Pengasuh Ngaji Filsafat, Fahrudin Faiz Pengasuh Ngaji Filsafatmenjelaskan bahwa fenomena Network Society di era sekarang telah membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat global. Perubahan ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, globalisasi dan pergeseran identitas individu.
Hal ini disampaikan dalam acara Ngaji Filsafat yang rutin diadakan setiap Rabu malam Kamis di Masjid Jendral Sudirman pada 8 Januari 2025.
"Fenomena perubahan masyarakat sekarang erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi pada abad ke-20," ujarnya.
Dosen UIN Sunan Kalijaga ini merujuk pada buku-buku karya Manuel Castells, seorang sosiolog kontemporer. Ia mengutip teori dari Castells yang menyoroti besarnya kekuatan jaringan informasi dalam dunia Network Society.
Menurut teori tersebut, penguasa politik dan pemilik modal konvensional dapat tergeser oleh mereka yang menguasai data. "Siapa yang punya informasi, inovasi, dan pengetahuan, dia yang menang," tambahnya.
Lebih jauh,Fahrudin Faiz juga menyoroti perubahan identitas masyarakat modern. Identitas kini tidak lagi sepenuhnya dibentuk oleh agama, keluarga, atau komunitas lokal, melainkan semakin dipengaruhi oleh media sosial. Sebagai contoh, beliau menjelaskan bahwa keragaman pakaian yang dikenakan oleh peserta acara mencerminkan budaya global yang semakin terintegrasi.
Identitas yang terbentuk saat ini lebih dipengaruhi oleh informasi dan jaringan digital daripada perbedaan wilayah atau keragaman suku. Jaringan tersebut menciptakan komunitas baru yang membentuk identitas baru.
Dengan adanya teknologi algoritma, identitas ini sering kali semakin menguat, namun terkadang membuat pola pikir seseorang menjadi sempit atau bahkan fanatik. “STY dicopot dari pelatih timnas ada yang pro ada yang kontra,” jelasnya memberi contoh.
Selain itu, beliau juga membahas tentang krisis identitas. Fahrudin Faiz menjelaskan bahwa banyak orang kini kesulitan memahami siapa diri mereka sebenarnya. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada produktivitas karena mereka kehilangan arah dalam hidup. "Buang-buang waktu saja jika tidak tahu identitas," tegasnya.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa seharusnya fokus pada produktivitas belajar dan berkarya sesuai perannya. Namun, jika identitas mahasiswa tersebut menjadi kabur akibat informasi yang membingungkan akan seperti apa mahasiswa yang seharusnya, ia bisa kehilangan arah dan tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh. Hal ini akan mengganggu produktivitas dan membuang waktu.
Sebagai solusi, Fahrudin Faiz menawarkan konsep proyek identitas. Metode ini dilakukan dengan merencanakan identitas yang ingin dicapai di masa depan, kemudian konsisten untuk mewujudkannya. "Jika belum tahu apa identitas sekarang, jadilah identitas yang diinginkan dan harus mencoba untuk mencapai itu," jelasnya.
Dengan pendekatan ini, beliau berharap setiap individu mampu menemukan arah hidup yang jelas, meningkatkan produktivitas, dan memberikan dampak positif pada kehidupan mereka.