Menggugat Stereotype Disabilitas

Hernawan | Fahma Ainurrizka
Menggugat Stereotype Disabilitas
Drama Korea ‘Weird Lawyer Woo Young Woo’ (Extraordinary Attorney Woo) (Newsis)

Selama bertahun-tahun, kelompok disabilitas terkekang oleh rantai stigma dan diskriminasi tak berkesudahan. Pembicaraan tentang mereka melulu tak jauh dari pengkotak-kotakan stereotype, seperti objek rasa penasaran, objek inspirasi, objek tertawaan, objek rasa kasihan hingga beban masyarakat, dan aseksual/tak memiliki hasrat seksual. Representasi penyandang disabilitas di media masih terkekang oleh underrepresentation (kurang direpresentasikan) dan misrepresentation (kesalahan merepresentasi). Padahal, penggambaran ini nantinya dapat mempengaruhi bagaimana wacana informasi dan wawasan terbentuk. Sekaligus cara pandang masyarakat terhadap kelompok disabilitas—bukan sebagai anggota kelompok tertentu atau kelompok liyan. 

Sulit mendapati produk media yang menggambarkan mereka secara humanis; sebagai manusia seutuhnya. Padahal, cara untuk memperjuangkan hak-hak mereka adalah dengan terlibat dalam rutinitas mereka. Keseharian mereka tampak jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota karena minimnya dukungan atau, bisa dibilang, kegagalan fasilitas publik dalam mengakomondasi kebutuhan mereka. 

Tak banyak Kdrama yang mengusung isu disabilitas sebagai premisnya. Kalaupun ada, ia jarang ditampilkan sebagai karakter dengan kompeksitas dan kedalaman. Alih-alih, ia ditampilkan secara tidak humanis, tidak merdeka, dan seolah-olah selalu bersikap baik, polos, dan tidak memiliki kuasa atas tubuhnya. 

Namun, berbeda dengan Extraordinary Attorney Woo, sebuah Kdrama berjumlah enam belas (16) episode yang cukup apik dalam membingkai isu disabilitas dan membantu kita memahami gambaran besar perasaan dan kehidupan yang dijalani kelompok disabilitas, khususnya autisme. 

Identitas Disabilitas

Menceritakan Woo Young Woo (diperankan oleh Park Eun Bin), seorang penyandang gangguan spektrum autisme jenius (seringkali kita mendapati frasa “penderita” untuk menjelaskan kelompok disabilitas. Padahal, dalam Indeks Media Inkusif Remotivi istilah tersebut sebaiknya dihindari karena memberi makna disabilitas sebagai beban atau penderitaan). Woo Young Woo adalah pengacara autis pertama di Korea Selatan dengan capaian IQ tinggi dan kecerdasannya dalam menuntaskan kasus hukum. Ia bekerja di firma hukum besar Hanbada berkat perjanjian antara sang ayah dengan sahabatnya semasa kuliah, yaitu CEO Hanbada.

Di episode pertama, kita disuguhi scene saat Woo Young Woo pertama kali bekerja sebagai pengacara hukum di Hanbada dan bertemu dengan Jung Myung-seok (diperankan oleh Kang Ki-young), seorang pengacara senior. Sejak kemunculan perdananya, Woo Young Woo sudah banyak menerima ucapan tidak menyenangkan dan tatapan aneh dari orang-orang karena komunikasi sosialnya yang buruk ditambah ia selalu meracau tentang paus. Obsesi terhadap barang, tokoh, atau hewan secara berlebihan ini lumrah terjadi pada seseorang dengan autisme agar kebutuhan terhadap rasa aman dan nyaman mereka terpenuhi. Seperti saat Woo Young Woo menangani kasus pembunuhan dengan seorang terdakwa yang memikiki spektrum autisme, ia terobsesi pada karakter pinguin Pengsoo. 

Di hari pertama Woo Young Woo bekerja, pengacara Jung Myung-seok tampak sangsi dan merasa tidak akan mampu bekerja sama dengan Woo Young Woo. Namun, setelah mengenal Woo Young Woo dari hari ke hari, stigma tersebut memudar. Ia menjadi orang yang paling sabar dan kerap membela ataupun mendukung Woo Young Woo laiknya seorang kakak kepada adiknya. Bahkan, saat pengacara senior Jung Myung-seok mesti menjalani operasi kanker perut, Woo Young Woo-lah yang berinisiatif pertama kali untuk memenuhi keinginan pengacara senior Jung Myung-seok dengan mencari pemilik kedai Mie Haengbok. Begitu pula sebaliknya, Woo Young Woo kerap meminta nasihat kepada Jung Myung-seok saat ia kesulitan menangani kasus. Hal ini seakan memperlihatkan bagaimana masyarakat kerap menganggap rendah dan melekatkan berbagai stigma kepada kelompok disabilitas, tanpa pernah berkomunikasi langsung ataupun terlibat dalam keseharian mereka. 

Saya menyukai ide bahwa karakter seseorang tidak melulu selamanya diceritakan jahat atau menjengkelkan hingga akhir cerita. Selalu ada celah terbuka bagi tiap karakter untuk berubah dan mendefinisikan dirinya kembali. Pengembangan karakter juga terjadi pada Kwon Min Woo (diperankan oleh Joo Jong-hyuk), rekan pengacara Woo Young Woo. Ia diceritakan sebagai pribadi ambisius, egois, dan mudah iri. Baginya hidup adalah tentang kompetisi dan persaingan.

Hal ini pula yang membuatnya melancarkan segala cara agar Woo Young Woo dikeluarkan dari Hanbada, mulai dari enggan berbagi sumber data hak cipta kasus ATM hingga menyebarluaskan wacana bahwa Woo Young Woo dipekerjakan di Hanbada melalui “jalur khusus”. Kerumitan dalam menjalin hubungan sosial di dunia kerja ini tanpa sadar turut membentuk proses perkembangan diri Woo Young Woo—bagaimana ia menghadapi tekanan rekan kerja ataupun saat menjumpai perasaan gamang untuk memilih antara hati nurani dan kepentingan klien. Kondisi seperti itu pula yang membuat Woo Young Woo tumbuh menjadi manusia seutuhnya; diperlakukan sebagaimana mestinya. 

Ketidakberpihakan

Diskriminasi terhadap disabilitas tak hanya datang dari individu masyarakat, tetapi juga sistem secara keseluruhan. Sistem membuat Woo Young Woo sulit mendapatkan pekerjaan. Padahal, ia lulus dari universitas ternama di Seoul dengan nilai tertinggi di kelasnya. Bebeda dengan teman kelasnya yang lain; mereka mudah diterima di firma hukum, bahkan saat masih berkuliah sekalipun. 

Penyandang disabilitas menjadi disabled dan diistimewakan karena lingkungan atau kebijakan yang tidak berpihak kepada mereka. Padahal, pengistimewaan tersebut sejatinya tidak pernah ada sejak awal. Bukan sesuatu istimewa bagi disabilitas untuk terlibat dalam dunia kerja, menggunakan transportasi publik untuk jalan-jalan, dan memiliki pencapaian pribadi.

Pandangan terhadap kelompok disabilitas juga menyangkut stigma aseksual; menganggap mereka tidak pantas untuk merasakan kasih sayang ataupun perasaan dicintai oleh seseorang. Hal ini terlihat saat Woo Young Woo dan tim legal Lee Jun Ho (diperankan oleh Kim Tae Oh) secara tidak sengaja bertemu dengan teman Jun Ho. Ia mengira bahwa Jun Ho sedang melakukan aksi sosial dengan membantu Woo Young Woo. Mereka, termasuk teman Lee Jun Ho, memandang kelompok disabilitas semata objek rasa kasihan atau makhluk tak berhasrat. Ataupun seseorang yang mesti diasuh dan beban sosial, tanpa melihat mereka sebagai individu mandiri. Seakan-akan menyampaikan bahwa penyandang disabilitas tidak memiliki ketertarikan secara romantik-seksual atau “mati rasa” dan tidak mungkin memiliki pasangan. Begitu pula saat Jun Ho mempublikasikan hubungannya dengan Woo Young Woo dan berakhir penolakan dari kakak kandung dan temannya. Mereka menganggap bahwa itu bukan cinta, tetapi rasa kasihan dan merasa bahwa Jun Ho nantinya hanya akan direpotkan terus-terusan karena Woo Young Woo hanya memikirkan dunianya sendiri. 

Woo Young Woo juga sampai pada fase denial dan mempertanyakan diri; apa yang salah dari dirinya? Mengapa orang-orang menaruh kebencian kepadanya? Ia diminta untuk selalu mengerti orang lain sedangkan orang lain “terasa” tidak memiliki keharusan untuk memahami ataupun menerimanya. Woo Young Woo selalu berusaha untuk menempatkan diri, tanpa membuat orang lain merasa aneh dengan sikapnya. Mulai dari berusaha untuk tidak melakukan stimming (gerakan tubuh, menggerakkan benda, dan mengeluarkan kata atau kalimat secara berulang), beradaptasi dari satu ruangan ke ruangan lain dengan menghitung mundur, berusaha melewati pintu putar, hingga ketelitiannya pada suatu hal yang kecil, berpola, dan perasaan mudah terganggu oleh bau atau suara yang mungkin dianggap biasa oleh orang lain.

KDrama ini juga secara tidak langsung berusaha menyelipkan kesadaran terhadap isu perbudakan hewan yang sampai saat ini marak dilakukan. Terutama lumba-lumba yang kerap dijadikan sebagai objek atraksi sirkus. Bahkan, banyak orang yang melakukan normalisasi terhadap atraksi tersebut dengan mengajak anak-anak untuk menonton.

Extraordinary Attorney Woo banyak menuai kritik karena cerita yang terlalu utopis, tidak cukup baik dalam mengkisahkan penyandang disabilitas, dan terlalu meromantisasi. Sebab memang nyatanya, perjuangan kelompok disabilitas dalam memperoleh keadilan dan kesetaraan tidak semudah kisah Woo Young Woo dengan privilege yang didapatinya. Akan tetapi, Extraordinary Attorney Woo setidaknya sukses memberi tahu kita banyak hal mengenai apa-apa yang tidak kita ketahui tentang autisme dan mencoba memahami kehidupan mereka.

KDrama ini mengkisahkan Woo Young Woo bukan sekadar karakter “tempelan” dengan pembahasan tidak signifikan. Ia hadir sebagai pribadi yang kompeks. Setidaknya dengan memiliki informasi dan wawasan mengenai disabilitas secara utuh melalui KDrama ini, masyarakat akan tergerak dalam mendorong pentingnya keberadaan lingkungan inklusif bagi kelompok disabilitas. Paling penting: melihat mereka sebagai manusia seutuhnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak