Yoursay kembali membawa beragam acara menarik dalam rangka menyambut Hari Kesehatan Mental Dunia (World Mental Health Day 2024) yang jatuh pada Kamis (10/10/2024). Berbagai acara daring ini dihelat lewat campaign Your Mental Health Matter dengan memboyong tajuk Yoursay Talk.
Usai sukses dengan "Psychological Aid" dan "Journaling for Selfcare" pada minggu-minggu sebelumnya, kini giliran "Gratitude is the Attitude" yang temani tema penutupan Yoursay Talk edisi Hari Kesehatan Mental Dunia pada Kamis (10/10/2024).
Acara "Gratitude is the Attitude" berkolaborasi dengan konselor dan grafolog dari Psiaga, Intan Amalia Utami, sebagai pemateri serta diikuti oleh 47 orang partisipan.
Dalam acara tersebut, Intan mengatakan bahwa perasaan bersyukur begitu relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan sikap syukur bagian dari perasaan positif terhadap apa yang dialami atau dirasakan oleh seseorang, dan umumnya bersifat dapat dihitung serta nyata.
Intan turut memaparkan bahwa gratitude atau rasa syukur meliputi tiga tipe berikut:
1. Gratitude as an affective trait
Rasa syukur ini tumbuh secara alamiah dalam diri seseorang sejak kecil, baik akibat pola pengasuhan, atau pun perlakukan positif yang pernah ia alami. Misalnya seperti perasaan berterima kasih saat mendapatkan atau mencapai sesuatu.
Umumnya, gratitude as an affective trait bersifat long term atau menetap pada diri seseorang akibat keterbiasaannya menerima perasaan positif tersebut sejak kecil.
2. Gratitude as a mood
Berbeda dengan sebelumnya, perasaan bersyukur berdasarkan suana hati ini bersifat fluktuatif dan pernah dialami oleh nyaris semua orang.
Untuk bisa tumbuh menjadi perasaan positif jangka panjang atau kebiasaan, tipe gratitude is a mood ini perlu disadari dan dilatih.
3. Gratitude as an emotion
Nyaris sama dengan tipe gratitude as a mood, jenis bersyukur satu ini biasanya tidak menetap serta didasari oleh emosi akibat mengalami situasi-situas tertentu.
Misalnya seperti saat seseorang mendapatkan apresiasi dari orang lain sebab suatu pencapaian, jasanya, atau perbuatan baiknya hari itu.
Apabila apresiasi-apresiasi tersebut tidak lagi didapatkan, maka perasaan bersyukur tersebut perlahan mereda dan menghilang.
Selanjutnya, Intan menganalogikan rasa syukur lewat the iceberg of gratitude, yakni berkaitan dengan keadaan hidup, peristiwa dan pengalaman yang mendalam.
Serupa dengan batu es dalam sebuah gelas yang lebih didominasi tenggelam ketimbang muncul di permukaan, manusia cenderung lebih mensyukuri hal-hal yang terlihat, seperti pendidikan, kesehatan, status sosial, dan pekerjaan.
Meskipun tidak ada yang salah dengan mensyukuri hal-hal tersebut, tetapi manusia kerap luput menghargai perasaan positif terselubung dan sederhana atau kecil.
Misalnya seperti manfaat sinar matahari, buku-buku bagus, rasa bahagia bertemu teman, dan kebaikan yang didapat dari orang asing.
Situasi tersebut menggambarkan bahwa kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari dan cenderung hanya fokus pada tujuan-tujuan besar, sehingga kita lupa menghargai momen-momen kecil yang membuat hari-hari lebih bermakna.
Penelitian juga membuktikan bahwa memiliki gratitude atau rasa syukur akan bermanfaat untuk perkembangan sosial, emosional, kesejahteraan psikologi.
Gratitude Memiliki Efek Domino?
Jauh lebih dalam, Intan menuturkan bahwa rasa syukur memiliki efek domino, di mana akan saling berkelanjutan dalam memberikan hal-hal positif.
Oleh karenanya, saat seseorang merasa bersyukur, mereka cenderung akan menyadari bantuan yang diberikan dan kemudian membalas bantuan tersebut.
Orang yang diberi ucapan terima kasih cenderung akan memberikan bantuan kepada orang lain di masa mendatang.
Pada contoh lain Intan menggambarkan perasaan bersyukur akan alam, maka mereka akan merawat tanaman-tanaman yang ada di sekitarnya.
Dampak dari Rasa Syukur
Tak hanya memiliki efek domino, perasaan bersyukur atau gratitude memiliki dampak bagi hidup, baik secara fisik maupun psikologis.
Dampak-dampak tersebut, yakni tidur lebih nyenyak, punya kekebalan tubuh lebih baik, kepercayaan diri stabil, penurunan stres, tekanan darah terkendali, berkurangnya kecemasan dan depresi, memiliki relasi lebih kuat, tingginya tingkat optimisme, serta besarnya akan kepuasan hidup.
Tips-tips Mengembangkan Rasa Syukur
Pada penghujung pemaparan materi, Intan memberikan ragam tips guna mengembangkan rasa syukur untuk keseharian:
- Start a gratitude journal, yakni membuat daily journal dengan fokus pada apresiasi pengalaman-pengalaman yang terjadi atau dirasakan oleh kita pada hari itu. Jurnal juga bisa kita buat dalam bentuk apa pun, dari bentuk gambar hingga tulisan serta lewat medium luring maupun daring. Intan menyebutkan, biasanya jurnaling lewat tulisan atau gambar tangan jauh lebih baik dalam merilis stres/emosi.
- Reframe experiences, yakni kebiasaan rasa syukur yang dilakukan pada malam hari. Umumnya jurnal ini dipicu oleh reflektif hal-hal positif yang pernah kita alami, baik di masa lalu maupun masa kini.
- Focus on your senses, yakni mengembangkan rasa bersyukur lewat indera-indera yang kita miliki. Tips satu ini bisa dimulai dengan rasa mindfull terhadap indra-indra tersebut. Misalnya saat kita makan sebuah makanan yang lezat dengan rasa asin, pedas, atau manis yang pas.
Nah, itulah keseruan dari penutupan campaign Your Mental Health Matter untuk menyambut World Mental Health Day bersama "Yoursay Talk: Gratitude is the Attitude". Apabila belum sempat ikut di acara ini, kamu bisa menyakasikan tayangan ulangnya di YouTube resmi Yoursay di bawah ini, ya!
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE