Mental illness akhir-akhir ini mendapat cukup banyak perhatian dari masyakarat. Sebuah kabar baik, dengan demikian semakin banyak masyarakat yang peduli dan memperhatikan bahwa kesehatan mental merupakan sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh.
Mental illness bisa diartikan secara sederhana sebagai sebuah keadaan atau kondisi seseorang merasa kesulitan atau bermasalah dalam menghadapi kegiatan sosial baik dalam lingkup keluarga ataupun masyarakat umum.
Berikut adalah 3 rekomendasi buku best seller yang mengangkat tema mental ilness:
1. I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki
Karya fenomenal dari penulis Korea, Bae Se Hee ini selalu terlihat di deretan rak best seller di Gramedia. Buku ini semakin populer setelah salah satu member BTS, Rap Monster, juga terlihat membaca buku ini.
Isi buku ini berupa percakapan antara penulis, Bae Se Hee, dengan psikiaternya mengenai permasalahan yang sedang dialami penulis. Penulis merasa tidak mampu mencintai dirinya sendiri. Ia juga merasa selalu khawatir berlebihan dan tidak memiliki kepercayaan diri. Buku ini bisa dijadikan bacaan untuk mengenal self love atau mencintai diri sendiri.
2. 13 Reasons Why
Buku ini merupakan salah satu buku fiksi yang mengangkat tema mental illness. Bercerita tentang seorang pemuda yang mendapat kiriman kaset dari kekasihnya yang sudah meninggal.
Isi dari kaset tersebut adalah cerita kekasihnya mengenai alasan ia memilih bunuh diri. Dari rekaman kaset itulah pria yang bernama Clay Jensen ini mengetahui alasan-alasan dibalik pilihan yang dipilih oleh kekasihnya.
Buku karangan Jay Asher ini menguak sisi atau dampak negatif dari kekerasan, yang berujung pada hilangnya kepercayaan diri si korban.
3. All the Bright Places
Buku fiksi karangan Jennifer Niven ini bercerita tentang seorang pemuda dan seorang gadis. Theodore Finch, pemuda yang terus-menerus memikirkan cara untuk bunuh diri bertemu dengan Violet Markey, gadis yang menghitung hari menuju kelulusannya dari sekolah agar bisa meninggalkan tempat tinggalnya sekarang.
Pertemuan keduanya sudah diatur sedemikian rupa oleh takdir. Lambat laun, mereka berdua sadar bahwa hidup yang mereka jalani setelah pertemuan yang terjadi menjadi berbeda sebelum mereka bertemu. Isu yang diangkat pada novel ini adalah tentang depresi yang seringkali dialami oleh para remaja sekarang ini.
Ketiga karya di atas bisa menjadi penambah wawasan kita untuk lebih mengenal serta peduli pada isu mental illness. Mari kita buka mata dan hati untuk lebih peka terhadap orang-orang di sekitar, dan cobalah bantu mereka semampu kita, tentunya dengan pengetahuan serta ilmu yang tepat.