Butir Air Meneduhkan Bumi

Tri Apriyani | Taufan Rizka Purnawan
Butir Air Meneduhkan Bumi
Ilustrasi embun (pixabay)

Butir air meneduhkan bumi memberi laksana permai kebaikan berurai ukiran kedamaian. Sangat memberi linangan kemujuran sangat anggun nan elegan dipandang. Seperti hati yang menatap imaji mengawali bersandarnya alam gelora memuncak memupus rasa keraguan.

Keraguan memutuskan arah langkah tak jelas yang mengganggu kebebasan manusia dalam bertahta di bumi. Butir air seolah menghantarkan kerinduan akan jawaban pasti yang melenyapkan seluruh keraguan berdetak dengan hebat. Lapis-lapis jiwa berangkai ulasan sapaan keramahan. Menunggu sebuah kepastian yang nyata memberi cahaya amat berpancar terang.

Kiasan kemasyhuran ihwal menanti sebuah jawaban yang sangat dinanti manusia. Bias penantian sekian lama tak terjawab sekalipun. Naungan seri kehidupan yang tampak biasa saja. Untaian memikat kalimah-kalimah remahan yang sangat membingungkan siapa saja. Bumi merasakan teduhnya dalam butir air bertingkah tak ada faedahnya. Lepaslah semua keraguan sangat membelenggu pikiran manusia.

Dihadapkan dilematis saujana teka-teki tak berujung jawabnya pula. Lipatan yang terbungkus semuanya tak terucap manapun. Setiap gajak yang dilewati raga manusia kian terlempar menjauh terpisahkan dalam batas-batas imaji seutas ikatan tali keragaman warna dunia. Beningnya butiran air membasahi bumi berlimpah tanah sangat luasnya. Luasnya yang tak terjangkau dalam hitungan nalar matematis.

Nikmat meneguk butiran air laksana pelipur segala jawaban bumi yang dirundung keraguan. Lenyap sekejap dalam tatapan waktu berputar terus-menerus menuju rupa alam terkembang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak