Ilalang Peneduh Saujana Hayat

Tri Apriyani | Taufan Rizka Purnawan
Ilalang Peneduh Saujana Hayat
ilustrasi ilalang (pixabay.com)

Hamparan padang ilalang peneduh saujana hayat. Sepanjang gerak padang ilalang memberi rasa keintiman begitu mengikat. Kiasan permai yang amat sejuk dari tatapan hati berguncang lebur tipuan alam raya. Terpisah jarak amat jauh hayat dari saujana lautan manusia. Genggaman rangkulan padang ilalang begitu mengubah tatapan hati menuju imaji rasa.

Imaji bergemuruh menghiasi alam nun indah bertautan pada ikatan hayat. Kiasan rasa abadi mengukir langkah seolah tampak ada. Imaji menggusur jawaban misteri seluruh kehidupan berjubah keraguan. Terpendam dalam ukiran tiada ucapan yang mengambil sedikit demi sedikit isi sanubari.

Gerak semu kebohongan kota yang hanyut dalam lautan manusia. Lautan manusia membuka jendela semesta sangat muslihat adanya. Naungan bersama keriangan berharap sebuah kepastian semuanya. Lenyap rasa membaur dalam kabut hipokrisi duniawi. Sungguh tak ada jawaban penuh teka-teki akan saujana kota yang memperdaya manusia. Tertawan lipatan-lipatan mencekik perginya setiap langkah.

Menuju kemanapun berada langkah bersama manusia. Impas balasan nyata berbuah petaka dalam selubung karma. Padang ilalang membawa sebuah gambas tangan-Nya memanggil seluruh nama manusia dalam tingkah. Semakin salah tingkah menuju jalan kesesatan nyata terikat remah-remah dosa. Kerugian agung dirasakan manusia melanggengkan murka alam bersambut semua petaka.

Lembaran seluruh hidup yang ditawan seluruh nafsu picik mengubah segalanya. Nafsu picik begitu membunuh jiwa perlahan menemui ambang sekarat. Maut jiwa melawan segala kuasa keagungan-Nya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak