Lenyap rasa malu sekejap dalam segenap denyut yang kujalani setiap hari. Sangat lacur berhias penuh durjana dalam kekotoran batin yang sangat pekat. Lunglai pikiran dan raga yang membasuh menembus ubun-ubun hingga ujung kaki. Kehidupanku bak tumpukan sampah. Sampah-sampah yang sangat bau penuh lalat dan belatung yang mengitarinya.
Tak berfaedah segala kehidupanku dalam sebuah kering kerontang hati nurani bagi diri sendiri. Setega itulah aku menggadaikan harga diriku demi menyambung kehidupanku. Kujual seluruh harga diri kewanitaanku kepada laki-laki lain.
Amat rendah hatiku berpoleskan segala keluguan. Namun apa daya aku bingung entah apa yang harus kulakukan demi menyambung hidup. Sementara hidup dalam sebuah kelaliman menyendiri tanpa ditemani siapapun.
Sebuah lembah kebengisan yang menuntunku tuk memasuki di dalamnya. Dalam lembah kebengisan yang seakan takkan bisa keluar lagi. Pedihnya jiwa yang merangkul dalam denyut yang kurasakan.
Hiburan malam telah menjadi tempat tuk bertaruh dengan kerasnya kehidupan. Hidup tiada tahu kemana menyandarkan arah diri sendiri. Dentuman musik-musik bombastis bercampur aroma alkohol pekat yang seolah menjadi sebuah kenikmatan tersendiri.
Berpesta dalam kegirangan bersama banyak laki-laki yang menggodaku. Diriku yang menjadi tempat pemenuhan kesenangan bagi kenikmatan para laki-laki yang bersamaku. Kehidupan bak sampah yang seakan ingin usai sudah.
Usai sudah sampah kehidupan yang kurasakan saat ini. Kebusukan raga yang melekat menjauh dari siapapun yang hendak merangkul diriku menuju arah yang diberkati-Nya.