagai buah tangan atau konsumsi di acara - acara desa.

   Permintaan produk keripik tempe yang cukup tinggi di hampir semua kalangan usia warga Desa Bulurejo khususnya Dusun Krapyak menjadi motivasi yang kuat bagi Pak Naryat dan Bu Lami untuk selalu melakukan produksi walaupun dalam keterbatasan tenaga terlebih saat permintaan akan keripik cukup tinggi sehingga pemesanan harus dilakukan minimal seminggu sebelum dibutuhkan. Rutinitas produksi hingga pemasaran yang dilakukan oleh Pak Naryat dan Bu Lami ternyata menyadari bahwa adanya masalah yang timbul.

   "Kalau keripik tempe sudah habis terjual, uang yang kita dapat habis gitu aja mba bahkan modal untuk buat keripik tempe minggu depannya juga sering kepake untuk kebutuhan lain," keluhan yang dikatakan oleh Pak Naryat selama menjalankan usaha keripik tempe.

Penulis menemukan akar masalah dari keluhan beliau dan memutuskan untuk menawarkan pembukuan sederhana sebagai bentuk meningkatkan manajemen laba dari operasional keripik tempe ini. Tawaran untuk melakukan tracking modal dan income yang diperoleh usaha keripik tempe Bu Lami dengan pembukuan sederhana yang mudah dipahami ternyata disambut baik oleh Pak Naryat dan Bu Lami. 

   Edukasi dan pelatihan diberikan oleh penulis kepada Pak Naryat dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami dan memberi contoh pencatatan yang sesuai akun kebutuhan pada usaha keripik tempe beliau. Pemantauan untuk selalu melakukan pembukuan dengan merincikan setiap bahan baku dan bahan tambahan sebagai modal yang dibutuhkan dan jumlah profit yang diperoleh dari produksi keripik tempe agar memudahkan bapak dan ibu untuk mengalokasikan laba yang diperoleh dan manajemen laba yang akan semakin terstruktur. 

   "Alhamdullilah mba, pembukuan dan kalkulator yang mba berikan membantu saya untuk bisa paham dan mengatur untung yang saya dapatkan," Pak Naryat mengatakan kepuasan dan rasa terima kasih nya kepada penulis terhadap pelatihan pembukuan saat bertemu kembali di program kerja multi disiplin yang diadakan di Dusun Krapyak.

 Program kerja ini tidak hanya memberikan manfaat praktis bagi pemilik usaha, tetapi juga menjadi pengalaman berharga bagi penulis dalam memahami tantangan yang dihadapi oleh pengusaha kecil di pedesaan. Diharapkan, program serupa dapat terus dikembangkan untuk memberdayakan UMKM di daerah lain, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan manajemen keuangan yang lebih baik.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak