Hilang

Hernawan | Fachry
Hilang
Ilustrasi hitam dan putih. (Pixabay)

Ke manakah perginya sang mentari? Yang terbit dan terbenam di wajah sang mimpi.

Ke manakah perginya kicau burung-burung bernyanyi? Yang senantiasa menghibur di kalah susah hati.

Ke manakah perginya sinar hangat cahaya pagi? Yang setia mendekam di balik hari.

Ke manakah perginya guratan senyum kekasihku? Yang selalu hadir menemani kepedihan sang waktu.

Mungkinkah kiranya, ini pertanda bahwa aku harus kehilangan mereka? Walau tak pernah ada sedikitpun hasrat, untuk memiliki yang tersirat dari dalam jiwa.

Akankah mereka datang dan kembali lagi? Serta membantuku untuk menjamu sepi?

Atau mungkin mereka kini sudah betah, tinggal bersama pengelana cinta.

Ah, sedangkan aku hanyalah pengelana bodoh, yang kesana-kemari hanya untuk mencari tempat bersembunyi, dari kejaran untaian luka lama.

Selama ini, aku memang tak pernah berterus-terang. Kepada mereka, yang kuceritakan hanyalah keanggunan cinta.

Tanpa pernah aku menceritakan kepada mereka, bahwa hingga saat ini aku masih setia menggenggam masa lalu, yang ia pun mengikutiku layaknya bayangan semu.

Mungkin mereka kecewa, sebab mereka selalu bersedia menghibur segala kepedihanku. Sementara aku, hanya menjadikan mereka sebagai tempat pelampiasan masa lalu.

Sebenarnya aku tak bisa, namun harus ku akui, bahwa aku bahagia.

Dan kini, mereka semua telah pergi, meninggalkanku sendiri bersama bayang-bayang masa lalu.

Dan sepi, tak ada hentinya merayu, memaksaku untuk mempersilahkannya masuk ke dalam relung kalbu.

Aku pun sebenarnya tak mengerti, mengapa mereka seolah membenci masa laluku.

Padahal, aku telah mencoba untuk membuka hati, tetapi mereka diam-diam tak mau menerima.

Tetapi kini, aku sadar, mengapa mereka semua menghilang. Itu karena, selama ini aku tak pernah berterus-terang: tentang masa laluku, dan tentang siapa aku.

Barangkali mereka menginginkan kejujuran hatiku, namun aku tak pernah mau apabila harus menyakiti perasaan mereka. Aku hanya menunggu saat yang tepat, namun kini rasanya sudah terlambat.

Aku memang salah, dan itu tak bisa dipungkiri. Perihal mereka pergi, itu pun hak mereka.

Saat ini, aku tak meminta apa-apa. Aku hanya meminta agar mereka tak memusuhiku layaknya seorang musuh.

Aku pun ingin berdamai, dengan masa laluku dan masa yang akan mendatang. Agar aku tak lagi kehilangan, seperti yang ku alami di masa sekarang.

Sebab aku tahu, sejauh apapun aku melangkah, namun bila aku enggan berdamai dengan masa laluku, takdir selalu berupaya untuk membuka tabir, siapa sebenarnya aku...

Bogor, 2 September 2021.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak