Melawan Stigma Disabilitas: Perjalanan Pusvi Defi Jadi Sastrawati Berkelas

Hernawan | pusvi defi
Melawan Stigma Disabilitas: Perjalanan Pusvi Defi Jadi Sastrawati Berkelas
Podcast bersama Sekjen Jprmi. (instagram/pusvidefi)

Keterbatasan kerap kali dianggap sebagai limitasi kemampuan, sehingga pelabelan negatif masyarakat terhadap difabel semakin digaungkan. Padahal jika kita tilik kembali, pada dasarnya kita semua telah dikaruniai oleh Tuhan memiliki kelebihan dan kekurangan yang sama, hanya saja fisik yang berbeda. Memang nyatanya, untuk menghapus stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas terutama difabel perempuan pada umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama.

Tentunya dibutuhkan kerja sama dengan banyak pihak. Sehingga wawasan masyarakat tentang jenis disabilitas ini harus ditingkatkan agar para penyandangnya bisa memperoleh hak-hak hidup secara normal. Namun, sebagai perempuan difabel saya ingin mendobrak stigma "lemah", "beban keluarga", "tidak berguna" dengan sebuah karya. Berikut kisah perjalanan inspiratif yang bisa saya bagikan untuk pembaca 

Semasa Balita Saya Dianggap Berbeda. Tapi Ibu Membantah, "Anakku Istimewa!"

Potret diri 3 tahun lalu (Instagram: @pusvidefi)
Potret diri 3 tahun lalu (Instagram/@pusvidefi)

Terlahir dari keluarga yang cukup sederhana, memiliki kedua orangtua yang hebat dan saudara kembar yang tumbuh dengan sehat, saya merasa Tuhan begitu memesona menganugerahi kepada saya dengan anggota tubuh istimewa.

Mengapa saya katakan demikian? Mengapa tidak saya katakan saja saya hanya memiliki satu lengan. Sebab bagi saya, bukankah Tuhan menciptakan diri manusia dengan bentuk yang paling sempurna dan paling Indah. Lalu mengapa sebagai manusia kita harus berkeluh kesah. Meskipun tidak dimungkiri, banyak orang menganggap memiliki kondisi tubuh yang berbeda dari orang lain kerap menjadi hal yang sulit untuk diterima.

Bahkan kala itu, ketika usia saya menginjak empat bulan, dan Ibu satu-satunya orang yang paling saya butuhkan: menimang, menyusui dan merawat penuh kasih sayang. Namun, pihak dari keluarga Ayah menyarankan untuk saya diadopsi oleh orang lain dengan alasan kami kembar. Mereka berasumsi wanita yang melahirkan anak kembar bakal kewalahan mengurusi tektek-bengek lainnya. Itu sangat klise sekali, padahal alasan utama adalah anak yang terlahir cacat akan menjadi buah bibir para tetangga. Tentu itu memalukan keluarga. Namun, ibuku membantah, "ini anakku, dia Istimewa!" 

Di Bangku Sekolah Mendapat Stigma Negatif dan Anggapan Lemah

Pemuda Berprestasi Nasional (Instagram: @pusvidefi)
Pemuda Berprestasi Nasional (Instagram/@pusvidefi)

Di bangku sekolah, di udara yang begitu renjana. Aku dan teman-teman belajar berhitung. Dari angka satu hingga sepuluh dan salah satu temanku tertawa gemuruh, "tanganmu buntung, kau gagal menghitung!" 

Seketika penggalan puisi di atas mengingatkan saya kembali pada kenangan 15 tahun silam lalu. Tepatnya ketika itu saya menduduki bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 1A. Pada saat itu, saya dan teman-teman belajar matematika. Kebetulan seorang guru menunjuk saya untuk berdiri di depan papan tulis menghitung angka satu hingga sepuluh. Pada saat hitungan ke-6 teman-teman satu lokal menertawakan. Sebab tentunya mereka merasa aneh.

Seorang anak disabilitas tidak mungkin bisa melanjutkan hitungan dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Saat dipermalukan oleh teman-teman, serta guru matematika saat itu juga tertawa, saya bingung, tapi tidak berkecil hati. Hanya membalas dengan senyuman lalu saya duduk kembali.

Penggalan dari prakata karya puisi berjudul "Tinta Doa Air Mata" di atas telah  memenangi lomba cipta puisi Hari Disabilitas Internasional (2020). Bagi saya pribadi, penggalan puisi di atas ibaratkan sebagai sebuah jembatan untuk menyampaikan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan keterbatasan. Perjuangan hebat untuk mencapai kesetaraan bukanlah seperti membalik telapak tangan. 

Bangkit dari Keterpurukan, Kini Saatnya Mengepak Terbang

Sumber (Wikipedia: @pusvidefi)
 (Wikipedia/@pusvidefi)

Hingga pada 2014 tahun silam, saya seperti mendapatkan sebuah titik terang. Saya sadar jika terus berselimut kesedihan, kemalasan, dan ketakutan, mau dibawa ke mana masa depan. Hingga saya mulai bangkit perlahan. Seperti yang sudah Allah janjikan Man Jadda Wa Jada. 

Perlahan dan pasti, Allah pertemukan dengan orang-orang baik sebagai pintu menuju kesuksesan. Pada bulan Maret seorang sahabat yang bernama Oryza menawarkan saya untuk berjumpa dengan seorang dosen Universitas Islam Riau (UIR) sekaligus penyair kondang dari Riau bernama Bapak Husni Abadi. Beliau melihat karya saya sebagai karya yang bagus. Sebuah karya yang patut diapresiasi. Berkat nasihat dari beliau, kini saya bangkit dan mulai yakin bahwa passion saya menulis  adalah menulis puisi.

Tanpa henti saya terus gencar mengirimkan karya ke beberapa media. Sudah banyak tolakan yang saya terima. Sampai akhirnya kesabaran dan kegigihan membuah hasil jerih payah. Pada bulan Agustus 2015 untuk pertama kalinya naskah saya dimuat di basa-basi.co. Platform yang cukup terkenal dan selektif. Bukan main kepalang senang Bagaimana tidak setelah berulang kali ditolak media. Akhirnya sebuah karya dengan proses luar biasa bisa dinikmati banyak pembaca, di media terkenal pula. Memang benar adanya "prosesmu adalah hasilmu".

Jika boleh saya memberi pesan untuk anak muda generasi penerus bangsa, "Jangan cepat berbesar hati bila ditinggikan, jangan merendah diri bila dijatuhkan. Banyak membaca buku agar memperluas wawasan, perluas link pertemanan, nikmati proses dengan santai dengan hati lapang. Karena, penulis yang baik itu mampu menularkan kebaikan, dan begitu pula tulisan yang baik adalah yang memiliki nilai kebaikan. Jangan cepat lelah, terus berupaya dan terus mengeksplorasi diksi."

Bionarasi Pusvi Defi

Pemenang Juara. (Instagram : @globalyouthaction
Pemenang Juara. (Instagram/@globalyouthaction)

Pusvi Defi seorang Sastrawati berkebangsaan Indonesia. Lahir di Medan, 23 Juni. Saat ini berdomisili di Riau, Pekanbaru. Salah satu founder Platform Berita Esok Hari, Beberapa kali memenangi lomba juara 1 baca puisi se-Riau (2014), juara 1 Baca puisi UKM Batra se-Sumatera (2015), juara baca dan cipta puisi Pratikum Sastra se-Nasional (UNRI: 2017), juara II cipta puisi Syukuran Sastra se-Nasional (Umri:2018), Juara I cipta puisi dan esai tingkat nasional (STIEKN Jaya Malang: 2018).

Selanjutnya, juara 1 penulisan artikel di Yukepo (2019), juara 1 favorit cipta puisi (Keybelle Media:2020), 10 Besar Menulis Kisah Inspiratif (Analedia Media :2019), juara 1 cipta puisi se-Nasional (IMM:2020), juara 1 lomba cipta puisi se-pulau Sumatera ditaja oleh Universitas Lancang Kuning Riau (2020), juara 1 lomba cipta dan baca puisi tingkat Nasional ditaja oleh Sanggar Seni 412 (2020), juara 2 cipta puisi nasional Global Youth Action (2020), Juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional oleh Kelas Puisi Alit 2020), Juara 1 Cipta Baca Puisi Nasional Dema UIN Ar-Raniry (2020) di Banda Aceh, Harapan III Cipta Puisi Hari Disabilitas Internasional (2020), Juara III Lomba Cipta Puisi Nasional oleh Fun Bahasa (2021).

Lebih lanjut, juara 1 Cipta Baca Puisi & Monolog diselenggarakan oleh Sps Magister Pendidikan dan Bahasa Indonesia (UHAMKA:2021), Peringkat III Lomba Cipta dan Baca Puisi ditaja oleh BPDB kota Pekanbaru (2021), Juara II Video Kreatif bersama Hope School (2021), Juara I Lomba Video Kreatif yang diadakan oleh Universitas Mulawarman Samarinda (2021), Pemenang Utama Lomba ISPA Competition (2021), Harapan II Lomba Cipta Puisi Nasional ditaja oleh Inspirasi Pena (2021), Juara III lomba Cipta Puisi tingkat Internasional diadakan oleh Universitas Lancang Kuning (2021), Juara III Lomba Menulis Manuskrip Pantun ditaja oleh Bank Indonesia Purwokerto (2021), Pemenang Konten Indonesia Baik episode 7 Kategori Lomba Teks (2021). Sejumlah karyanya dimuat berbagai media, antara lain: Koran Tempo, Basa-basi, Co, Riau Pos, Haluan Padang, Padang Ekspres, Koran Makassar, Banjarmasin Post, Solo Pos, Lombok Post, Lampung Post, dan lain-lain. Buku puisi tunggalnya: Mengenang Bumbu Rindu Dapur Inang (2021)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak