Satu lagi kisah cinta yang ikut mewarnai sejarah di Indonesia yakni cinta beda agama kapten Pierre Tendean dengan Rukmini yang berujung pilu.
Kapten Pierre Andries Tendean atau yang lebih akrab dikenal Kapten Pierre adalah seorang perwira militer Indonesia yang menjadi salah satu korban Gerakan 30 September (G30S/PKI) pada tahun 1965. Kapten Pierre ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1965.
Kehidupan pribadi dan kisah cinta Kapten Pierre menjadi sorotan. Pasalnya, kisah cinta bersama sang kekasih berujung pilu meskipun telah melewati segala upaya untuk membawa hubungan mereka ke pelaminan.
Kapten Pierre Tendean adalah anak kedua dari dokter berdarah Minahasa dan wanita Belanda berdarah Prancis yang menjalin kasih dengan gadis berdarah Jawa asal Yogyakarta yang lebih muda 8 tahun bernama Rukmini Chaimin.
Sejoli tersebut pertama kali bertemu di Medan, ketika Pierre ditugaskan sebagai Komandan Peleton Batalyon Tempur 2 Kodam Bukit Barisan pada tahun 1963.
Bisa dibilang, kisah Pierre dan Rukmini merupakan cinta pada pandangan pertama. Pierre berkunjung ke rumah Rukmini bersama dengan dua kawan Pierre, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi. Sejak saat itu Pierre tertarik dengan sifat lemah lembut, pemalu, dan tutur kata sopan yang dimiliki Rukmini.
Dari hari ke hari hubungan mereka berlanjut sampai ke jenjang yang lebih serius meski sempat terhalang restu orang tua karena perbedaan agama dan hubungan jarak jauh.
Hubungan Pierre dan Rukmini sempat ditentang keluarga Pierre karena perbedaan agama. Rukmini merupakan seorang muslimah yang taat. Keluarganya menganggap, keduanya tidak akan bahagia. Namun Pierre Tendean terus berusaha meyakinkan kedua orang tuanya bahwa Rukmini adalah jawaban atas segala doanya.
Karena sudah dipertimbangkan dengan baik, akhirnya hubungan Pierre dan Rukmini disetujui oleh kedua keluarga dan diijinkan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Cerita kasih mereka kembali diuji dengan jarak. Ketika Pierre dan Rukmini sempat menjalani hubungan jarak jauh. Kapten Pierre mendapat panggilan sekolah intelejen untuk ditugaskan operasi Dwikora. Meski terpisah oleh jarak, cinta keduanya masih berdiri dengan kuat. Pierre dan Rukmini menjalin komunikasi lewat surat menyurat.
Tahun demi tahun menjalani hubungan, akhirnya Pierre menetapkan niatnya untuk mempersunting gadis pujaannya di tahun 1965. Segala upaya Pierre kerahkan untuk membuktikan keseriusannya kepada Rukmini. Sebagai Letnan Satu, gaji Pierre tidak seberapa. Untuk menambah biaya pernikahan, Pierre mengambil kerja sampingan sebagai sopir traktor meratakan tanah pembangunan proyek Monumen Nasional (Monas).
Pernikahan Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chamin direncanakan akan digelar pada November 1965. Namun takdir berkata lain, Rukmini harus mengubur dalam-dalam rencana pernikahannya dengan Pierre. Dua bulan sebelum acara dilangsungkan, Rukmini kehilangan kekasihnya yang tewas dalam tragedi G30S/PKI.
Tentu tak mudah bagi Rukmini untuk menerima kepergian sang tunangan. Hatinya hancur dan terluka. Namun tak ada pilihan lain selain harus mengikhlaskan agar sang kekasih dapat beristirahat dengan tenang.
Sementara itu, Rukmini meninggal dunia pada 27 Juli 2019 lalu. Hingga akhir hayatnya, Rukmini tidak banyak berkisah mengenai cerita cintanya dengan sang kapten.
Sumber:
Historia.id, biografi resmi Pierre Tendean Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi.