Kepedulian terhadap dunia literasi dan minat baca bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, tak harus dari ruang kelas atau institusi formal. Bahkan dari lapak baca sederhana pun siapa pun dapat menyemai cinta literasi, seperti yang dilakoni tiga wanita di Bangka Belitung yakni Mely Handiati, Lisa Aryanti, dan Rizky Nurseha.
Berangkat dari keprihatinan melihat anak-anak di sekitarnya yang lebih akrab dengan gawai dibanding buku, serta minimnya pengetahuan dasar, ketiganya pun tergerak membentuk sebuah gerakan literasi bernama Redaksi Project.
Sejak April 2024, Mely, Lisa, dan Rizky rutin menggelar lapak baca setiap akhir pekan. Awalnya, mereka tak menyangka kegiatan sederhana ini akan disambut hangat.
Lapak baca yang mereka inisiasi kini semakin ramai dikunjungi, tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga generasi milenial dan Gen Z, serta para orang tua yang ingin mengenalkan buku kepada anak-anak mereka sejak dini.
“Awalnya kami tidak menaruh banyak harapan karena kami tahu, budaya membaca belum begitu akrab di masyarakat. Tapi seiring waktu, semakin banyak yang datang, tertarik membaca, dan ikut terlibat, tentu ini menjadi pacuan semangat buat kami bertiga,” ujar Founder Redaksi Project, Mely Handianti.
Pantik dengan mewarnai

Redaksi Project adalah program dari Rumah Belajar Abu Biru dan Bimbingan Belajar Kamatikara. Hadir dengan tagline "Bergerak dengan Aksi" Redaksi Project mengusung konsep sederhana namun bermakna: membiasakan anak-anak untuk membaca hingga berdiskusi bersama soal buku.
Melalui pendekatan yang menyenangkan dan interaktif, mereka berharap literasi menjadi sesuatu yang dekat, akrab, dan dicintai sejak dini.
"Kami sadar, menumbuhkan minat baca pada anak-anak bukan perkara mudah. Karena itu, kami mencoba memantik semangat mereka lewat kegiatan yang menyenangkan, yaitu mewarnai. Tapi sebelum mewarnai, ada satu syarat, mereka harus membaca satu buku terlebih dahulu. Setelah membaca, baru mereka boleh mulai mewarnai. Di sela-sela itu, kami ajak mereka berdiskusi tentang isi buku yang dibaca, agar pemahaman mereka terbangun secara perlahan. Sebagai apresiasi, kami juga berikan hadiah kecil untuk menambah semangat mereka," jelas Mely.
Upaya bangun legalitas

Saat ini, Mely dan dua rekannya sedang berupaya untuk membangun legalitas Redaksi Project agar dapat lebih mudah menjalin kerja sama dengan pihak-pihak resmi, termasuk pemerintah.
"Kami sedang coba bangun kerja sama dengan instansi terkait. Tapi memang masih terhambat soal legalitas formal," tutur wanita 24 tahun tersebut.
Meski menghadapi berbagai rintangan, semangat Mely dan tim tetap membara. Mereka punya harapan sederhana tapi sangat berarti agar Redaksi Project tak hanya dikenal sebagai tempat membangkitkan minat baca, tapi juga menjadi ruang hangat yang mengajak banyak pihak bergandengan tangan untuk bersama-sama menguatkan literasi dan pendidikan.
“Kami ingin lapak ini jadi titik awal yang kecil namun bermakna, dari sebuah kebiasaan baik yang tumbuh perlahan. Karena bagi kami, membaca bukan sekadar aktivitas biasa, melainkan jendela harapan yang bisa mengubah hidup. Literasi itu bukan sesuatu yang mahal atau jauh dari keseharian, tapi justru hal yang harus dekat dan dirasakan setiap anak,” tandas Mely.
Redaksi Project membuktikan bahwa semangat literasi tak harus lahir dari ruang kelas atau institusi besar. Dari lapak baca sederhana di sebuah sudut kota kecil di Bangka Belitung, tiga wanita muda ini mampu menyemai benih cinta literasi bagi masa depan anak-anak yang lebih melek dengan wawasan dan gemar membaca.
Sebagai informasi, Redaksi Project menggelar lapak baca terbuka untuk umum di Kolong Air Biru, Kota Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Bangka Belitung. Anda dapat ikut berkontribusi bersama dalam kegiatan yang digelar. Informasi mengenai jadwal kegiatan Redaksi Project dapat dilihat melalui akun Instagram @abu.biruu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS