Di bawah rindang mangrove Pantai Baros, para seniman dan penulis berdiri berdampingan dengan lumpur masih melekat di kaki. Mereka menanam mangrove bersama, lalu merangkai cerita dan sketsa sebagai cara merawat bumi dari sudut yang paling personal.
Bersama Suara Hijau, kegiatan tanam mangrove dan berkarya ini berlangsung di Pantai Baros, Bantul, Sabtu (20/12/2025). Acara tersebut mempertemukan seniman dan penulis dalam satu ruang kolaborasi yang menggabungkan aksi lingkungan dengan proses kreatif.
Sebanyak 10 penulis dan 15 seniman turut ambil bagian dalam kegiatan tanam mangrove. Para peserta menanam mangrove secara bersama-sama sebelum kemudian menuangkan pengalaman tersebut ke dalam tulisan dan sketsa sebagai bentuk refleksi personal atas kedekatan mereka dengan alam pesisir.
Merangkai Cerita dari Pesisir dan Seisinya

Salah satu peserta menulis, Rajya Reevan (20), mengutarakan bahwa ketertarikannya mengikuti kegiatan ini muncul dari rasa ingin tahu peserta terhadap tanaman mangrove yang selama ini jarang disorot. Ia mengaku kegiatan menanam mangrove terasa unik karena memberinya kesempatan belajar langsung sekaligus memahami seluk-beluk bakau dari dekat.
Rasa penasaran itu berlanjut saat peserta mulai menggali fungsi mangrove bagi lingkungan pesisir secara lebih mendalam. Sebelumnya, ia hanya mengetahui manfaat mangrove secara umum, tanpa memahami peran detailnya bagi ekosistem sekitar.
“Saya penasaran tentang fungsi mangrove bagi lingkungan sekitar secara lebih mendalam, karena sebelumnya saya hanya mengetahui fungsi tanaman bakau secara mendasar saja,” tutur Rajya.
Menurutnya, tulisan memiliki peran penting dalam menyuarakan isu lingkungan, terutama pelestarian mangrove yang masih minim pembahasan. Ia berharap melalui tulisan, isu lingkungan dapat menjangkau lebih banyak pembaca sehingga kesadaran terhadap pentingnya menjaga mangrove semakin meningkat.
Terlebih, kesan positif juga dirasakan selama mengikuti kegiatan yang dinilai seru dan informatif. Pengalaman pertama menanam mangrove membuatnya banyak belajar, mulai dari teknik penanaman hingga waktu tumbuh tanaman tersebut.
“Kegiatan ini sangat informatif karena menjadi pengalaman pertama dan disini saya banyak belajar mengenai mangrove, seperti cara menanam, lalu jenis-jenisnya serta berapa lama tumbuhnya,” pungkasnya.
Sketsa dan Refleksi dari Pesisir Pantai Baros

Di sisi lain, usai menanam mangrove, para seniman beralih ke buku gambar dan pensil untuk menuangkan kesan mereka ke dalam sketsa. Garis-garis sederhana merekam batang mangrove, akar yang menjulur, hingga suasana pesisir yang masih basah oleh jejak langkah.
Tanpa tuntutan estetika, sketsa menjadi ruang jeda untuk mengendapkan pengalaman menanam mangrove secara personal. Lewat gambar dan cerita, peserta merekam kedekatan dengan alam yang lahir dari keterlibatan langsung di lapangan.
Melalui kegiatan ini, menanam mangrove tak lagi sekadar aksi lingkungan, tetapi juga proses berkarya yang tumbuh dari pengalaman langsung. Dari lumpur pesisir Pantai Baros, kolaborasi seniman dan penulis meninggalkan jejak kepedulian yang hidup dalam cerita, sketsa, dan kesadaran baru akan pentingnya menjaga alam.
